UPDATE Kelompok Ali Kalora, 4 Tahun Dikejar, Penggal 4 Kepala Warga & Kini Dikepung Satgas Tinombala

Berikut update kelompok Ali Kalora yang baru-baru ini menggegerkan publik setelah memenggal 4 kepala warga dan membakar 7 rumah di Kabupaten Sigi.

Editor: Iksan Fauzi
Istimewa/Tribun Palu
Ilustrasi Satgas Tinombala buru kelompok teroris Ali kalora. Setelah memenggal kepala 4 warga, kini Satgas Tinombala mengepung kelompok Ali Kalora. 

Sekilas tentang Satgas Tinombala

Wagub Sulawesi Tengah Berharap kepada TNI untuk Tumpas KKB Ali Kalora
Wagub Sulawesi Tengah Berharap kepada TNI untuk Tumpas KKB Ali Kalora (Kompas TV)

Kasus pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (27/11/2020) menggegerkan publik.

Adapun korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.

Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga dibakar oleh pelaku.

Menurut polisi, pelaku pembunuhan diduga merupakan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.

"Terindikasi seperti itu ada kemiripan dari saksi-saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kami konfirmasi dengan foto-foto (DPO MIT Poso) ada kemiripan.

Terindikasi," kata Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyahutama, Sabtu (28/11/2020), dikutip SURYA.co.id dari Kompas.com.

Siapa Kelompok MIT?

Kelompok MIT sendiri diketahui memang kerap melakukan aksi kriminal maupun teror di Poso dan sekitarnya.

Misalnya, anggota kelompok itu diduga membunuh warga sipil di Poso pada 8 Agustus 2020, menembak anggota polisi di sebuah bank di Poso pada 15 April 2020, hingga diduga terlibat pembunuhan dua warga sipil di Parigi Moutong pada 27 Juni 2019.

Kelompok ini awalnya dipimpin oleh Santoso yang tewas dalam baku tembak dengan personel Operasi Tinombala di Poso pada 18 Juli 2016.

Setelah itu, Ali Kalora menggantikan posisi Santoso memimpin kelompok MIT bersama dengan Basri.

Kapolri saat itu, Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menegaskan, Operasi Tinombala akan digelar hingga kelompok bersenjata Santoso dinyatakan habis atau tidak memiliki anggota jaringan lagi.

Operasi penumpasan dilakukan di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, dengan area pengepungan seluas 60 kilometer persegi.

Badrodin mengakui, Operasi Tinombala berjalan lambat karena kondisi medan yang sulit.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved