Grahadi

Pemprov Jatim

Gubernur Khofifah Panen Raya Dua Jenis Padi Varietas Unggul di Malang

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melakukan panen raya dua jenis padi varietas unggul di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Cak Sur
Humas Pemprov Jatim
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melakukan panen raya dua jenis padi varietas unggul di lahan pertanian milik Kelompok Tani (Poktan) Morodadi Dusun Tanjung, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Kamis (7/4/2022) siang. 

SURYA.CO.ID, MALANG - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melakukan panen raya dua jenis padi varietas unggul di lahan pertanian milik Kelompok Tani (Poktan) Morodadi Dusun Tanjung, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Kamis (7/4/2022) siang.

Varietas unggul yang dipanen kali ini adalah Padi Hibrida Brangbiji dan Padi Inbrida Varietas Inpari 32.

Ada beberapa keunggulan dari masing-masing varietas padi yang dipanen Khofifah hari ini. Pertama, untuk Padi Hibrida Brangbiji, varietas ini memiliki rata-rata produksi 7,2 ton per hektaree.

Padi ini juga mampu menghasilkan 25 anakan per rumpun dengan jumlah butir sebanyak 350 butir per malai. Bahkan dalam kondisi optimal, produksi padi hibrida ini sejatinya bisa mencapai 14.8-15 ton per hektaree.

Sedangkan untuk varietas Padi Inbrida Varietas Inpari 32 memiliki keunggulan dengan rata-rata produksi 11,9 ton per hektare. Padi inbrida Inpari 32 mampu menghasilkan 32 anakan per rumpun, dengan jumlah butir sebanyak 190 butir per malai.

"Ketersediaan beras menjadi bagian yang sangat penting yang harus disiapkan. Ketika ketahanan pangan menjadi issue dunia dan masyarakat Indonesia bahan pangan pokoknya adalah beras, maka ketersediaan serta ketercukupan menjadi hal yang sangat penting," ungkap Khofifah.

Oleh sebab itu, menurut mantan Mensos ini, upaya mewujudkan swasembada pangan, terus dilakukan Pemprov Jatim. Yang hasilnya di tahun 2020 lalu, hasil produksi Padi di Jatim menjadi yang tertinggi se Indonesia dengan total produksi mencapai 9,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Sedangkan di 2021, produksi padi Jatim mencapai 9,74 juta ton atau setara dengan 5,6 juta beras dan masih menjadi yang tertinggi di Indonesia.

"Hari ini saya sengaja turun untuk bisa melakukan monitoring dan memastikan karena perubahan iklim , hidrometeorologi serta cuaca ekstrem ini berpotensi berdampak pada produksi padi kita," urainya.

Khofifah menyebut, panen raya padi di Malang ini menjadi warning karena perubahan iklim terbukti mempengaruhi hasil produksi panen padi.

Seperti untuk varietas hibrida Brangbiji, ketika kondisi optimal harusnya jenis ini bisa produksi mencapai 14,8-15 ton per hektare.

Namun karena perubahan iklim, hasil panen turun menjadi 9 ton per hektare. Sementara padi inpari varietas inbrida 32 yang biasanya 11,8 ton perhektare turun menjadi 6-7 ton per hektare.

"Saya juga akan melakukan proses monitoring langsung panen bersama seperti ini di banyak titik, karena selain kita harus bisa melakukan prediksi dari seluruh produksi padi agar hasil panen bisa optimal, juga melakukan percepatan masa tanam," jelasnya.

Ditegaskannya para petani harus melakukan percepatan masa tanam sebelum masuk musim kemarau.

"Tolong ada percepatan masa tanam mumpung masih dapat air dan masih musim hujan kalau telat masa tanamnya akan berdampak pada produksi total padi kita," ungkapnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved