Erupsi Gunung Semeru
Setengah Abad Tak Terpisahkan, Tangis Nenek Mahriyeh Pecah Menanti Suami Korban Erupsi Gunung Semeru
Hari itu, nenek Mahriyeh (70) tak mengira erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur tiba saat suaminya sedang menggarap ladang di aliran lahar.
SURYA.co.id - Hari itu, nenek Mahriyeh (70) tak mengira erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur tiba saat suaminya sedang menggarap ladang di aliran lahar.
Langit tiba-tiba gelap seperti hari memasuki malam. Teriakan histeris para tetangga terdengar jelas.
Pikiran Mariyeh langsung tertuju kepada suaminya, Miran.
Abu panas Gunung Semeru bertebaran memendam dusun.
Rumah yang dihuni Mahriyeh dan Miran roboh tertutup abu vulkanik.
Saat kejadian, Mahriyeh dituntun oleh anak dan cucunya menjauhi rumahnya.
Namun, kabar Miran hingga kini belum teredengar.
Setiap nenek Mahriyeh teringat akan sosok suami tercintanya.
Lebih dari setengah abad, mereka selalu berdua.
Di hari nahas itu, Mahriyeh tak bersama Miran karena sedang sakit.
Namun, Mahriyeh masih sempat mengirimkan bekal makanan untuk suaminya.
Mahriyeh merupakan warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Dia masih ingat betul saat tangannya meracik nasi dan ikan asin.
Santapan tersebut disiapkan sebagai bekal makan sang suami pergi ke sawah yang berimpitan dengan jalur aliran lahar Gunung Semeru.
Air matanya seketika menetes saat teringat suaminya.