Berita Lumajang
Cerita Mariyadi saat Longsor Terjang Desa Sawaran Kulon Lumajang, Terbangun Dengar Suara Gemuruh
Saat longsor terjadi di Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, ia sama sekali tak ingat menyelamatkan harta benda.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Mariyadi (65) warga Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, hanya bisa terduduk lemas.
Setelah 30 tahun lebih menempati rumah bersama istri sekitika hancur lenyap hanya kurang dari satu jam setelah dilanda tanah longsor.
"Sudah hancur semua gak bisa ditempati lagi," ujar Mariyadi (65) saat ditemui SURYA.co.id, Minggu (28/2/2021).
Mariyadi hanya bisa menahan kesedihan. Ia tak bisa menahan cucuran air mata saat kerabatnya datang di tempat pengungsian dan mengucap kata prihatin.
"Rumah itu banyak cerita kenangan, saya besarkan tiga anak ya di situ," ujarnya.
Kini Mariyadi sudah tak punya harta benda selain pakaian yang dikenakannya.
Baca juga: Dukung Target Indonesia Bebas Corona, Unesa Gelar Pandemi Talk Hadirkan Penyintas Covid-19
Baca juga: Warga Keluhkan PDAM, Begini Reaksi Bupati Gresik saat Telepon Dirut PDAM Tak Diangkat
Baca juga: Nongkrong Tak Pakai Masker, Sejumlah Pemuda Kota Blitar Dihukum Push Up
Saat longsor terjadi, ia sama sekali tak ingat menyelamatkan harta benda.
Saat itu yang terpintas di pikirkannya hanya cara menyelamatkan sang istri.
"Istri saya itu jalannya susah karena kakinya sakit. Akhirnya saya minta tolong warga buat paksa nuntun jalan ke dataran atas," katanya.

Namun, untung saat itu, ia masih sempat mengambil telepon genggam yang diletakkan di meja kamarnya.
Setelah dua jam berselang setelah longsor melululantahkan seluruh rumah warga, akhirnyw ia bisa menelepon anak-anaknya yang sedang merantau di kota orang.
"Waktu saya mau lari itu istri bilang jangan lupa bawa handphone, untung saya turuti saya akhirnya bisa telepon anak saya satu-satu," ujarnya.
Untuk diketahui, dari 37 warga yang tinggal di desa itu, Mariyadi lah saksi pertama yang mengetahui detik-detik datangnya tanah longsor.
Saat itu, ia yang sedang tidur terbangun mendengar suara gemuruh.
Merasa ada yang aneh, ia keluar rumah lewat pintu belakang.
Ia terkejut kandangnya rusak dihantam batu besar dan lumpur.
Untung, kata Mariyadi, sebelum terjadi longsor ia diberi tanda-tanda alam itu.
Kemungkinan jika tidak, semua warga bisa tewas tertimbun.
"Saya bersyukur gak apa-apa harta semua habis itu semua bisa dicari lagi yang semua selamat," pungkasnya.
13 Rumah Warga Tertimbun Lumpur
Sebelumnya, tanah longsor terjadi di Desa Kandang Tepus, Piket Nol, dan Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang.
Desa Sawaran Kulon menjadi lokasi yang paling parah terkena longsor.
Semua rumah warga tak terlihat lagi bentuknya lantaran tertimbun material tanah lumpur.
Mutaraf warga setempat menceritakan, peristiwa itu terjadi, Minggu (28/2) dini hari.
Tepatnya pada sekitar pukul 02.00 satu di antara warga menyaksikan lumpur dari bukit datang membanjiri teras rumah.
"Terus dia teriak-teriak bangunkan warga," kata Mutaraf, Minggu (28/2/2021).
Tak sampai satu jam kemudian, kata Mutaraf, berjuta-juta kubik material lumpur kembali datang dan bertambah banyak.
Seketika itu, lumpur langsung menimbun semua rumah warga
"Langsung bres, semua 13 rumah sama 1 musala tertimbun semua," ujarnya.
Sementara itu, dalam peristiwa ini semua warga dipastikan selamat.
Meski demikian setiap warga ditafsir mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
"Kambing ada 68 ekor, sapi 2, dan motor 1 tertimbun gak bisa diselamatkan," pungkasnya.