Perburuan Ali Kalora Cs Makan Korban Lagi 1 Brimob, Sebelumnya Anak Buah Jenderal Andika Perkasa

Perburuan Ali Kalora Cs dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) memakan korban lagi. 1 anggota Brimob Polda Sulteng gugur.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Istimewa/Tribun Palu
Ilustrasi anggota brimob memburu Ali Kalora Cs. Perburuan Ali Kalora Cs Makan Korban Lagi 1 Brimob 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Perburuan Ali Kalora Cs dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) memakan korban lagi dari pihak TNI-Polri.

Seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) gugur setelah terlibat kontak tembak dengan kelompok teroris Ali Kalora pada Rabu (3/3/2021).

Sebelumnya, perburuan Ali Kalora Cs juga menyebabkan anak buah Jenderal Andika Perkasa, Praka Dedi Irawan gugur.

Ilustrasi: Hari ini HUT Brimob Polri ke 74, Berikut 7 Fakta Sejarah Terbentuknya Korps Brigade Mobil
Ilustrasi pasukan brimob (Tribun Medan / M Andimaz Kahfi)

Baca juga: Update Perburuan Ali Kalora cs, Tinggal Punya 3 Pucuk Senjata dan Makin Terdesak: Menyerah atau Mati

Baca juga: Sosok Anak Santoso Teroris MIT Poso yang Tewas Tubuh Meledak Akibat Bom Sendiri: Pengikut Ali Kalora

Praka Dedi gugur dalam kontak senjata yang terjadi di wilayah Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (1/3/2021).

Tak lama kemudian, kontak senjata antara TNI-Polri dengan Ali Kalora Cs terjadi lagi di Pegunungan Kilo 7 Desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (3/3/2021).

Kejadian tersebut bermula dari patroli pengejaran yang dilakukan aparat yang tergabung dalam Satgas Madago Raya.

Seperti dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Kronologi Briptu Herlis Gugur saat Kontak Tembak dengan MIT Poso, Berawal dari Patroli Pengejaran'

Patroli pengejaran tersebut merupakan rangkaian dari kejadian kontak tembak pada Senin (1/2/2021).

"Kontak tembak ini adalah merupakan serangkaian dengan kejadian pada hari Senin.

Kemudian dilakukan pengejaran. Berawal dari patroli, kemudian terjadi kontak tembak lagi," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polda Sulteng Kombes Didik Supranoto saat dihubungi.

Anggota Brimob Polda yang tewas bernama Briptu Herlis. Didik mengatakan, Herlis ditembak pada sekitar 16.02 Wita.

"Luka tembak di badan bagian samping satu peluru," kata Didik.

Anak Buah Jenderal Andika Perkasa Gugur

Jenazah Praka Dedi Irawan yang gugur di Poso saat dimakamkan di Pekanbaru.
Jenazah Praka Dedi Irawan yang gugur di Poso saat dimakamkan di Pekanbaru. (Tribun Pekanbaru)

Sebelumnya, anak buah Jenderal Andika Perkasa bernama Praka Dedi Irawan gugur dalam kontak senjata Satgas Madago Raya dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah. 

Kontak senjata terjadi di wilayah Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (1/3/2021).

Seperti dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Tewas Dalam Baku Tembak Teroris MIT Poso, Praka Dedi Dilarikan ke RS Wirabuana Palu'

Selain Praka Dedi Irawan, dua anggota MIT anak buah Ali Kalora tewas. 

Mereka adalah Samid alias Alvin serta Haerul alias Irul yang merupakan menantu dari Santoso.

Santoso merupakan pimpinan MIT sebelum digantikan oleh Ali Kalora.

Santoso  tewas saat baku tembak dengan petugas Satgas Operasi Tinombala terjadi 18 Juli 2016. 

Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso menjelaskan, Samid alias Alvin  selama ini masuk daftar pencarian orang (DPO).

Terkait tewasnya Praka Dedi Irawan, kapolda memastikan jenazahnya sudah diterbangkan ke Jakarta.    

"Anggota TNI yang tewas baku tembak dengan POK MIT atas nama Praka Dedi Irawan, sekarang sudah diterbangkan di Jakarta," ujar Kapolda Sulteng didampingi Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf, Selasa.

Dalam baku tembak yang terjadi Senin (1/3/2021) sekitar pukul 16.30 Wita menewaskan Praka Dedi yang terkena luka tembak di bagian perut. 

Informasi diperoleh TribunPalu.com, Selasa (2/3/2021), Tim Koopsgabsus Chandra 2 dipimpin Serma Nyoman Dani baku tembak dengan kelompok DPO MIT di Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 1 Maret 2021, pukul 16.30 Wita.

Dalam pertempuran itu, Alvin tertembak dan tewas di tempat.

Sementara satu DPO MIT Poso belum diketahui identitasnya jatuh ke jurang setelah tertembak.

Praka Dedi juga tewas setelah bagian perutnya ditembus proyektil dari senjata DPO MIT Poso.

Pukul 18.40 Wita, Praka Dedi Irawan (Pos Kampung Maros) dievakuasi menuju RS Palu, menggunakan helikopter.

Pukul 19.23 Wita, jenazah Praka Dedi Irawan tiba di RS Sindhu Trisno atau RS Wirabuana, Kota Palu.

Pukul 19.31 Wita, Jenazah di masukkan ke ruangan VIP Sakti.

Hingga kini Tim Koopsus TNI masih memgejar DPO MIT Poso yang berada di sekitar lokasi kejadian.

Baca juga: Sosok Letkol Danang Prasetyo Wibowo Penerus Trah Militer Sarwo Edhie Jenderal dari Kopassus

Baca juga: Biodata Falen Mariar Mantan Pemain AC Milan Junior yang Kini Jadi Anak Buah Jenderal Andika Perkasa

Ali Kalora cs Makin Terdesak

Sementara itu, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, menengarai kelompok MIT pimpinan Ali Kalora saat ini semakin terdesak.

Penilaiannya didasarkan pada alasan bahwa jumlah personel kelompok itu semakin sedikit dan persenjataan yang mereka miliki tinggal tiga pucuk.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Memburu Mujahidin Indonesia Timur Pimpinan Ali Kalora di Poso, Polisi Sebut Kelompok Sudah Melemah'

Selain itu, wilayah persembuyian mereka sudah terdeteksi.

"MIT semakin terdesak.

Dan tampaknya susah bagi mereka mendapatkan bantuan dari luar karena posisinya tidak memungkinkan dari sisi itu.

Sekat-sekat dari Satgas Madago Raya begitu ketat sehingga bantuan dari luar susah masuk ke mereka. Ini membuat mereka terdesak dan bertahan dengan cara apa yang mereka bisa," jelas Ridwan.

Menurutnya, jalan terbaik buat kelompok MIT adalah menyerahkan diri.

"Kalau mereka ini memaksakan diri melawan, maka bisa dipastikan mereka akan habis dalam kontak tembak.

Tetapi bisa saja mereka menyerahkan diri menuju ke pos terdekat atau desa terdekat di pegunungan."

"Kemudian menyatakan menyerahkan diri barangkali mereka masih bisa diproses hukum.

Tentu harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka yang meneror masyarakat," paparnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved