Kelebihan Pesawat Tempur Dassault Rafale yang Akan Diakuisisi TNI AU, Dilengkapi Radar Canggih

Inilah kelebihan spesifikasi pesawat tempur Dassault Rafale yang akan diakuisisi oleh TNI AU. Dilengkapi dengan radar canggih

KOMPAS.com/ RAJA UMAR
Pesawat Tempur Dassault Rafale yang Akan Diakuisisi TNI AU. kelebihan spesifikasinya diulas di artikel ini 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi

SURYA.co.id - Inilah kelebihan spesifikasi pesawat tempur Dassault Rafale yang akan diakuisisi oleh TNI AU.

Pesawat tempur Dassault Rafale rancangan Dassault Aviation memiliki banyak kelebihan, salah satunya dilengkapi dengan beberapa radar canggih.

Diketahui, TNI AU akan mulai mengakuisisi sejumlah alutsista canggih tahun ini hingga 2024.

Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat mengunjungi Jenderal Andika Perkasa di Mabes AD. Profil, biodata, dan rekam jejaknya ada di artikel ini
Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat mengunjungi Jenderal Andika Perkasa di Mabes AD. Profil, biodata, dan rekam jejaknya ada di artikel ini (Youtube TNI AD)

Baca juga: KKB Papua Tak Pandang Bulu, Emak-emak Dikeroyok dan Dibacok Parang, Begini Kronologi dan Kondisinya

Baca juga: Gaji Komjen Agus Andrianto Kabareskrim Baru Pilihan Kapolri Listyo Sigit, ini Biodata & Kekayaannya

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan sejumlah alutsista canggih tersebut di antaranya adalah:

1. Pesawat multi-role combat aircraft, F-15 EX dan Dassault Rafale

2. Radar GCI3

3. Pesawat berkemampuan Airborne Early Warning

4. Pesawat tanker yakni Multi Role Tanker Transport

5. Pesawat angkut C-130 J

6. UCAV (drone) berkemampuan MALE, dan berbagai alutsista lainnya.

Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'TNI AU Akan Akuisisi Pesawat Tempur Dassault Rafale, Drone, Hingga Radar GCI3 Mulai Tahun Ini'

Fadjar mengatakan pengadaan alutsista selain bertujuan untuk memperkuat kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan negara juga memiliki kontribusi yang signifikan yaitu sebagai salah satu bentuk diplomasi pertahanan yang bernilai strategis dengan negara-negara yang berpengaruh terhadap konstelasi politik global.

Terkait rencana pengadaan alutsista tersebut, kata Fadjar, mengalami sedikit keterlambatan dan beberapa kali harus melakukan revisi pengusulan alutsista yang terus disesuaikan dengan berbagai kondisi global dan kemampuan negara.

Meskipun memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF, kata Fadjar, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis.

Seluruh stakeholders mulai dari Kementerian Pertahanan hingga TNI Angkatan Udara, kata Fadjar, telah berulang kali berdiskusi dan mengkaji, untuk menemukan terobosan yang solutif.

Hal tersebut, kata dia, semata-mata untuk memudahkan langkah kita dalam mendapatkan alutsista terbaik yang memenuhi operational requirement, aspek commonality mendapatkan Transfer of Technology serta sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI Angkatan Udara.

Hal tersebut disampaikan Fadjar pada pembukaan Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Rapim TNI AU) Tahun 2021 di Denma Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur pada Kamis (18/2/2021).

"Hasil dari berbagai upaya tersebut, kini telah mulai menampakkan titik terang. Mulai tahun ini hingga tahun 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," kata Fadjar.

Di samping itu, kata Fadjar, untuk memenuhi kebutuhan alutsista dalam waktu dekat TNI AU juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI Angkatan Udara, yang pelaksanaannya akandimulai pada tahun ini.

"Saya ingin menggarisbawahi, bahwa esensi terpenting dari penambahan alutsista bukanlah pada penambahan jumlah platformnya. Namun, yang jauh lebih esensial adalah pada peningkatan kemampuan secara signifikan yang dapat kita ber-daya-guna-kan dalam menjaga kedaulatan negara di udara," kata Fadjar.

Fadjar menekankan yang menjadi tugas prajurit TNI Angkatan Udara adalah memastikan terjaganya kesiapan operasional matra udara, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan
perawatan alutsista agar terus berada pada level tertinggi.

Untuk itu, kata dia, TNI AU harus memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta melaksanakan berbagai tugas TNI Angkatan Udara secara profesional dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

"Di samping itu, menjaga safety dalam setiap pelaksanaan tugas, juga harus selalu menjadi concern tertinggi. Inilah kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi sebagai personel TNI Angkatan Udara," kata Fadjar.

Kelebihan Pesawat Tempur Dassault Rafale

Melansir dari Antara, Dassault Aviation merancang C01 Rafale dalam banyak varian, yaitu Rafale A, Rafale B, Rafale C, Rafale D, Rafale M, dan Rafale N untuk menggotong senjata nuklir.

Belakangan, cuma tiga varian yang paling banyak diproduksi, yaitu Rafale B (Biplace -tandem seater), Rafale C (Chasseur - kursi tunggal), dan Rafale M (Marine - ditempatkan di kapal induk untuk Korps Udara Angkatan Laut Prancis/Aeronavale).

Perbedaan paling pokok Rafale M dengan kedua varian lain adalah perangkat roda pendarat yang lebih kekar dan bobotnya yang bertambah 500 kilogram.

Dalam konfigurasi standar, Dassault Rafale dilengkapi sistem avionika (sistem sensor dan kinerja elektronika dalam keseluruhan sistem aviasi) yang dinilai cukup mumpuni.

Tipe-tipe awal dilengkapi Spectra yang digadang-gadang menciptakan situasi siluman virtual berbasis peranti lunak.

Belakangan dipertinggi kemampuannya melalui radar AESA RBE2 AA, yang dipercaya mampu meladeni berbagai keperluan.

Radar alias mata dan telinga bagi pesawat terbang.

Semakin tajam dan awas mata-telinga itu, semakin menakutkan pesawat tempur itu karena akan meninggikan efektivitas pemakaian persenjataan, baik peluru kendali ataupun sistem roket yang dibawa.

Dia akan lebih mampu mengenali mana sasaran yang harus dimusnahkan sesegera dan sebanyak mungkin, dan mana yang tidak perlu.

Radar AESA dan sistem avionika lainlah yang juga diadopsi serta dipercanggih habis-habisan oleh banyak pabrikan pesawat tempur.

Sebut JAS39 Gripen dari SAAB AB (Swedia) yang juga menjadi pesaing Dassault Rafale di Tanah Air sebagai calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14.

Gripen juga memiliki teknologi andalan serupa yang disebut portal www.aviatia.com “lebih lethal” ketimbang yang dimiliki Dassault Rafale.

Menurut data dari pabrikan, Rafale, dalam operasionalisasinya, memiliki “otak” bernama Integrated Modular Avionics dalam arsitektur Modular Data Processing Unit.

Inilah semua yang memungkinkan pilot untuk fokus saja pada misi sepanjang data yang dimasukkan akurat.

Jikapun kurang akurat, pilot masih bisa mengambil keputusan secepat mungkin sesuai situasi yang dia hadapi.

Secara otomatis pula, pesawat tempur dengan sayap kanard di belakang dome radar utama itu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, termasuk ketinggian dan kontur daratan sasaran, cuaca saat itu, hingga potensi ancaman yang ada.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved