Krisis Politik di Myanmar
Junta Militer Myanmar Gerebek Kantor Media, 35 Jurnalis Ditangkap, Media: Ini Suram, Ini Mengerikan
Pemerintah junta militer keamanan Myanmar makin represif. Bukan hanya demonstran yang ditangkapi. Kini media juga menjadi sasaran.
SURYA.co.id I YANGON - Pemerintah junta militer keamanan Myanmar makin represif. Bukan hanya demonstran yang ditangkapi. Kini media juga menjadi sasaran.
Dua kantor media digrebek, dan sejumlah wartawan ditahan, pada Selasa (9/3/2021) lalu.
Setidaknya 35 jurnalis telah ditangkap sejak kudeta 1 Februari lalu, Myanmar Now melaporkan, di mana 19 di antaranya telah dibebaskan.
"Ini suram, itu mengerikan," ujar Thin Lei Win, salah satu pendiri media Myanmar Now yang merdeka dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/3/2021).
"Pengunjuk rasa serta wartawan akan keluar setiap hari bertanya-tanya apakah ini adalah hari terakhir bahwa mereka akan melakukan pekerjaan mereka. Dan aku benar-benar khawatir bahwa segalanya akan menjadi lebih buruk," ucapnya.
Sementara itu aparat keamanan Myanmarn kembali bertindak brutal, menembakkan gas air mata dan mengepung ratusan demonstran anti-junta militer di dua tempat di Yangon pada Rabu (10/3/2021).
Hal itu disampaikan para saksi, mendorong Kedutaan Besar AS untuk menyerukan penarikan aparat keamanan.
Pada hari Rabu, Polisi menyerbu sebuah kompleks perumahan pekerja kereta api di Yangon dan mengepung ratusan demonstran di distrik Okkalapa Utara, di bagian lain kota.
Lebih dari 100 orang ditangkap di dua lokasi itu, kata para saksi mata, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/3/2021).
Banyak pekerja kereta api adalah bagian dari gerakan pembangkangan sipil yang telah melumpuhkan bisnis pemerintah dan termasuk mendorong mogok kerja di bank, pabrik dan toko sejak tentara mengkudeta pemerintahan sah Aung San Suu Kyi.
