Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

UPDATE Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember, Bripda Febriyan Izin Berbeda, Sri Mimpi Keranda

Sejumlah cerita pilu terungkap dari keluarga para korban ritual maut di Pantai Pytangan, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2021).

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Musahadah
kolase Surya.co.id dan instagram
Sosok Bripda Febriyan Duwi, Bintara Polri yang Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember. Berikut update korban ritual maut tersebut. 

Painah, dan sang suami, Maid tidak pernah tahu keterlibatan Syaiful dalam Kelompok Tunggal Jati Nusantara. Sebab, keduanya tidak pernah bercerita tentang kegiatan pengajian di kelompok tersebut.

"Ya katanya, pengajian. Kami tidak tahu apa-apa," imbuhnya.

Sehari-hari sang anak bekerja sebagai sales. Sedang menantunya ibu rumah tangga.

Sementara itu, anak sulung pasangan Syaiful dan Sri, Siti Amelia Malik menuturkan, sebenarnya sang ibu sudah tidak mau ikut dalam ritual, Minggu (13/2/2022).

"Ibu tidak enak badan, tapi diajak terus sama ayah, akhirnya ikut," ujarnya.

Dalam keluarga itu, hanya anak-anak Syaiful yang mengetahui kegiatan pengajian kelompok tersebut. Sebab, sang anak kerap diajak ikut pertemuan, juga beberapa kali ritual.

"Ya ada pengajiannya gitu, mengajari tentang istiqomah, juga ada ritual itu. Tujuannya saya tidak tahu. Bacannya ada Sahadat, Al-Fatihah, surat-surat pendek, dan Bahasa Jawa. Saya tidak tahu bacaan Bahasa Jawanya," kata Amel.

Dari informasi yang dihimpun Surya, lirik bacaan Bahasa Jawanya antara lain 'pingin sugih tanpa kerja, tanpa banda' atau ingin kaya tanpa kerja, tanpa modal.

3. Korban selamat terbentur karang

Bintang, salah satu korban selamat dari seretan ombak Pantai Payangan, Ambulu, Jember, menangis tergugu di dalam mobil saudaranya, Suwarto, Minggu (13/2/2022). Kakinya bengkak, dan ada beberapa luka.

Perempuan muda itu juga memanggil sang mama.

'Ma, kenapa mama tinggalin aku," ujarnya berkali-kali. Hanya kalimat itu yang keluar selama beberapa menit Surya ada di sampingnya. Air mata berjatuhan dari kelopak matanya.

Bintang terlihat syok berat. "Dari tadi kondisinya begitu," ujar Suwarto, sang paman yang menjemputnya di Puskesmas Ambulu.

Bintang syok, karena ibunya, Ny Sulastri menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa ritual berujung maut di laut selatan tersebut.

Menurut Suwarto, Bintang dan Sulastri termasuk dalam rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara tersebut. "Saya tidak tahu nama kelompoknya. Tahunya, mereka ikut pengajian, begitu saja," ujar Suwarto.

Suwarto, dan istrinya, Latifah, tidak tahu sejak kapan mereka tergabung di kelompok tersebut. Suwarto hanya tahu, jika 10 hari lalu, Sulastri juga ikut ritual ke Pantai Payangan.

Dalam ritual berakhir duka, Minggu (13/2/2022), sebenarnya Bintang sudah tidak mau ikut sang mama.

Bintang sudah tinggal di sebuah rumah kos di Kecamatan Rambipuji. Sementara ibunya, Sulastri berdomisili di Jl Kacapiring Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang.

"Tapi ibunya maksa, untuk ikut. Akhirnya ikut kemarin," imbuh Latifah.

Saat mulai tenang, Bintang sempat bercerita kepada Latifah, kalau ombak besar tiba-tiba datang ketika mereka masih berdiri di tepi pantai.

"Kata Bintang tadi, mereka masih berdiri bersisian. Kemudian ombak besar datang, dan tiba-tiba ibunya sudah tidak ada di sisinya. Sedangkan dia selamat, tapi sempat terbentur karang sepertinya, sehingga kakinya sampai bengkak," ujar Latifah.

Wajah Bintang sebelum peristiwa itu terjadi sempat direkam dalam sebuah video. Video itu kemudian beredar melalui beberapa grup WA. Bintang terlihat seperti orang linglung.

Sumber Surya menyebut, dia sempat kesurupan sehingga disadarkan di rumah petinggi Kelompok Tunggal Jati Nusantara, Jember. Peristiwa itu terjadi beberapa jam sebelum ritual digelar di Pantai Payangan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved