Biodata Brigjen TNI Iwan Setiawan, Anak Buah Jenderal Andika Perkasa yang Pernah Taklukkan Everest
Brigjen TNI Iwan Setiawan merupakan anak buah KSAD Jenderal Andika Perkasa yang pernah menaklukkan Gunung Everest. Ini profil dan biodatanya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Berikut profil dan biodata Brigjen TNI Iwan Setiawan, anak buah KSAD Jenderal Andika Perkasa yang pernah menaklukkan Gunung Everest.
Profil dan biodata Brigjen TNI Iwan Setiawan sempat menjadi sorotan seluruh Indonesia bahkan dunia saat ia ikut dalam Ekspedisi Everest tahun 1997.
Melansir dari Wikipedia, Brigjen TNI Iwan Setiawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 16 Februari 1968.
Baca juga: Biodata Marbot Masjid Fadlul Rohman yang Termotivasi Jenderal Andika Perkasa, Ingin Jadi Kopassus
Baca juga: Sosok dan Biodata Rafael Keponakan Jenderal Andika Perkasa yang Berparas Ganteng, ini Foto-fotonya
Iwan merupakan seorang perwira tinggi TNI AD yang sejak 9 April 2020 mengemban amanat sebagai Komandan Korem 173/Praja Vira Braja.
Iwan lulus pendidikan Akmil tahun 1992 dan ahli dalam kecabangan Infanteri (Kopassus).
Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Pamen Denma Mabesad.
Riwayat Jabatan:
- Danyon 22/Grup 2/Kopassus (2008)
- Wadan Pusdikpassus (2012-2013)
- Danbrigif 22/Ota Manasa (2013-2014)
- Danpusdikpassus (2014-2015)
- Danrindam Jaya (2015-2016)
- Danrem 052/Wijayakrama (2016-2018)
- Pamen Denma Mabesad (2018-2020)
- Danrem 173/Praja Vira Braja (2020-Sekarang)
Melansir dari tayangan di channel youtube TNI AD, Brigjen TNI Iwan Setiawan menceritakan pengalamannya saat ikut menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Iwan mengaku sebelumnya tidak mengetahui apa itu Mount Everest atau Gunung Everest.
Bahkan, sebelumnya ia tak memiliki pengalaman mendaki gunung.
"Saya pada saat itu belum tahu apa itu Mount Everest. Bayangkan, kita naik gunung aja belum pernah, terutama gunung es.
Saat itu saya baru lulus komando, memang masih muda, fisiknya masih bagus. Kemudian ada seleksi untuk pendakian Mount Everest," kata Iwan Setiawan, dilansir dari GridHot dalam artikel 'Pikul Mandat dari Prabowo dan Negara, Jenderal Bintang Satu Ini Bawa Bendera Pusaka ke Puncak Everest, Sang Istri: Kalau Suami Saya Tidak Kembali, Ini Anak Tidak Ada Bapaknya'
Iwan pun mengatakan bahwa bagi Kopassus, tugas merupakan segalanya dan merupakan salah satu kehormatan.
Hal tersebut juga berlaku bagi pasukan yang nantinya lolos untuk mengikuti Ekspedisi Everest tahun 1997.
"Alhamdulillah saya menjadi salah satu perwira akademi militer yang lolos dan lulus ekspedisi Mount Everest itu," ujarnya.
Mengetahui dirinya lolos seleksi, Iwan Setiawan pun meminta izin untuk menikahi kekasihnya.
"Saya sebelum berangkat izin dengan Danjen Kopassus untuk menikah. Dan saya diizinkan sebelum berangkat (menikah dulu)," terangnya.
Usia pernikahannya baru sebentar, istri Iwan pun merasa khawatir akan ditinggal sang suami.
"Saya sempet (kepikiran) ini kalau suami saya tidak kembali ini anak tidak ada bapaknya.
Karena sebelum bapak berangkat, saya sempet nonton bareng, ada ekspedisi negara mana , ya?," ujar Beti Iwan Setiawan.
Iwan pun membenarkan rasa takut yang dimiliki sang istri.
"Pendakian Everest, lebih banyak korban meninggalnya, jadi istri ya mungkin khawatir anak lahir tidak ada bapaknya, sambung Brigjen Iwan Setiawan," imbuh Iwan.
Meski demikian, Iwan Setiawan kalo terjadi sesuatu kan kehormatan, karena membawa merah putih.
Iwan pun kemudian menceritakan halangan yang dihadapinya ketika mendaki gunung tertinggi di dunia itu.
"Kita kan dari iklim tropis, tidak pernah naik gunung es. Begitu sampai di sana langsung dibawa ke gunung es.
Saya baru berjalan 100 meter langsung muntah-muntah. Kaget dan memang tidak siap dengan cuaca dingin," terangnya.
Jauh dari sang suami, rupanya Beti merasakan rasa sakit yang dialami belahan jiwanya.
"Rupanya istri sudah merasakan (saya sakit)," imbuh Iwan.
Meski mengalami sakit di awal, Iwan pun tak menyerah karena ia merasa membawa mandat besar di pundaknya.
"Dan saya satu-satunya perwira akmil yang memimpin. Tumpuan arah dari Pak Prabowo saat itu, termasuk negara, di mana saya bisa mengibarkan bendera merah putih," paparnya.
Setelah 2 hari kemudian, Iwan dan rombongan pun melanjutkan perjalanan.
Tak seperti yang diharapkan, Iwan mengalami jatuh bangun.
"Saya terjatuh di ketinggian 8.500 m, begitu terjatuh saya terbayang istri saya sedang hamil besar.
Saya berdoa untuk bisa selamat dan bisa kembali melihat istri saya melahirkan," tambahnya.
"Saya berhasil sampai Mount Everest kemudian saya di puncak itu kehabisan oksigen.
Bayangkan ga orang bisa hidup di ketinggian 8.500m dengan suhu minus 50 derajat?," ujarnya.
Berkat kekuatan doa, Iwan dan rombongan pun berhasil selamat dan mengibarkan Bendera Pusaka di Puncak Gunung Everest.
"Begitu kembali, berhasil, saya dijemput sama 20 jenderal waktu itu kemudian kita menjadi orang asia pertama.
Kemudian dipanggil sama presiden, mendapatkan penghargaan berupa bintang. Saya disuruh sujud ke Tanah Suci. Saya merasa bersyukur bisa berhasil mengharumkan nama Indonesia," pungkasnya.
Mengenal Gunung Everest
Gunung Everest berdiri dengan megah setinggi 8.850 meter di atas permukaan laut (mdpl), atau 29.035 kaki.
Seperti dilansir dari Kompas dalam artikel '7 Fakta Menarik Gunung Everest, Ada Ritual Pendakian'
Hal ini membuatnya dinobatkan sebagai gunung tertinggi di dunia.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa Gunung Everest sudah ada sejak 50–60 juta tahun lalu.
Usia tersebut sama seperti usia seorang anak muda dalam standar geologi.
Gunung Everest terbentuk oleh kekuatan yang dihasilkan saat lempeng tektonik India dan Eurasia bertabrakan.
Hal tersebut mendorong bebatuan yang membentuk gunung tersebut.
Hingga saat ini, kekuatan tersebut masih bekerja mendorong puncak Everest sekitar seperempat inci lebih tinggi setiap tahunnya.
Di ketinggiannya, Gunung Everest memiliki oksigen yang tipis.
Para ilmuwan telah menentukan bahwa tubuh manusia tidak mampu bertahan melewati batas saat sudah mencapai ketinggian di atas 19.000 kaki.
Saat pendaki bergerak lebih tinggi, asupan oksigen mereka berkurang. Kemungkinan terkena radang dingin (frostbite) pun meningkat.
Guna meminimalisir hal tersebut, sebagian besar pendaki memakai tabung oksigen meski berat untuk dibawa.
Jika sudah sampai puncak, wisatawan diharap tidak membuang sampah tabung oksigen sembarangan.
Untuk mendaki Gunung Everest, wisatawan bisa memilih memilih salah satu dari 17 rute yang ada.
Namun, biasanya para pendaki hanya menggunakan salah satu dari dua rute saja.
Jika mendaki dari Nepal, terdapat rute Southeast Ridge yang diciptakan oleh Tenzing Norgay dan Edmund Hilary pada 1953.
Sementara dari Tibet, calon pendaki bisa melewati rute North Ridge.
Dahulu, Gunung Everest diberi nama “chomolungma” oleh masyarakat Tibet.
Artinya adalah ibu dewi alam semesta, ibu dewi bumi, atau dewi lembah.
Sementara dalam bahasa Sanskrit, gunung tersebut diberi nama “sagarmatha” yang artinya adalah puncak dari surga.
Nama tersebut diberikan oleh Pemerintah Nepal.
Pada 1865, seorang pemimpin penelitian asal Inggris bernama George Everest bekerja di India pada 1823–1830 sebagai seorang surveyor.
Selama bekerja di sana, dia dan para pendahulunya sempat melakukan pengukuran terhadap puncak Himalaya dengan busur meridional dari Himalaya ke Cape Comorin.
Gunung tersebut diberi nama setelah Everest guna menghargai jasanya.
Gunung Everest masuk dalam Seven Summits, yakni rangkaian dari tujuh gunung tertinggi di dunia, tepatnya di tujuh lempeng benua.
Gunung Everest merupakan yang paling tinggi dari semuanya.
Adapun gunung-gunung yang masuk dalam Seven Summits adalah Gunung Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4.884 mdpl di Papua (lempeng Australasia).
Selanjutnya Gunung Elbrus dengan ketinggian 5.642 mdpl di Rusia (lempeng Eropa), Gunung Kilimanjaro 5.895 mdpl di Tanzania (lempeng Afrika), dan Gunung Aconcagua 6.962 mdpl di Argentina (lempeng Amerika Selatan).
Kemudian Gunung Vinson Massif 4.892 mdpl di Antartika (lempeng Antartika), Gunung Denali 6.190 mdpl di Alaska (lempeng Amerika Utara), dan Gunung Everest 8.850 mdpl di Nepal (lempeng Asia).(*)