KKB Papua

Pesan Menohok Kadisdik untuk KKB Papua Penembak 2 Guru di Beoga, Sebut Tuduhan Mereka Sangat Keji

Kadisdik Provinsi Papua, Christian Sohilait memberikan pesan menohok kepada KKB Papua penembak 2 guru di Beoga.

KOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI
Kadisdik Provinsi Papua Christian Sohilait. Ia memberikan Pesan Menohok untuk KKB Papua Penembak 2 Guru di Beoga 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah

SURYA.co.id - Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua, Christian Sohilait memberikan pesan menohok kepada KKB Papua penembak 2 guru di Beoga.

Sohilait juga angkat bicara terkait tuduhan KKB Papua yang menyebut kedua guru tersebut adalah mata-mata TNI-Polri.

Diketahui, guru SD Inpres Beoga, Oktovianus Rayo, dan guru matematika SMPN 1 Beoga, Yonatan Randen, tewas ditembak Kelompok Kriminal (KKB).

Baca juga: KKB Papua Kecele, Helikopter yang Dibakar Sudah Rusak, Ini Daftar Kebiadaban Sabinus Waker Cs

Baca juga: Motif KKB Papua Prenggen Telenggen Cs Bakar Helikopter Terungkap, Begini Kondisi Bandara Aminggaru

Sohilait pun menitipkan pesan kepada para pelaku penembakan.

"Guru-guru yang kalian bunuh itu mau menyelamatkan anak-anak kalian (dari kebodohan)," kata Sohilait di Jayapura, Senin (11/4/2021).

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Pesan Kadisdik Papua kepada KKB: Guru yang Kalian Bunuh Itu Ingin Menyelamatkan Anak-Anak Kalian...'

Sohilait juga angkat bicara tentang tuduhan KKB Papua yang menyebut Oktovianus adalah mata-mata aparat keamanan.

Ia menyebut tuduhan itu sangat keji.

Sohilait menyebutkan, letak secara geografis dan sarana infrastruktur yang minim di Beoga membuat tak banyak guru yang mau ditempatkan di lokasi itu.  

Apalagi, Beoga berada di ketinggian 3.500 meter dari permukaan laut.

"Mereka berdua itu guru-guru honorer, karena tidak mungkin ada guru saya dengan situasi begitu mau mempertaruhkan nyawanya dengan membawa-bawa senjata, saya pikir itu tidak benar, jangan mengalihkan opini setelah kalian menghilangkan orang punya nyawa," kata Sohilait.

Selain itu, ia juga menyebut masih ada tujuh guru yang berada di Beoga.

"Kemarin (10/4/2021) yang sudah dievakuasi tiga guru dan dua keluarganya.

Masih ada tujuh guru di Beoga, tapi dalam perkembangannya mereka bisa ukur-ukur sendiri apa mereka mau dievakuasi atau tetap di Beoga," kata Sohilait.

KKB Papua menembak Oktovianus Rayo yang sedang menjaga kios di rumahnya di Kampung Julugoma pada Kamis, sekitar pukul 09.30 WIT.

Oktovianus tewas setelah menderita dua luka tembak di rusuk kanan.

Sedangkan Yonathan menjadi korban penembakan pada Jumat sore. Ia mengalami luka tembak di bagian dada.

Yonathan sempat dilarikan masyarakat ke Puskesmas Beoga, tetapi nyawanya tak tertolong. Kedua jenazah dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4/2021).

Evakuasi akhirnya bisa dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga.

Sosok Yonathan Renden Guru yang Ditembak Mati KKB Papua

Inilah sosok Yonathan Renden, guru yang ditembak mati oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Sosok Yonathan Renden atau Natan diungkap oleh istrinya, Dewi Gita Paliling (21).

Dewi juga menceritakan detik-detik terakhir suaminya saat dikepung KKB Papua.

Berikut sosok Yonathan Renden dilansir dari Tribun Timur dalam artikel 'Detik-detik Guru asal Toraja Ditembak KKB Papua, Sempat Telepon Istri Lalu Sambungan Terputus'

1. Lulusan Matematika UKI Toraja

Yonathan Renden atau Natan (27) salah satu korban yang ditembak KKB Papua.

Alumni UKI Toraja jurusan Matematika itu tewas ditembak di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua pada Jumat (9/4) lalu. 

Yonathan adalah warga Dusun Tiromanda, Lembang (Desa) Batu Limbong, Kecamatan Bangkelekila', Kabupaten Toraja Utara. 

Istri Yonathan, Dewi Gita Paliling (21) saat ditemui Tribun Timur di Batu Limbong Minggu (11/4) sore tak kuasa menahan tangis. 

2. Detik-detik terakhir dikepung KKB Papua

Dewi menceritakan, sebelum kejadian, Yonathan sempat menghubunginya lewat telepon.

Dewi panik lantaran Yonathan saat itu mengaku telah dikepung oleh KKB. 

Belum lama berbicara, Yonathan kemudian menutup ponsel.

Dewi semakin panik dan mencoba menghubungi beberapa kerabat Yonathan namun juga tak menjawab. 

"Ia (Yonathan) bilang kami sudah dikepung, tapi belum lama bicara telepon mati," ucap Dewi. 
Beberapa saat kemudian, Dewi kembali menghubungi Yonathan. 

Namun yang mengangkat telepon bukan Yonathan, melainkan orang yang tidak dikenal. 

"Saya telpon lagi tapi saat itu putus-putus, intinya bukan suara suami saya, yang angkat tidak kukenal," sambungnya. 

Kemudian, kepastian Yonathan meninggal diketahui Dewi melalui media sosial Facebook. 

Di mana sejumlah kerabat Yonathan membuat status ucapan duka.

"Dari Facebook, pas kubuka langsung beberapa teman kirim ucapan duka dan posting foto suamiku," lanjut Dewi bercerita. 

3. Meninggalkan istri dan dua anak

Yonathan meninggalkan dua orang anak. Perempuan dan laki-laki. 

Anak pertamanya bernama Kirannuan berusia dua tahun. 

Kemudian bayi laki-lakinya yang masih berusia enam bulan bernama Arkana. 

"Yang satu ini (Arkana) belum dilihat langsung oleh Yonathan, terakhir waktu masih dalam kandungan," ungkap Dewi sambil mengusap air matanya. 

Saat melahirkan Arkana, sambung Dewi, kami komunikasi lewat video call. 

4. Terakhir pulang tahun 2019

Dikatakan, Yonathan merantau ke Papua kurang lebih tiga tahun. 

Terakhir Yonathan pulang ke Toraja pada awal 2019. 

"Saat mau kembali ke Papua, ia bilang jaga anak kita dengan baik," pungkas Dewi. 

Sebagai informasi, Yonathan merupakan salah satu guru di SMP 1 Beoga, Papua. 

Selain Yonathan, satu warga Toraja lainnya menjadi korban penembakan KKB. 

Adalah Oktovianus Rayo (42) yang tewas ditembak KKB pada Kamis (8/4). 

Sehari-hari Oktovianus bertugas di SD Jambul, Distrik Beoga, sekitar tiga kilometer dari kampung Julugoma.

Informasi yang dihimpun, jenazah Oktovianus dan Yonathan tiba di Toraja pada Senin (12/4) dini hari ini.

Situasi Terkini Kabupaten Puncak

Begini situasi terkini Kabupaten Puncak, Papua setelah teror brutal Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menembak 2 guru hingga membakar sekolah.

Akibat aksi brutal KKB Papu tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ikut bereaksi.

Melansir dari Antara, Senin (12/4/2021), Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebutkna bahwa saat ini warga sudah mengungsi ke pos TNI di Beoga dan akan segera dievakuasi ke Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Di Polsek Beoga ada 25 anggota Brimob namun dari laporan yang diterima anggota, KKB Papua juga cukup banyak sehingga lebih fokus mengamankan warga sipil yang kini sudah mengungsi, kata Irjen Pol Fakhiri.

Sementara itu, jenazah Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden yang menjadi korban penembakan KKB Papua telah dievakuasi aparat gabungan dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak ke Mimika, Sabtu (10/4/2021).

Irjen Mathius D Fakhiri menyebutkan proses evakuasi dua jenazah korban penembakan KKB Papua tersebut berjalan lancar.

"Alhamdulillah evakuasi berjalan lancar, kedua jenazah di evakuasi menggunakan pesawat SAS PK FSE dari Distrik Beoga ke Bandara Mozes Kilangin Timika," katanya.

Mathius menyebutkan lapangan terbang Beoga yang sebelumnya dikuasai oleh KKB Papua pimpinan Sabinus Waker telah diambil alih oleh aparat gabungan.

"Anggota gabungan TNI-Polri saat ini sudah menguasai bandara yang sebelum diduduki oleh kelomppok itu," ujarnya.

Mathius menyebut situasi di Distrik Beoga sudah mulai kondusif dan anggota gabungan telah melakukan pengejaran terhadap kelompok pimpinan Sabinus Walker.

Di sisi lain, aparat gabungan juga masih melakukan upaya evakuasi terhadap warga yang berada di Distrik Beoga.

"Kita akan naikan perkuatan untuk mem-back up di Beoga, sembari kita mendorong para guru yang berada di kampung Julukoma dan Ongolan untuk kita geser ke Sugapa Intan Jaya," katanya.

Ikuti Berita Seputar KKB Papua lainnya di SURYA.co.id

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved