Kapal Selam Nanggala Hilang

5 Kapal Perang TNI AL Dikerahkan Cari KRI Nanggala 402 yang Hilang Kontak, Berikut Kehebatannya

Tidak kurang dari 5 kapal perang TNI AL dikerahkan untuk mencari keberadaan KRI Nanggala 402 yang hilang kontak di laut Bali. Ini kehebatannya

Youtube via Tribun Jateng
KRI I Gusti Ngurah Rai, salah satu kapal perang TNI AL yang ikut mencari keberadaan KRI Nanggala 402. 

Kapal kelas sigma ini dilengkapi dua buah mesin diesel V28-33D STC (sequintial turbo charging) diproduksi oleh MAN Diesel (Jerman) berkonfigurasi V 20 silinder.

Mesin berkekuatan 8900 kW ini masing-masing menggerakan sebuah baling-baling yang bisa diatur kemiringan bilahnya melalui sebuah gir pengurang putaran satu tingkat.

4. KRI dr. Soeharso 990

Melansir dari Wikipedia, KRI dr. Soeharso 990 (sebelumnya bernama KRI Tanjung Dalpele (972) adalah kapal jenis Bantu Rumah Sakit (BRS).

Awalnya kapal ini berfungsi sebagai Bantu Angkut Personel (BAP) bernama KRI Tanjung Dalpele (972), karena perubahan fungsi maka pada tanggal 17 September 2008 di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dikukuhkan oleh KASAL saat itu Laksamana TNI Slamet Soebijanto.

Pada saat bernama KRI Tanjung Dalpele (972), kapal ini adalah kapal serba guna yang berfungsi sebagai kapal bantu angkut personel (BAP), kapal bantu rumah sakit (BRS) serta dapat mendaratkan dua heli jenis Super Puma.

Kapal ini diklasifikasikan sebagai kapal LPD (Landing Platform Dock).

Nama Dalpele diambil dari sebuah tanjung yang terletak di pulau paling timur gugusan pulau di Provinsi Papua.

Nama tanjung tersebut diabadikan sebagai nama KRI karena di tempat itu para sukarelawan yang terdiri atas putra-putri terbaik Indonesia rela mengorbankan jiwa ketika berlangsungnya operasi Komando Trikora untuk membebaskan Irian Barat.

Kapal produksi Daesun Shipbuilding and Eng.Co.Ltd Pusan Korea Selatan ini tiba di Indonesia 21 September 2003.

Seiring dengan kebutuhan TNI AL secara umum dalam menjalankan tugas-tugas negara, TNI AL memesan 2 unit kapal yang menyerupai kapal ini dan telah beroperasi dan diberi nama KRI Surabaya dan KRI Makassar.

Nama dr. Soeharso diambil dari nama seorang dokter orthopedi (dokter ahli bedah tulang) yakni Prof. dr. Soeharso nama yang sama dengan nama rumah sakit orthopedi dan rehabilitasi di Solo.

Ia telah banyak berjasa selama masa perjuangan kemerdekaan membantu menolong dan merehabilitasi pejuang yang mengalami cacat anggota gerak tangan dan kaki akibat peperangan.

Kapal ini berbobot 11.394 ton kosong dan 16.000 ton berisi penuh.

Kapal sepanjang 122 meter, lebar 22 m, dan draft 4,9 m ini mempunyai geladak yang panjang dan luas sehingga mampu mengoperasikan dua buah helikopter sekelas Super puma sekaligus.

Kapal ini juga dilengkapi sebuah hanggar untuk menampung helikopter satu lagi dan juga melakukan perawatan terhadap helikopter.

Sebagai kapal rumah sakit, telah disediakan 1 ruang UGD,1 ruang ICU,1 ruang post operasi (RR), 3 ruang bedah (2 steril, 1 non steril), 6 ruang poliklinik, 14 ruang Penunjang Klinik dan 2 ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.

Kapal ini memiliki 75 anak buah kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap.

Jika dalam keadaan darurat, KRI DR Soeharso juga dapat menampung 400 pasukan dan 3000 penumpang.

Dalam fungsinya sebagai kapal angkut, kapal ini mampu mengangkut 14 truk/tank dengan bobot per truk/tank 8 ton, 3 helikopter tipe Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan 1 hovercraft.

Persenjataan, kapal ini dilengkapi senjata 2 pucuk meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20mm

Tenaga penggeraknya adalah mesin diesel.

5. KRI Pulau Rimau 724

KRI Pulau Rimau 724 (atau sebelum masuk ke Indonesia bernama Bitterfeld-332 M 2672) adalah kapal perang milik TNI AL bernomor lambung 724 buatan pabrik Jerman Timur Peenewerft Wolgast pada tahun 1972.

Pada tahun 1990-an, kapal perang tersebut masuk ke Indonesia setelah dibeli oleh B.J Habibie beserta dengan 39 kapal perang bekas Jerman Timur lainnya yang terdiri dari 16 korvet, 14 Landing Ship Tank (LST) dan sembilan penyapu ranjau bedasarkan Inpres 3/1992 tertanggal 3 September 1992.

Setelah masuk ke Indonesia, kapal perang tersebut dinamai dengan nama "Pulau Rimau" yang merupakan kecamatan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

KRI Pulau Rimau 724 merupakan kapal perang berjenis kapal penyapu ranjau (Minesweeper) yang digunakan untuk memotong kabel penghubung ranjau laut dengan jangkar ranjau.

KRI Pulau Rimau (724) termasuk dalam tipe Kelas Kondor.

KRI Pulau Rimau (724) memiliki panjang kapal 56,79 meter, lebar kapal 7,78 meter, dan tinggi kapal 2,46 meter dengan bobot kapal sebesar 506,52 ton.

Secara umum KRI Pulau Rimau (724) memiliki spesifikasi yang hampir mirip dengan Kelas Kondor lainnya, seperti memiliki dua unit mesin diesel 2-shaft dan mampu menghasilkan tenaga 4.400 bhp.

Dengan mesin yang dimiliki, KRI Pulau Rimau (724) dapat melaju dengan kecepatan jelajah 18 knot.

Persenjataan KRI Pulau Rimau (724) yang dimiliki antara lain dua meriam 2M3 berlaras ganda kaliber 25 mm dan senapan mesin berat (SMB) berkaliber 12,7mm.

Ikuti Berita Seputar Kapal Selam Nanggala Hilang

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved