imunisasi bayi

Aneh MPASI dan Imunisasi Berpengaruh Rendah Turunkan Prevalensi Stunting

Prof Razak juga menjelaskan bahwa menurut WHO, untuk mencapai target penurunan stunting global 40 persen tahun 2025.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Rudy Hartono
istimewa
Mengupas Efektivitas Intervensi Stunting: Studi Analisis Dekomposisi Program Penurunan Stunting 2018-2019 

SURYA.co.i, SURABAYA - Pemberian ASI eksklusif diindikasikan sebagai pendorong kuat penurunan prevalensi stunting di antara faktor pendorong lainnya. “Pendorong kuat lainnya antara lain, usia dan jenis kelamin, keberadaan ART merokok, fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun, serta status sakit,”  kata Prof Dr dr Abdul Razak Thaha, MSc dalam sesi "Mengupas Efektivitas Intervensi Stunting: Studi Analisis Dekomposisi Program Penurunan Stunting 2018-2019”, yang diselenggarakan dalam rangkaian Rakornas bertema Bergerak Bersama untuk Penurunan Stunting, Selasa lalu secara daring oleh Setwapres.

Prevalensi stunting pada balita dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur terpenuhinya layanan dasar dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Indonesia adalah salah satu negara dengan bebanstunting yang masih tinggi. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8 persen. Merujuk data integrasi Susenas-SSGBI 2019 yang dipublikasikan pada bulan September 2019, prevalensi stunting balita turun menjadi 27,67 persen, atau turun sebesar 3,13 persen. “Penurunan prevalensi stunting sebesar 3,13 persen dalam setahun menjadi sebuah harapan besar. Namun, penurunan tersebut menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak, terkait dengan faktor yang mendorong penurunan stunting pada tahun 2019," jelas Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Setwapres saat membuka sesi tersebut.

Menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan analisa untuk melihat determinan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penurunan prevalensi stunting. Setwapres, bersama bersama BPS bekerja sama dengan ICONS (Indonesian Center for Nutrition Studies) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. menyelenggarakan studi analisa dekomposisi terhadap penurunan prevalensi sebesar 3,13 persen pada tahun 2018 ke 2019. Studi ini menunjukkan adanya determinan pendorong kuat, sedang dan lemah terhadap penurunan prevalensi stunting di periode tersebut.

"Terdapat hal menarik dari studi ini karena mengapa MPASI dan imunisasi menjadi faktor kontributor rendah dalam penurunan prevalensi stunting, padahal dua faktor ini sangat penting dalam menjadi pendorong besar dalam penuruan prevalensi stunting,” tambah Prof Razak.

Selanjutnya dijelaskan bahwa bila benar penurunan prevalensi stunting 2018 ke 2019, sebesar 3,13 persen, disebabkan oleh faktor pendorong yang diidentifikasi dalam studi tersebut, maka pemerintah dapat mengakselerasi penurunan prevalensi stunting sampai 2014 melalui program-program yang berdasarkan penguatan variabel-variabel yang ada.

Dalam paparannya, Prof Razak juga menjelaskan bahwa menurut WHO, untuk mencapai target penurunan stunting global 40 persen tahun 2025, setiap negara hendaknya mencapai Annual Average Rate of Reduction (AARR) stunting sebesar 3,9 persen per tahun. Sedangkan menurut Global Nutrition Report tahun 2020 menunjukkan stunting secara global saat ini mencapai AARR 2,2 persen. Jadi penurunan prevalensi berdasarkan studi analisis dekomposisi ini sangat beralasan dan terjadi di banyak negara.

Sebagai langkah ke depan, diperlukan analisa lanjutan atas hasil studi dekomposisi penurunan stunting ini agar indentifikasi terhadap faktor-faktor pendukung dan penghambat penurunan stunting dapat dilakukan lebih mendalam.

Pemerintah dapat mengambil kebijakan berdasarkan Studi Analisis Dekomposisi Program Penurunan Stunting 2018-2019 dan bersama semua pihak terkait juga harus berani mengoreksi dan memperbaiki berbagai penghambat sehingga mampu mengubah pendorong sedang dan kecil menjadi pendorong kuat.

“Hasil analisis studi dekomposisi dapat dijadikan salah satu acuan bagi Pemerintah Pusat dan  pemerintah Daerah dalam menyusun program kegiatan terhadap hal-hal yang memiliki kontribusi nyata dalam percepatan penurunan stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024,” tutup Suprayoga.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved