Ramadan 2022
Menilik Ponpes Mambaus Sholihin di Manyar Gresik, Santrinya Tersebar di Penjuru Nusantara
Ponpes Mambaus Sholihin yang dulunya hanyalah sebuah surau kecil tempat mengaji para pemuda, kini tumbuh pesat jadi pusat menimba ilmu agama Islam.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, GRESIK - Kabupaten Gresik dikenal dengan julukan Kota Santri. Banyaknya pondok pesantren (Ponpes) yang berdiri di Gresik, membuat banyak santri berbondong-bondong untuk belajar ilmu agama Islam.
Tidak hanya berasala dari dalam Kabupaten Gresik, santri juga datang dari luar Gresik. Bahkan sampai luar Pulau Jawa.
Salah satu ponpes terbesar di Gresik adalah Ponpes Mambaus Sholihin. Ponpes yang berada di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik ini memiliki sejarah panjang.
Banyak doa ulama, habaib hingga para santri hingga membuat ponpes yang didirikan KH Abdullah Faqih, ayah dari KH Masbuhin Faqih bisa sebesar seperti sekarang ini.
Ponpes yang dulunya hanyalah sebuah surau kecil tempat mengaji para pemuda, kini tumbuh pesat jadi pusat menimba ilmu di penjuru nusantara.
Cikal bakal berdirinya Ponpes Mambaus Sholihin dimulai pada tahun 1967, ketika itu masih berupa sebuah surau kecil, tempat anak-anak dan pemuda belajar Alquran dan dasar-dasar ilmu agama Islam.
Perwakilan pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin, Dr H M Najib yang tak lain menantu dari KH Masbuhin Faqih menjelaskan, Ponpes Mambaus Sholihin berdiri setelah KH Masbuhin Faqih menyelesaikan pendidikannya di Ponpes Langitan Tuban dan telah mendapatkan restu dari para gurunya.
Karena masih awal, santrinya pun tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Saat itu belum ada pendidikan formal seperti sekarang, yang ada hanya ngaji saja.
Setelah berlangsung beberapa tahun dirasa ponpes butuh madrasah formal, kemudian berdirilah Madrasah Tsanawiyah dan Masrasah Aliyah.
"Alhamdulillah lambat laun sampai sekarang ada perguruan tingginya. Santri Mambaus sholihin dari segala penjuru Indonesia ada di sini," ungkap Gus Najib, Sabtu (9/4/2022).
Sistem pembelajaran Ponpes Mambaus Sholihin mengadopsi tiga kurikulum pesantren lain.
Dalam bidang pengaplikasian bahasa Arab dan Inggris mengambil kurikulum Ponpes Modern Gontor. Kemudian penerapan pembalajaran kitab kuning dari Ponpes Langitan dan penerapan ubudiyah keagamaan dari Sawah Pulo.
Pengadopsian sistem belajar di tiga pesantren itu, tak lepas dari sejarah KH Masbuhin Faqih yang pernah belajar di Pesantren Gontor dan Langitan. Sang Kiai karena terinspirasi dengan sistem gurunya, sekaligus tabarukan atau mencari berkah, akhirnya terbentuklah perpaduan Pondok Salafi dan Modern Mambaus Sholihin.
"Nama Mambaus Sholihin memiliki arti penting, yakni sumber orang-orang soleh," jelas Gus Najib.
Saat ini, karena ponpes tak bisa menampung ribuan santri yang akan menimba ilmu. Maka didirikanlah pondok cabang yang tersebar di beberapa daerah hingga luar Pulau Jawa.
Pondok cabang itu antara lain, Mambaus Sholihin 2 berada di Blitar, Mambaus Sholihin 3 berada di Benjeng, Mambaus Sholihin 4 berada di Ambon, Mambaus Sholihin 5 berada di Balongpanggang, Mambaus Sholihin 6 berada di Pulau Bali, Mambaus Sholihin 7 berada di Bintan Riau dan Mambaus Sholihin 8 berada di Tuban.
"Kami berharap Ponpes Mambaus Sholihin bisa memberikan dampak yang lebih luas kepada masyarakat, mengemban amanah para muazis para guru-guru yang mana mereka berharap Mambaus Solihin seperti namanya menjadi sumber orang-orang yang soleh," terangnya.
Gus Najib juga menuturkan, saat ini banyak dari alumni Mambaus Sholihin melanjutkan pendidikan lebih tinggi di kampus-kampus bergengsi luar negeri. Utamanya di negara Timur Tengah. Mulai dari Kampus tertua di dunia Al-Azhar Mesir, Yaman, Suriah, Sudan dan banyak negara lainnya.
"Alumni pertama yang melanjutkan pendidikan luar negeri pada tahun 1996, santri pertama itu menempuh belajar di Negara Yaman, kemudian dilanjutkan santri-santri lain," tutup Gus Najib.