KKB Papua
Derita Jadi Anggota KKB Papua, Makan dan Tidur Susah hingga Selalu Sembunyi, ini Kata Eks Anggotanya
Terungkap derita jadi anggota KKB Papua, makan dan tidur susah hingga selalu sembunyi dari kejaran aparat TNI-Polri.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Terungkap derita jadi anggota KKB Papua, makan dan tidur susah hingga selalu sembunyi dari kejaran aparat TNI-Polri.
Hal ini diungkapkan mantan anggota KKB Papua, Delson Telenggen.
Delson Telenggen sepertinya tak tahan dengan sikap KKB Papua yang bertindak sangat kejam terhadap sesama warga, juga TNI Polri
Delson Telenggen sendiri menuturkan bahwa ia tak pernah merasakan adanya keamanan dan kenyamanan selama bergabung dengan kelompok separatis tersebut.
Hingga akhirnya ia menyerah dan kembali ke NKRI.
Jangankan kenyamanan, untuk aman saja KKB Papua sulit mendapatkannya.
Sebab setiap saat mereka harus bergerak untuk menyerang, menghindar, berlari dan bersembunyi dari kejaran aparat keamanan.
Kesulitan lain yang saban hari dihadapi pria berusia sekitar 50 tahun ini, adalah persediaan makanan yang sangat kurang.
Seperti dilansir dari Pos-Kupang.com dalam artikel 'Delson Telenggen Bongkar Rahasia KKB di Hutan Papua: Makan Susah, Tidur Susah, Kalau Sembunyi di Gua'.
Jangankan untuk sarapan pagi, ungkap Delson Telenggen, untuk bisa makan saja susahnya minta ampun.
"Selama bergabung dengan KKB, kami hidup susah sekali.
Makan susah, tidur juga susah. Supaya selamat, kami harus sembunyi di lubang-lubang," bebernya.
Kalau ada makanan, katanya, semuanya serba terbatas, sehingga perseidaan makanan itu harus diatur. Makanya, setiap anggota KKB itu, tidak bisa makan sesuka hati
Makanan yang ada harus diatur supaya persediannya tetap ada. Bahkan untuk menjaga persediaan makanan itu, pola makan anggota KKB yang harus diatur.
Sehari, katanya, sangat bersyukur bila ada yang bisa dimakan. Jika tidak, sejak pagi hingga malam tiba, tak ada makanan yang bisa mengganjal perut.
Jika mendapat tembakan TNI Polri, tak jarang anggota KKB sembunyi di lubang hingga di gua-gua.
Dalam situasi yang demikian, katanya, mereka dipaksa harus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Makanya, meski perut terasa lapar, badan terasa lelah, tapi tidak ada cara lain kecuali mengikuti pergerakkan KKB, mengikuti perintah pimpinan.
Delson Telenggan mengaku bahwa selama berada di hutan, ia dan puluhan teman lainnya dipimpin oleh Puron Wenda.
Puron Wenda merupakan salah satu orang kepercayaan Benny Wenda. Sementara Benny Wenda baru-baru ini mengklaim dirinya sebagai Presiden Sementara Papua Barat.
Delson Telenggen mengatakan bahwa seperti halnya pimpinan KKB yang lain, Puron Wenda juga tegas dalam memimpin pasukan.
Setiap pergerakan KKB, misalnya, harus sesuai target. Bila targetnya adalah penyerangan pos TNI, maka itu harus dilaksanakan.
Bila targetnya adalah menembak TNI Polri saat berada di tengah hutan, katanya, maka itu mutlak dijalankan, seperti yang terjadi selama ini.
Begitu juga bila yang disasar adalah warga sipil, maka anggota KKB itu bergerak menyasar orang-orang yang diincar.
Selama bergabung dengan kelompok bersenjata, ungkap Delson Telenggen, dirinya tak pernah melihat kota. Hal yang sama dialami anggota lainnya.
Bahkan untuk berbelanja saja, anggota KKB sulit mendapatkan akses. Sebab semua pintu telah disekat habis oleh TNI Polri.
Dalam keadaan yang serba susah itu, katanya, ia lantas memutuskan untuk meninggalkan kelompok separatis tersebut.
Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan merenda hidup bersama keluarga dan sesama warga lainnya di Pori Kampung Tarpajo.
Keputusannya itu, lanjut dia, tentu saja tidak disampaikan kepada Puron Wenda, atau sesama anggotanya.
Ia merahasiakan keputusannya sambil menunggu waktu yang tepat untuk berjalan pulang ke tanah kelahirannya di Pori.
Dan, ketika tiba waktunya untuk pulang, ia pun mulai meninggalkan kelompoknya,
Ia perlahan-lahan menjauh dengan alasan mencari makan atau alasan lainnya.
Sejak itu, Delson Telenggen berjalan sendirian hingga akhirnya menyerahkan diri kepada aparat keamanan.
Dalam video yang viral di media sosial, terlihat Delson Telenggen membeberkan semua fakta yang dialami selama di hutan dan bergabung dengan KKB.
Ia juga tak sungkan-sungkan membeberkan kegetiran hidup bersama anggota KKB lainnya, terutama soal persediaan bahan makanan.
Meski saban hari nyawa jadi taruhannya, kata Delson Telenggen, namun keselamatan anggota KKB sama sekali tak diperhatikan.
Jika sampai sekarang anggota KKB masih selamat dari incaran TNI Polri, katanya, itu semua karena kemahiran sang anggota.
Sebab, pimpinan KKB tak memperhatikan sama sekali soal itu. Yang diperhatikan pimpinan KKB hanyalah berperang dan menghindar.
Pasalnya, hanya itulah cara terbaik untuk selamat dari terjangan peluru TNI Polri, selamat dari incaran aparat keamanan.
"Itu yang membuat kami susah. Kami hidup susah sekali di dalam hutan," ujar Delson dalan video yang viral di medsos.
Daripada terus dibelit pelbagai kesulitan, kata Delson Telenggen, lebih baik ia memilih berhenti jadi anggota KKB dan kembali ke pangkuan NKRI (Nekara Kesatuan Republik Indonesia).
"Saya sudah memilih tinggalkan KKB. Saya tidak mau bergabung lagi. Saya tobat," ujarnya dengan nada tegas.
Apa yang diputuskan itu, kata Delson Telenggen, kini sedang dijalaninya. Ia tak mau kembali ke masa lalu yang penuh dengan duka nestapa.
Pengamat Terorisme Sebut Mereka Korban Propaganda
Sementara itu, banyak anggota KKB Papua memilih menyerah dan kembali ke pangkuan NKRI.
Ternyata mereka cuma korban propaganda KKB Papua.
Hal ini diungkapkan oleh Pengamat terorisme dan intelijen Stanislaus Riyanta baru-baru ini.
Ia menanggapi tentang kabar dua anggota KKB Papua menyerah dan kembali ke NKRI karena merasa ditelantarkan kelompoknya.
Stanislaus Riyanta menjelaskan, kehadiran negara sangat penting untuk mencegah munculnya kelompok-kelompok seperatis.
"Masyarakat banyak yang menjadi korban dari propaganda kelompok OPM/KKB.
Ini harusnya menjadi catatan bagi pemerintah bahwa ada ruang yang dimanfaatkan oleh OPM/KKB untuk melakukan propaganda itu," katanya, melansir dari Kompas.com dalam artikel 'Anggota TPNPB-OPM di Papua Barat Menyerahkan Diri, Ahli: Mereka Korban Propaganda'.
Kehadiran negara itu, kata Stanislaus, tidak harus dalam bentuk operasi militer.
Namun pendekatan yang lebih memberdayakan warga untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.
"Ketika negara hadir dengan berbagai pembangunan, termasuk program infrastruktur, peningkatan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya dan aparat keamanan ada untuk menjaga masyarakat maka ruang bagi OPM/KKB akan lebih sempit," katanya, Selasa (5/4/2022).
Ujung tombak dalam langkah itu, katanya, adalah pemerintah daerah, terutama dalam pengelolaan dana otonomi khususnya.
"Jika ini tidak maksimal maka TNI/Polri hanya akan jadi tumpuan dari segala permasalahan karena akan berujung pada masalah pertahanan dan keamanan," pungkasnya.
Diketahu sebelumnya, ada cerita dramatis di balik penyerahan diri dua anggota KKB Papua Natalis Watora (25) dan Engel Feneteruma (31) ke Makoramil 1804-07/Kambrauw, Kampung Sunua, Distrik Kambrauw, Kaimana, Papua Barat.
Kedua anggota TPNPB-OPM atau yang biasa disebut kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua ini sempat ketakutan dan lemas karena tidak makan.
Hal itu diungkapkan Dandim 1804/Kaimana Letkol Inf. Chairi Suhanda kepada Kompas.com (grup surya.co.id), Senin (4/4/2022).
"Mereka sudah takut, lemas, karena tidak makan. Dari situ mereka dibawa ke Kodim untuk diambil keterangan," ujar Chairi.
Saat pemeriksaan di Kodim, Chairi menuturkan, kedua anggota TPNPB-OPM itu menyampaikan ingin kembali ke kampungnya.
Mereka beralasan tidak tahu apa yang diperbuat selama mengikuti kegiatan bersama anggota TPNPB-OPM lainnya.
Chairi mengungkapkan, pihak Kodim kemudian memberi makanan dan pakaian yang layak kepada keduanya.
"Sempat kita tanyakan apa kelanjutan mereka. Kedua simpatisan mengaku ingin kembali ke kampung bersama keluarganya. Setelah itu kita buat surat pernyataan untuk dikembalikan ke kepala distrik untuk ditindaklanjuti," katanya.
Chairi menyebutkan, dari hasil pemeriksaan terhadap keduanya terungkap mereka lah yang diduga mengajak masyarakat untuk bergabung dengan kelompok yang dibentuk Batalyon Somb Winan.
Ia menyebutkan, dari hasil identifikasi di foto terdapat sekitar 80 orang yang ikut dalam keanggotaan tersebut.
"Kami berharap mereka bisa kembali ke kampung halaman masing-masing. Kita akan melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial seperti kegiatan komunikasi sosial kemasyarakatan," tegasnya.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id