Perburuan Teroris MIT Poso Berubah, Jenderal Andika Perkasa Beri Perintah Baru ke Kodam XIII/Merdeka

Pola perburuan sisa-sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, kini berubah. Jenderal Andika Perkasa beri perintah baru.

Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Beri Perintah Baru ke Anak Buahnya, Pola Perburuan Teroris MIT Poso Berubah. 

SURYA.co.id - Pola perburuan sisa-sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, kini berubah.

Hal ini lantaran Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memberikan perintah terbaru untuk anak buahnya yang tergabung dalam Satgas Madago Raya.

Jenderal Andika Perkasa menegaskan pembinaan teritorial menjadi operasi utama di wilayah Komando Daerah Militer (Kodam) XIII/Merdeka yang menaungi Provinsi Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

“Jadi intinya geografi, demografi, dan komunikasi dengan kondisi sosialnya, tetapi utamanya adalah pembinaan teritorial,” kata Panglima saat rapat bersama Pangdam XIII/Merdeka sebagaimana disiarkan kanal Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa.

Dalam pertemuan yang berlangsung secara virtual itu, Panglima Daerah Militer (Pangdam) XIII/Merdeka Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh menyampaikan konsep perubahan operasi terutama di daerah konflik seperti Poso, Sulawesi Tengah.

Di samping itu, ia menyampaikan Kodam XIII/Merdeka mengutamakan operasi pengamanan di pulau-pulau terluar pada 2022.

Beberapa pulau, termasuk di antaranya Pulau Miangas di Sulawesi Utara berada di wilayah perbatasan Indonesia dan Filipina.

Terkait operasi di Poso, Alfred menyampaikan pihaknya tidak lagi mengedepankan operasi tempur melainkan mengutamakan pembinaan teritorial dan komunikasi bersama masyarakat setempat.

Dengan demikian, pos-pos jaga Satgas Madago Raya di Poso yang mulanya mendukung operasi tempur, saat ini menjadi bagian komando rayon militer (koramil).

Pangdam XIII/Merdeka menerangkan setidaknya ada 40 pos jaga Satgas Madago Raya yang berada di bawah naungan TNI dan Polri.

Nantinya, kata dia, pos-pos jaga TNI akan menjadi pos-pos koramil.

“Sesuai dengan arahan (Panglima) kami akan membentuk 12 pos dengan kekuatan di setiap pos satgas 20 orang.

Kemudian, kami akan sampaikan tugasnya sesuai arahan Bapak, kami akan melaksanakan tugas-tugas koramil, yaitu pembinaan teritorial,” terang Alfred.

>>>Berikut video selengkapnya

Satgas Madago Raya yang merupakan Tim Gabungan TNI dan Polri dibentuk sejak 1 Januari 2021 untuk menangkap petinggi kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora.

Ali Kalora pada September 2021 ditemukan tewas setelah ia dan anggotanya baku tembak dengan Satgas Madago Raya di Pegunungan Desa Astina, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Sejauh ini, ada empat anggota MIT anak buah Ali Kalora yang masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), yaitu Askar alias Jaid alias Pak Guru, Muhklas alias Galuh alias Nae, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata.

Perintah Kapolda Sulteng

Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Rudy Sufahriadi memberikan perintah terbaru kepada Satgas Madago Raya dalam memburu sisa-sisa teroris MIT Poso.

Hal ini bertujuan untuk membujuk sisa-sisa anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang saat ini masih buron.

Kapolda Sulteng memerintahkan agar Satgas Madago Raya menerima anggota MIT Poso secara baik jika mereka menyerahkan diri.

Pernyataan itu disampaikan Rudy saat menyambangi beberapa Pos Sekat Kejar Satgas Madago Raya di Poso, Sulawesi Tengah.

"Ingin menekankan kepada anggota agar bisa menerima tiga DPO (daftar pencarian orang) teroris tersebut jika mau menyerahkan diri," kata Rudy di Poso, Rabu (19/1/2022).

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kapolda Sulteng Temui Personel Satgas Madago Raya di Poso, Minta DPO yang Serahkan Diri Diterima dengan Baik'.

Rudy mengatakan, anggota MIT bisa menyerahkan diri ke siapa saja, tidak hanya kepada anggota TNI-Polri tapi juga ke masyarakat setempat.

Dia juga mempersilakan masyarakat untuk memfasilitasi penyerahan diri buronan kasus terorisme tersebut.

"Siapa saja yang bisa berkomunikasi dengan para DPO silakan saja, jikalau mau menyerahkan diri kita terima semua untuk selanjutnya kita proses hukum," sebut Rudy.

Dalam kesempatan itu, Rudy turut memeriksa kesiapan pasukan Satgas Madago Raya.

Sejumlah bantuan diserahkan dalam peninjauan tersebut. Kepala Satgas Operasi Madago Raya Brigjen Polisi Reza Arief Dewanto dan Kapolres Poso AKBP Rentrix Ryaldi Yusuf ikut dalam rombongan peninjauan tersebut.

Sebagai informasi, saat ini tinggal tiga anggota MIT yang diduga masih bergerilya di kawasan pegunungan Sulawesi Tengah.

Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas,  dan Suhardin alias Hasan Pranata.

Ahmad Panjang ditembak mati

Inilah foto-foto Ali Kalora CS, teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang jadi buruan pemerintah.
Inilah foto-foto Ali Kalora CS, teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang jadi buruan pemerintah. (dok.polri)

Sebelumnya, anggota MIT Poso atas nama Ahmad Panjang berhasil ditembak aparat.

Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Ahmad Panjang dilakukan tindakan tegas dan terukur karena mencoba melawan petugas Satgas Madago Raya.

"Ya betul (Ahmad Panjang ditembak mati)," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Selasa (4/1/2022).

Namun demikian, pihaknya masih belum membeberkan kronologis penangkapan Ahmad Panjang. Jenazah teroris MIT Poso itu masih dalam proses identifikasi tim DVI Polri.

"Barang bukti masih dicek akan disampaikan Kapolda," tukas dia.

Diberitakan sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya dikabarkan kembali menangkap seorang buronan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Informasi yang dilansir dari tribunnews, satu teroris MIT Poso, Sulawesi Tengah ini ditangkap di pegunungan Kabupaten Parigi Moutong, Poso, Sulteng,  

Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Rudy Sufahriadi meminta empat buronan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tersisa untuk menyerahkan diri.

Hal tersebut menyusul telah kembali diperpanjang Satgas Operasi Madago Raya pada 2022.

"TNI-Polri sementara terus bekerja untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat dan tokoh agama guna menurunkan para DPO agar menyerahkan diri, tetapi sampai sekarang belum ada, sehingga harus terus dicari," kata Rudy dalam keterangannya, Sabtu (1/1/2022).

 Di sisi lain, Rudy mengapresiasi torehan Satgas Madago Raya yang berhasil melumpuhkan 5 dari 9 teroris MIT Poso pada 2021 lalu.

Apalagi, satu di antaranya merupakan pimpinan MIT Poso Ali Kalora.

"Hal yang menonjol selama tahun 2021 terkait penanganan terorisme, di antaranya adalah keberhasilan menangkap lima dari Sembilan DPO teroris Poso, antara lain Ali Kalora dan Jaka," jelasnya.

"Masih ada empat sisa DPO teroris Poso, dua dari Poso yaitu Suardin alias Farhan alias Abu Farhan dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang alias Basir, serta dua dari Bima NTB yaitu Jafar alias pak Guru alias Askar dan Imam alias Galuh alias Nae," sambungnya.

Ke depannya, kata Rudy, pihaknya akan segera merumuskan operasi Satgas Madago Raya untuk 2022 mendatang. Ia menuturkan pihak kepolisian akan fokus melakukan pendekatan soft approach.

"Operasi Madago Raya tahun 2022 akan mengedepankan tindakan soft approach, bagaimana cara bertindak ini semua sementara dirumuskan," ujarnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved