Berita Magetan

Tentara di Magetan Raup Puluhan Juta Setelah Pensiun, Semua Bermula Hobinya Ini

dua tahun sebelum purnatugas ia sudah memulai menanam pohon kelengkeng yang merupakan persilangan jenis Diamond River dan kelengkeng Thailand

Penulis: Doni Prasetyo | Editor: Deddy Humana
surya/doni prasetyo
Pengunjung mendatangi area wisata kebun kelengkeng, yang dikembangkan purnawirawan TNI AU di Desa Belotan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Selasa (19/1/2021). 

SURYA.CO.ID, MAGETAN - Kalau ada anekdot 'biar kopral, tetapi penghasilan setara jenderal', itu tepat mencerminkan raihan Kusnin (60), warga Desa Belotan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.

Pria yang merupakan pensiunan dari TNI AU tersebut bisa meraup puluhan juta setiap bulannya berkat kerja kerasnya membudidayakan kelengkeng yang menjadi hobinya, di perkebunan miliknya.

Bedanya, Kusnin bukan kopral melainkan terakhir berpangkat Peltu (Pembantu Letnan Satu) di kesatuannya. Saat masih aktif bertugas, gajinya tentu tidak besar tetapi sekarang ia bisa membuktikan bahwa menjadi purnawirawan bukan berarti jiwa prajurit yang pantang menyerah, ikut surut.

Kusnin menuturkan, sekitar dua tahun sebelum purnatugas ia sudah memulai menanam pohon kelengkeng yang merupakan persilangan jenis Diamond River dan kelengkeng Thailand. "Bagi saya, purna dari TNI AU bukan purna segalanya," Kusnin membuka kisahnya kepada SURYA, Selasa (19/1/2021).

Sebagai persiapan pensiun, Kusnin sudah mempelajari budidaya kelengkeng persilangan, yang menghasilkan buah kelengkeng jenis itoh super. Varietas kelengkeng unggulan ini memiliki, daging buah tebal dan biji yang kecil.

Semangatnya makin menyala setelah resmi purnatugas sehingga bibit kelengkeng yang ditanam sudah berusia di atas 2 tahun dan siap panen setiap bulan. Waktunya memelihara sekitar 143 batang pohon kelengkengnya makin banyak.

"Pohon buah kelengkeng ditanam di atas tanah sekitar 10.000 meter persegi dengan jumlah 143 pohon kelengkeng. Dan tanaman sebanyak itu bisa dipanen setiap bulan," tuturnya.

"Tetapi setiap bulan itu yang bisa dipanen hanya 10 pohon sampai 13 pohon. Setiap pohon bisa didapatkan buah 75 KG," tambahnya.

Dijelaskan Kusnin, panen 75 KG itu kalau dikalikan harga di tingkat pedagang Rp 35.000 per KG, maka setiap pohon diperkirakan menghasilkan uang Rp 2,6 juta. Jadi bisa dihitung berapa yang dikantongi Kusnin kalau bisa memanen belasan pohon setiap bulan.

Areal kebun kelengkeng milik Kusnin tidak hanya menjadi tujuan para pedagang buah untuk kulakan. Tetapi juga sudah dibuka untuk pengunjung yang ingin membeli kelengkeng langsung dari pemiliknya, atau sekadar berwisata.

Selain mendapat harga di bawah pedagang, tambah Kusnin, pengunjung yang masuk hanya cukup membayar Rp 10.000 per orang. Di kawasan agrowisata kelengkeng itu, masyarakat juga leluasa makan buah kelengkeng sepuasnya.

"Tetapi harga pedagang itu tidak berlaku untuk pengunjung wisata kebun kelengkeng. Untuk pengunjung, kelengkeng 3 KG hanya diberi harga Rp 100.000 saja," ujar Kusnin.

Dan yang berbeda, selama masa pandemi Covid-19 ini jumlah pengunjung kebun kelengkengnya malah meningkat. Terutama anak-anak usia sekolah yang didampingi orangtuanya.

"Saya berada di kebun setiap hari untuk menerima anak-anak sekolah dan menjawab pertanyaan terkait pohon buah kelengkeng," ujar Kusnin.

Dijelaskan Kusnin, anak-anak usia sekolah umumnya menanyakan cara bercocok tanam kelengkeng. "Setelah bertanya, banyak anak sekolah yang ingin mendapat bibit pohon kelengkeng varietas Itoh Super seperti yang saya tanam," tutupnya.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved