Wawancara Eksklusif

Inilah Sosok Maidi, Walikota Madiun yang Dapat Pujian dari Presiden Joko Widodo dalam Atasi Covid-19

Inilah Sosok Walikota Madiun yang ramai diperbincangkan gara-gara kebijakan tak biasa, Penjara bagi mereka yang nekat mudik.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Adrianus Adhi

Hasil pembangunannya harus juga bagus. Lampunya dilihat orang bagus. Trotoarnya dilihat orang bagus, ini tempat indah, maka saya cek sendiri. saya desain sendiri. Dan, Alhamdulillah banyak orang yang datang ke sini senang.

Betul, saya sendiri sebagai warga Kota Madiun ikut merasa senang. Pak Maidi, di samping kantor wali kota ini ada patung singa, mirip dengan patung singa yang ada di Singapura, yang munculin air. Kenapa bapak memilih singa?

Jadi begini, di timurnya itu nanti ada galeri (ikon) enam negara. Salah satunya Singapura. Karena apa, kita melihat bahwa singa, segalak-galaknya singa tidak ada memakan anaknya, ya to. Segalak-galaknya singa dia akan taat, jadi di sini itu walaupun ada keindahan, kasih sayang dan cinta itu selalu ada.

Dengan melihat kondisi itu, maka di Sumber Umis itu nanti menjadi tempat kuliner enam negara. Tetapi kita tidak melupakan kuliner lokal. Enam negara itu seperti Singapura, Prancis, Mekkah dan Madinah (Arab Saudi), Inggris. Nanti ada menara Eifel, Ka'bah, jam seperti yang di London. Itu lengkap.

Sebelah balai kota, itu nanti kalau sudah tidak ada Covid-19, ada terminal bus wisata. Busnya sudah ada semua, sekarang ada di garasi. Nanti akan ada di situ, semua yang datang di Madiun, posnya di sini. Dan di sinilah nanti ada terminal bus pariwisata kita, nanti tinggal memilih rute. Rutenya akan ke mana sudah kami tentukan. Rute wisata buatan di Madiun, 27 kelurahan mandiri, sudah kami siapkan semuanya.

Dengan kondisi-kondisi ini, di sini menjadi magnetnya. Dan orang kalau ke Kota Madiun, sama sudah ke enam negara.

Pak Maidi, kami tadi sebelum ke kantor bapak, sempat mampir ke RTM (Rumah Tahanan Militer) di Jalan Ahmad Yani, ditulisi tempat sebagai penampungan isolasi orang yang mudik. Itu benar pak, sangar kayak gitu. Jadi bagaimana ceritanya bapak bisa memilih tempat yang sangar seperti itu?

Ceritanya begini, tempat itu di tengah kota, tetapi serem. Serem, karena banyak orang yang tidak mau datang. Dan dulu menjadi tempat penyiksaan, kadang-kadang kalau malam terdengar seperti orang jerit-jerit seperti disiksa. Orang nangis, karena dulu tempat militer tahun 1818. Nah, sekarang sudah saya bersihkan semuanya, bagus, bersih, rapi. Kalau orang ke Kota Madiun, belum divaksin dua kali, dia tidak membawa surat sehat, mohon maaf harus saya cek dulu.

Jadi ini cuma untuk nakut-nakuti?

Lho bukan untuk nakut-nakuti, ini benar. Kalau nanti satu mobil saya cek reaktif, silakan satu mobil tidur di situ. Saya siapkan di situ. Kenapa saya buat program itu, saya hari ini sedang ngegas ekonomi ngerem Covid-19. Hari raya masyarakat harus bahagia semuanya. Sebelum sepuluh hari, hari raya ini kalau bisa ruang isolasi pasien Covid-19 sudah bersih semuanya. Kalau sudah bersih, dia bisa merayakan hari raya bersama keluarga. Tapi kalau masuk sebelum sepuluh hari, dia tidak bisa merayakan hari raya, karena isolasi minimal 10 hari.
Program-program inilah yang mendorong saya untuk memperketat masyarakat Kota Madiun harus sehat semua. Nah, kalau dari luar, reaktif, ndak usah, masuk aja di situ lima hari, nanti segalanya saya cukupi nggak apa-apa.

(Rahardian Bagus Priambodo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved