Blusukan ke Pasar Besar Pasuruan, Khofifah Temukan Harga Daging Stabil tapi Bumbu Dapur Naik
“Kalau untuk daging sapi, suplainya cukup dan harnya stabil. Tapi ini ada fenomena kenaikan beberapa bumbu dapur, cabe rawit kemudian bawang merah"
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYA.CO.ID|KOTA PASURUAN - Jelang bulan puasa ramadhan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau harga komoditas bahan pokok di Pasar Besar Kota Pasuruan, Jumat (4/3/2022).
Di Pasar Besar tersebut, Khofifah mendapati sejumlah temuan. Pertama untuk harga daging sapi, didapati bahwa harganya stabil di angka Rp 110 ribu per kilogram.
Namun yang terindikasi mengalami kenaikan adalah harga bumbu dapur. Dimana harga cabai rawit, cabai keriting dan juga bawang merah mengalami kenaikan harga.
“Kalau untuk daging sapi, suplainya cukup dan harnya stabil. Tapi ini ada fenomena kenaikan beberapa bumbu dapur ya, cabe, cabe rawit kemudian bawang merah. Jadi ini 27 hari lagi kita masuk Ramadan, jadi hal-hal yang menjadi kebutuhan kebutuhan di masing-masing keluarga, katering, warung, seluruh Bupati Walikota di Jawa Timur saya minta sama-sama mengontrol,” kata Khofifah.
Sebab menurut Khofifah jelang memasuki bulan ramadhan ini, pemerintah sedang berupaya keras melakukan upaya agar seluruh komoditas bisa stabil.
Seperti misalnya minyak goreng, hingga kini Pemprov Jatim tengah melakukan untuk mengatur distribusi minyak goreng di pasar tradisional.
Sejak semalam pasalnya sebanyak 3.500 ton minyak goreng telah dikirim ke 17 kabupaten kota yang ada di Jatim.
Dengan upaya itu, diharapkan menjadi penetrasi pasar sehingga harga dan suplai minyak goreng di pasaran akan segera normal.
“Rencananya nanti akan datang lagi pesawat tanggal 9, minyaknya datang lagi 4000 Ton. Ini harapan kita makin terpenuhi kebutuhan masyarakat, terutama untuk minyak goreng,” tegas Khofifah.
Berikutnya, yang juga menjadi perhatian Khofifah dalam kegiatan blusukan di Pasar Besar adalah harga tahu dan tempe, dan kecukupan suplainya.
Menurut Khofifah, tahu dan tempe kini sudah ada di pasaran. Namun memang harus diakui ada penyesuaian.
Di Pasar Besar Kota Pasuruan, penyesuaian dilakukan pedagang dengan menaikkan harga satuan tahu maupun tempenya. Namun untuk ukuran tidak berubah.
“Nah tempe di sini cenderung memilih naik harga Tapi sizenya sama. Beda penyesuaian yang saya temukan ketika ke Madiun, pedagang di sana lebih memilih harga sama size-nya dikurangi. Sedangkan Kediri dan Nganjuk lebih memilih seperti Kota Pasuruan,” tegasnya.
Khusus untuk masalah kedelai, Khofifah menyebut hal ini memang dampak dari suplai kedelai dari luar megeri yang memang berkurang.
Lebih dari itu ia mengusulkan agar Pemerintah Pusat untuk memikirkan dengan serius terkait subsitusi impor dengan melakukan penanaman kedelai massal. Lokasinya dikatakan Khofifah bisa dilakukan di food estate yang kini dibangun pemerintah di Kalteng.
“Kalau untuk kedelai karena kita memang Jawa Timur sekitar 85 persen masih impor. Konsumsi kedelai di Jawa Timur untuk sekitar 155000 pengrajin tempe dan tahu memang 85 persen kedelai masih di impor,” tegas Khofifah.
Menurutnya ia sudah mengkomunikasikan usulan ke pusat agar sustainability pemenuhan kedelai bisa dipenuhi oleh pemerintah.
“Kan sekarang sedang disiapkan food estate di Kalimantan Tengah, kami minta ada yang didedikasikan secara kontinyu menanam kedelai. Karena di Jawa Timur sendiri kedelai seringkali ditanam selingan, setahun itu tanam padi padi kedelai. Kalau di food estate, bisa tidak selingan, tapi seutuhnya sepanjang tahun tanamnya kedelai,” tandas Khofifah.