Banjir Bandang Kota Batu
Jawa Timur Waspada Ancaman Bencana Hidrometeorologi Mulai November 2021
Banjir bandang terjadi pada saluran alami, yang tergabung dalam aliran Sungai Brantas.
Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, BATU - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengingatkan tentang peringatan dari BMKG, mulai November 2021 sampai Februari 2022 akan terjadi intrnsitas curah hujan 70 persen lebih tinggi.
"Memungkinkan terjadi banjir, banjir bandang di Indonesia, terutama Jawa Timur. Saya mewanti-wanti kesiapsiagaan, sinergitas harus dilakukan," katanya.
Gubernur menambahkan, fenomena La Nina berdampak pada meningkatnya ancaman bencana hydrometrologi.
"Saat ini kita masuk dalam tanggap darurat, bisa mendirikan posko dapur umum, pos pengungsian, karena prediksi masih ada hujan susulan. Seluruh hunian di bantaran sungai harus dievakuasi, sesuai dengan siklusnya ada proses rehabilitasi dan konstruksi," tambah Khofifah.
Bencana di Kota Batu yang ada di beberapa titik menjadi atensi khusus Pemprov Jatim.
Khofifah turun langsung melihat kondisi terkini di lokasi bencana yang ada di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kota Batu, Kamis (4/11/2021) malam.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Serie A, Derbi Milan, LIVE beIN, Inter yakin Bisa Rusak Rekor Milan, Ini Sebabnya
Kedatangan Gubernur disambut Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, bersama Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso dan Forkopimda Kota Batu.
Selain itu, Gubernur juga melihat posko dapur umum yang didirikan oleh Tagana Kota Batu, di Balai Desa Bulukerto.
Direktur Perum Jasa Tirta 1, Raymond Valian Ruritan mengungkapan, banjir bandang terjadi pada saluran alami, yang tergabung dalam aliran Sungai Brantas.
Kejadian tersebut berawal dari hujan lebat dengan intensitas tinggi dengan curah hujan sekitar 80 mm di bagian atas Kota Batu. Sedangkan di bagian hulu sampai 100 mm selama dua jam, secara kumulatif
"Hujan mengangkut tanah, kayu dan ranting pohon di aliran alami yang kanan kirinya ada rumah penduduk, debit air di Kota Malang sekitar 430 meter per detik dengan kondisi siaga, " katanya.
Sementara Kepala BBWS Brantas Muhammad Rizal, menambahkan rata rata hujan di Jawa Timur mencapai 2000 mm, curah hujan tinggi tidak ditunjang dengan tangkapan airnya.
"Kita harus perbaiki ke depan, jangan sampai merembet ke Sungai Brantas, kita bersama pemerintah provinsi dan kota/kabupaten harus menata lagi daerah tangkapan air," ungkapnya.