Berita Blitar
Baru Bebas, Galih Jotos Mantan Kades Sampai Giginya Rontok; Mengaku Sering Di-Bully di Penjara
Ujung-ujungnya, Tris yang juga seorang mantan kepala desa (kades) kehilangan beberapa giginya akibat dihajar Galih.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BLITAR - Korban perundungan (bullying) kadang menyimpan dendam yang kelak membahayakan, apalagi kalau ia adalah seorang narapidana (napi).
Gara-gara menyimpan dendam karena sering menjadi korban bullying saat masih dipenjara, Galih (36), seorang mantan napi menganiaya Tris (51), sehingga gigi pria yang menjadi teman sesama napi itu rontok.
Kedua pria yang pernah menghuni penjara bersama-sama itu terlibat adu jotos di sebuah warung kopi (warkop) di depan Pasar Wlingi, pada 11 Mei lalu. Ujung-ujungnya, Tris yang juga seorang mantan kepala desa (kades) kehilangan beberapa giginya akibat dihajar Galih.
Buntutnya, Galih harus kembali merasakan penggapnya penjara. Warga Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Wlingi itu ditangkap di depan Pasar Wlingi, Kamis (20/5) dini hari, setelah kabur selama sembilan hari usai dilaporkan Tris dengan tuduhan penganiayaan.
"Keduanya saling kenal karena sama-sama pernah dipenjara. Begitu bebas, tak disangka mereka terlibat cekcok dan pelaku menganiaya mantan kades itu," kata Kasatreskrim Polres Blitar, AKP Ardian Yudo.
Menurut Ardian, dugaan penganiayaan itu bermula masalah sepele. Keduanya berkenalan saat dipenjara di Lapas Kelas II B Blitar. Galih ditahan karena kasus penganiayaan, sedangkan Tris terjerat pungli terkait program Prona (sertifikat massal).
Tris bebas lebih dulu atau selisih dua bulan sedangkan Galih baru bebas April lalu. Begitu sama-sama bebas, mereka bertemu secara kebetulan di sebuah warkop di depan Pasar Wlingi. Saat itu mendadak terjadi adu mulut.
Informasinya, Tris mulai meledek Galih saat diingatkan kenangannya ketika sama-sama mendekam di penjara. Ternyata ada informasi bahwa Galih sering di-bully oleh sesama napi.
Karena terus diejak, Galih emosi namun Tris tetap tidak memperhatikan. "Kemudian terjadi cekcok dan perkelahian. Pelaku menganiaya korban hingga terluka. Bahkan beberapa gigi korban sampai rontok," terang Ardian.
Puas menghajar korban, Galih langsung kabur karena tahu kalau bakal dilaporkan. Tidak jelas ke mana Galih kabur, namun ia mengaku bersembunyi di beberapa pasar di wilayah Blitar yang dalam 'penguasaan' teman-temannya.
Tetapi mungkin tidak tahan hidup dalam pelarian, Galih kembali muncul di tempat nongkrong selama ini yaitu Pasar Wlingi. "Ia tidak sadar kalau petugas mencarinya, pelaku dengan santai nongkrong di warkop depan Pasar Wlingi. Begitu tahu buruannya muncul, petugas langsung menangkapnya," pungkasnya.
Kepada petugas, Galih yang banyak tato di tubuhnya mengaku nekat melakukan penganiayaan pada mantan kades itu. Alasannya, saat sama-sama tinggal di lapas, ia mengaku menjadi bahan ledekan sesama napi. Begitu bebas, ia ingin melampiaskan sakit hatinya karena saat di penjara ia tak berani karena tak punya teman. *****