Heboh Fenomena Judi Balap Sepeda di Surabaya, Pelakunya Remaja, Caranya Mirip dengan Balap Motor
Heboh Fenomena Judi Balap Sepeda di Surabaya, Pelakunya Remaja, Caranya Mirip dengan Balap Motor
Penulis: Firman Rachmanudin | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id | SURABAYA - Jika beberapa tahun terkahir, balap liar selalu identik dengan motor yang dimodifikasi, kali ini di dua tahun terkahir balap sepeda angin menjadi yang paling mudah di temukan di Surabaya.
DM (15) warga Gembong Surabaya, yang merupakan salah satu joki sepeda angin liar mengaku sudah setahun ini aktif menjadi joki
DM merupakan joki salah satu kelompok team AS yang tidak bisa berpindah menjadi joki di team balap sepeda angin liar lainnya.
"Saya joki team. Bukan independen. Jadi hanya bisa main buat team saja sendiri. Sudah hampir setahunan ini," ujar DM.
Sementara itu, menurut DM ada pula joki independen yang bisa direkrut oleh banyak team dengan nilai upah yang bervariasi.
Kata DN, besaran komisi yang diberikan team kepada joki bergantung pada jumlah taruhan yang dikeluarkan.
"Biasanya komisian. Tergantung nilai taruhannya. Kalau menang ya dapat besar kalau taruhannya besar. Biasanya dari lima jutaan, sampai ada yang event besar itu puluhan juta mainnya," aku DM.
Di Surabaya, tak sulit dijumpai aktifitas balap sepeda angin liar. Mereka yang kebanyakan anak di bawah umur itu, mencari cara mudah menunjukkan eksistensinya, meski tentu membahayakan dan melanggar hukum.
Di beberapa lokasi, para pemuda dan anak-anak ini kerap menjadikan jalanan sepi dengan trek memanjang sebagai arena balapan. Di antaranya di Merr, Kenjeran, Kedung Cowek, Kertajaya, Ngagel, Wiyung, Lakarsantri, Dinoyo, Karangpilang dan masih banyak lagi.
Kasat Sabhara Polrestabes Surabaya, AKBP Herman Priyanto tak menampik kabar soal pergeseran fenomena balap liar di Surabaya itu.
"Mereka kebetulan yang kami amankan, itu hampir setiap hari kami lakukan patroli selalu ada saja (balap liar).
Memang sekarang ini fenomenanya bergeser. Dari balap motor menjadi balap sepeda angin," ujar Herman, saat dikonfirmasi Surya.co.id, Selasa (23/3/2021).
Menurut Herman, dari mereka yang diamankan mengaku jika sepeda angin tak membutuhkan biaya besar untuk perawatan dibandingkan sepeda motor.
Selain itu, sepeda angin tidak memiliki ketentuan aturan hukum yang mengikat terkait standarisasi dan mudah dibawa kemana-mana.
"Karena jika pakai motor, itu biaya perawatan dan memodifikasinya bisa sampai puluhan juta rupiah. Belum lagi terkait surat dan standar yang diatur diundang-undang. Nah, ini menjadi celah bagi anak-anak ini atau pemuda bahkan orang dewasa sekalipun, menggunakan sepeda angin sebagai medium balap liar," imbunnya.