Partai Demokrat
AHY Tunjuk Emil Dardak Pimpin Demokrat Jatim, Kader Asal Bangkalan Sebut Kemunduran Berdemokrasi
Menurut Syafi’i, apa yang dipertontonkan DPP Demokrat saat ini merupakan bentuk pendistorsian terhadap roh demokrasi di tubuh Partai Demokrat.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Keputusan Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur mendapat reaksi miring.
Seorang kader DPC Partai Demokrat Bangkalan, Syafi’i, MH menyebut bahwa keputusan itu adalah ebuah kemunduran di tubuh partai berlogo Mercy itu.
“Kebijakan tersebut saya kira adalah bentuk akal-akalan DPP Demokrat, memilih Ketua DPD Demokrat (Jatim) sesuai dengan selera. Dengan bahasa lain, sesuai dengan keinginan DPP Demokrat sendiri. Karena penilaian pada fase fit and proper test, saya rasa sangat normatif penilaiannya,” ungkap Syafi’i kepada SURYA, Jumat (1/4/2022).
Menurut Syafi’i, apa yang dipertontonkan DPP Demokrat saat ini merupakan bentuk pendistorsian terhadap roh demokrasi di tubuh Partai Demokrat. Pasalnya, hasil Musda DPD Partai Demokrat pada Januari 2022 menghasilkan Bayu Airlangga dengan perolehan dukungan 25 suara dan Emil Dardak mendulang 13 suara dari 38 DPC se-Jawa Timur.
“Saya selaku kader Partai Demokrat kecewa atas keputusan DPP. Bagi kami hasil Musda sudah diketahui arah dukungan, siapa peraih dukungan suara terbanyak dalam berdemokrasi di tubuh Partai Demokrat,” tegasnya.
Seperti diketahui, AHY secara resmi menunjuk Emil Dardak sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. Hal itu dibenarkan Kepala Badan Pembinaan Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Partai Demokrat, Herman Khaeron, Rabu (30/3/2022) malam.
Secara logika dasar, lanjut Syai’i, DPC-DPC yang memilih calon Ketua DPD adalah bentuk representantif perwakilan dari semua kader yang ada di kabupaten/kota se Jawa Timur. Karena DPC secara tidak langsung dipilih secara demokratis oleh PAC di kabupaten/kota dan ranting.
“Jadi sikap DPP itu tidak memperhatikan suara kader di bawah, sesuai selera atau bahasa lain sesuai dengan keinginan saja,” pungkasnya. ****