Kapal Selam Nanggala Hilang

Sosok Serda Pandu Awak KRI Nanggala 402 yang Baru Nikah 2 Bulan, Hadiah Sepatu PDL Ayah Tak Sampai

Gugurnya Serda Pandu ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama istri yang baru dua bulan dinikahi, Mega Dian Pratiwi.   

Penulis: Haorrahman | Editor: Musahadah
surya/haorrahman
Yayak Dwi Ernawati, ibu mertua Serda Pandu menunjukkan foto pernikahan anaknya. Berikut ini sosok Serda Ede Pandu Yudha Kusuma. 

BANYUWANGI, SURYA - Berikut ini sosok Serda Ede Pandu Yudha Kusuma, awak KRI Nanggala 402 yang baru menikah 2 bulan.

Serda Ede Pandu Yudha Kusuma dinyatakan gugur bersama 52 awak KRI Nanggala 402 setelah kapal selamnya terbelah menjadi tiga di perauran utara Bali. 

Gugurnya Serda Pandu ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama istri yang baru dua bulan dinikahi, Mega Dian Pratiwi.   

Mega Dian Pratiwi adalah bidan Puskesmas Klatak, warga Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. 

Kabar gugurnya Serda Pandu diterima langsung sang istri saat diundang datang ke Pangkalan TNI AL (Lanal) Banyuwangi pada Minggu (25/4/2021) siang.

Baca juga: Menhan Prabowo Jamin Beasiswa Anak Dansatsel KRI Nanggala 402 Kolonel Harry Setiawan Sampai Kuliah

Baca juga: Makna Kata Jalesveva Jayamahe, Slogan TNI AL Trending di Twitter Sejak KRI Nanggala 402 Tenggelam

Dalam pertemuan itu pihak keluarga diberikan penjelasan kondisi terakhir kapal selam KRI Nanggala-402 beserta krunya. 

Wahyudi, ayah Serda Pandu menceritakan hasil pertemuan itu.

"Istri Pandu lalu telepon saya, menceritakan pertemuan ke Lanal. Dia ditunjukkan video kondisi kapal yang pecah jadi 3 bagian, dan krunya dinyatakan gugur semua. Mau bagaimana lagi ini sudah ketentuan Tuhan," katanya. 

Siapa sebenarnya Serda Pandu

Berikut ini sosok Serda Pandu

1. Putra Prajurit TNI AD

Suasana doa bersama di rumah Peltu Wahyudi (ayah Pandu) dan foto Serda Ede Pandu Yudha Kusuma bersama istri. 
Suasana doa bersama di rumah Peltu Wahyudi (ayah Pandu) dan foto Serda Ede Pandu Yudha Kusuma bersama istri.  (surya.co.id/haorrahman)

Serda Pandu adalah putra prajurit TNI. 

Ayah Serda Pandu, Wahyudi adalah prajurit TNI AD berpangkat Peltu.  

Wahyudi mengatakan sejak kecil bahkan sebelum Pandu lancar bicara, telah bercita-cita menjadi tentara.

"Sebelum dia lancar bicara, dia ingin jadi tentara. Dulu kalau ditanya cita-cita, dia jawab mau jadi tentala," katanya.

Sebagai orangtua, Wahyudi hanya bisa mengarahkan. Akhirnya Pandu diterima menjadi anggota TNI AL. 

"Ketika mendaftar menjadi tentara, kita semua sadar akan segala resikonya. Apalagi menjadi kru kapal selam, resikonya lebih besar dari kapal permukaan," jelas Wahyudi. 

"Ini sudah menjadi ketetapan Tuhan. Kami harus menerima kenyataan, anak kami gugur saat berlayar bersama kapal Nanggala 402," tambahnya. 

2. Masuk TNI AL tahun 2016

Wahyudi bercerita Pandu diterima menjadi anggota TNI AL sejak 2016 lalu.

Desember tahun ini seharusnya tepat lima tahun Pandu menjadi anggota TNI AL. 

Sejak 2016 Pandu dinas di kapal permukaan.

3. Menjadi kru kapal selam

Pada 2018 Pandu mendapat telepon diminta kesatuan untuk mengikuti tes menjadi kru kapal selam. Pandu diminta secara khusus untuk mengikuti tes. 

Pandu akhirnya diterima menjadi 23 anggota kapal selam dari 100 orang yang mengikuti tes kala itu. 

Saat mengikuti sekolah kapal selam selama sekitar 7-8 bulan, Pandu sempat rindu dengan masakan Banyuwangi.

Wahyudi lantas mengirim makanan khas Banyuwangi, seperti pecel pitik, ayam kesrut, berikut sambal tempong ke tempat pendidikan di Surabaya.

"Makanan itu lalu dimakan bareng-bareng bersama anggota lainnya termasuk kapten kapal Nanggala yang juga gugur," kenang Wahyudi.

4. Dipameri sepatu baru 

Yayak Dwi Ernawati, ibu mertua Serda Ede Pandu Yudha Kusuma, merupakan operator senjata 2 di KRI Nanggala 402 yang dinyatakan hilang kontak di perairan Bali Utara sejak, Rabu (21/4). Pandu adalah warga Banyuwangi.
Yayak Dwi Ernawati, ibu mertua Serda Ede Pandu Yudha Kusuma, merupakan operator senjata 2 di KRI Nanggala 402 yang dinyatakan hilang kontak di perairan Bali Utara sejak, Rabu (21/4). Pandu adalah warga Banyuwangi. (surya/haorrahman)

Baru minggu lalu, Peltu Wahyudi sempat video call pamer sepatu Pakaian Dinas Lapangan (PDL) pada anaknya Serda Ede Pandu Yudha Kusuma

Wahyudi pamer baru saja mendapat pembagian sepatu PDL dari kesatuannya di TNI Angkatan Darat.

"Saya sama Pandu itu sepeti kakak adik. Saya dapat pembagian pakaian apa, saya kasihkan ke dia. Begitu juga sebaliknya. Minggu lalu saya dapat sepatu PDL. Sengaja ukuran sepatunya saya minta seperti ukuran sepatu Pandu," kata Wahyudi, ditemui usai doa bersama di rumahnya, di Kelurahan Sobo, Banyuwangi, Minggu (25/4) malam.

"Itu buat siapa pak? Ya buat kamu. Bagus pak sepatunya," kata Wahyudi mengenang video call terakhir dengan anaknya itu.

Rencananya jika pulang nanti, sepatu itu akan diberikan pada Pandu. Namun takdir berbicara lain.

Pandu termasuk dalam bagian kru kapal selam Nanggala yang dinyatakan tenggelam dan seluruh awaknya gugur. 

"Saya kalau lihat sepatu itu, selalu teringat Pandu," kata Wahyudi yang tak mau menunjukkan sepatu PDL itu karena teringat Pandu.

5. Keluarga ikhlas

Wahyudi berharap agar jenasah kru kapal bisa ditemukan. 

"Sebagai orangtua ingin anaknya kembali dalam kondisi apapun, sehingga masih diberikan kesempatan merawat terakhir kalinya," kata Peltu Wahyudi ayah dari Serda Ede Pandu Yudha Kusuma, salah satu kru kapal Nanggala 402, Minggu (25/4) malam. 

Meski telah dinyatakan gugur Wahyudi berharap evakuasi kapal Nanggala bisa tetap bisa dilakukan, dan jenasah anaknya bisa ditemukan.

Wahyudi berharap bisa merawat jenazah anaknya untuk terakhir kalinya. 

Wahyudi mengatakan keluarga sudah menerima dengan lapang dada. Walaupun keluarga sangat sedih. Ibu, adik, dan kakak Pandu terus menangis bahkan pingsan. 

Wahyudi harus memberi penjelasan pada istrinya.

"Ibunya sudah saya kasih tau anak jadi tentara yang resikonya sangat berat.  Apalagi kru kapal selam resikonya dua kali lipat. Tentu ini sangat berat terutama bagi ibunya, karena ibunya yang melahirkan dan mengandung 9 bulan," kata Wahyudi. 

Mendengar kru kapal selam dinyatakan gugur, Wahyudi dan warga tempat tinggal Pandu di Perumahan Flamboyan, Kelurahan Sobo, Banyuwangi menggelar doa bersama.

"Ini sudah ketetapan Tuhan. Kita harus menerima kenyataan yang ada. Anak saya gugur saat berlayar di KRI Nanggala-402," ujar Wahyudi di rumah duka. 

Doa bersama ini dilakukan oleh pihak keluarga dan tetangga sejak kap Nanggala 402 dinyatakan hilang di perairan Utara Pulau Bali. 

Ikuti berita tentang KRI Nanggala 402 disini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved