Sosok dan Biodata 2 Putra Papua yang Jadi Jenderal TNI, Ada Teman Seangkatan Jenderal Andika Perkasa
Joppye Onesimus Wayangkau dan Ali Hamdan Bogra adalah putra asli Papua yang sukses jadi Jenderal TNI, Ada Teman Seangkatan Jenderal Andika Perkasa
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Simak sosok dan biodata dua putra asli Papua yang kini menjadi jenderal di TNI AD.
Bahkan, salah satunya adalah teman seangkatan Jenderal Andika Perkasa saat di Akademi Militer.
Mereka adalah Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau dan Letjen TNI Ali Hamdan Bogra.
Tak cuma berpangkat tinggi, dua putra asli Papua itu juga memegang jabatan penting di TNI AD.
Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau menjabat sebagai Danpusterad (Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat).
Baca juga: Profil dan Biodata 2 Jenderal Wanita yang Dipercaya Jenderal Andika Perkasa Jadi Petinggi di TNI AD
Baca juga: Biodata Sertu Agusta H Tabisu Prajurit Kowad Asal Papua, Kini Jadi Anak Buah Jenderal Andika Perkasa
Sedangkan Letjen TNI Ali Hamdan Bogra sebagai Koorsahli KSAD.
Berikut rangkuman sosok dan biodata mereka dirangkum SURYA.co.id dari Wikipedia dan channel youtube TNI AD.
1. Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau
Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau merupakan putra Papua pertama yang meraih tiga bintang di lingkungan TNI AD.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau menjabatan sebagai Danpusterad (Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat).
Dalam video tersebut, Letjen Joppye Onesimus Wayangkau mengaku pernah lalui masa sulit sebelum mengemban jabatan tersebut.
Ia mengungkap perjuangan sulit meraih seragam loreng TNI.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau juga lahir saat Papua sedang dalam kondisi mencekam.
Letjen Joppye saat itu dibawa lari keluarga agar tak terkena peluru panas, karena neneknya telah tewas tertembak.
"Saya lahir di Serui tahun 62. Kalau menurut cerita orang tua saya itu sedang bergejolak, Indonesia masuk ke Papua. Sehingga saat saya lahir membawa saya dan keluarga sembunyi ke gua karena takut.
Salah satu nenek saya ada yang tertembak waktu itu, orang tua saya takut. Di sebelah barat Kota Serui, saya besar di situ," ujar Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau.
Awalnya, Joppye bercita-cita menjadi seorang pilot.
Lantaran dia bersekolah di wilayah landasan pesawat terbang.
Melihat para pilot menggunakan seragam bagus, Joppye bertekad untuk menjadi seorang pilot.
"Saya lihat pilot itu saya cita-cita sekali. Terlihat gagah terus lihat ada pangkatnya. Sampai SMA saya punya cita-cita menjadi pilot," lanjut Joppye.
Untuk mencapai cita-citanya, Joppye bertekad berangkat ke Jayapura untuk sekolah di Dinas Perhubungan.
Sayangnya, kondisi keuangan keluarga Joppye saat itu sedang tidak bagus.
Joppye dengan kecewa harus mengubur impiannya menjadi pilot.
Setelah kandas, Joppye tak menyerah dan memulai lembaran baru untuk kuliah di Proyek Perintis 2 (ITB Bogor) di fakultas Pertanian dan Uncen Manukwari fakultas peternakan.
Selama pendaftaran kulian, Joppye kembali terkendala dengan biaya.
Namun kali ini Joppye tak menyerah, dia saat itu berusaha mencari rupiah dengan ikut menjadi buruh (kuli) bangunan.
"Saya ikut buruh bangunan ngaspal jalan," tegas Joppye Onesimus.
"Iya ikut orang-orang PU, siram aspal di jalan, ngambil pasir. Sangking panasnya siang itu kita istirahat di emperan toko.
Saya ada melihat ada brosur di etalase toko. Saya lihat seragam, sebenarnya saya tidak tertarik 'ah saya dari kampung kalo sekolah pakai seragam gini kan udah pasti ga ketrima'." lanjut Joppye mulai tertarik dengan penerimaan TNI.
"Cuman saya lihat persyaratan-persyaratan itu, justru tulisan paling bawah yang menarik saya. Saya ingat ' Pendaftaran dan Pendidikan Tidak Dipungut Biaya', terus saya berpikir jadi tidak butuh biaya, yasudah saya coba daftar saja," jelas Joppye.
Akhirnya Joppye menerima pengumuman untuk kuliah, dia diterima di tiga tempat yang dia daftari.
"IPB fakultas pertanian, kemudian Uncen fakultas peternakan, kemudian Akabri lulus," lanjutnya.
Joppye akhirnya memilih menjadi abdi negara lantaran pendidikan tidak memikirkan biaya.
Dikutip Warta Kota, Joppye merupakan putra kelahiran Serui, Papua,17 Juli 1962, yang juga lulusan Akademi militer (Akmil) 1986 dari kecabangan Infanteri dan lulusan Lemhannas 2013.
Sebelumnya, Joppye pernah mengemban sejumlah jabatan penting.
Antara lain Danbrigif 24/Bulungan Cakti (2009-2011), Asops Kasdam XVII/Cenderawasih (2011-2012), Danrem 172/Praja Wira Yakthi (2012-2013), hingga Pati Sahli TK III Bid SosbudKum Panglima TNI (2016).
Sedangkan Bogra merupakan putra kelahiran Serui, Papua, 6 Januari 1963, yang lulusan Akademi militer (Akmil) 1987 dan lulusan Lemhannas 2015.
Beberapa jabatan strategis yang pernah diembannya antara lain Kapendam XVII/Cendrawasih (2011), Kasrem 171/PVT (2012), Staf Ahli Pangdam XVII/Cendrawasih bidang Ideologi Politik (2014), hingga Bandep Lingkungan Sosial Setjen Wantannas (2017).
2. Letjen TNI Ali Hamdan Bogra
Baca juga: UPDATE Fakta Kebrutalan KKB Papua Tembak Bambang Purwoko dan Prajurit TNI, Jubir OPM Beri Pengakuan
Letjen TNI Ali Hamdan Bogra mendapat kenaikan pangkat pada Jumat (25/9/2020).
Melansir dari Wikipedia, Letjen TNI Ali Hamdan Bogra lahir di Serui, Papua pada 6 Januari 1963.
Mantan Panglima Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari itu kini menjabat sebagai Koorsahli KSAD sejak 26 Agustus 2020.
Ali Hamdan Bogra lulus Akmil 1987 dari kecabangan Infanteri, ia merupakan teman seangkatan Jenderal Andika Perkasa.
Mayjen TNI Ali Hamdan Bogra dikaruniai 4 orang anak dengan isterinya Ibu Retno Sulasweni asal Klaten Jawa Tengah.
Anak pertama Suwarokum Ridwan Bogra, B.Eng yg berprofesi sebagai insinyur pertambangan lulusan Western Australia School of Mine dan berkarier di salah satu perusahaan ternama di dunia yaitu PT. Freeport Indonesia, anak kedua Ipda Suwalyadin Rizal Bogra, S.Tr.K juga yang berprofesi sebagai anggota polri.
Rizal Bogra merupakan lulusan Akpol tahun 2016 detasemen 47 SPL.
Lalu putra ketiga Subhan Rizki Bogra, B.Eng juga mengikuti jejak karier kakak pertamanya. Ia lulusan teknik pertambangan University of Adelaide Australia.
Serta Putri keempat Sufathonah Ridha Bogra yang sekarang tengah menjalani pendidikan sekolah menengah atas di salah satu SMA Negeri Kota Sorong.
Ini merupakan kebahagiaan yang sempurna dari Mayjen TNI Ali Hamdan Bogra selaku kepala keluarga dan ayah.
Riwayat Pendidikan Umum:
- SD Negeri Kokonao, Kab. Mimika, Papua
- SMP Negeri 1 Manokwari, Papua Barat
- SMA Negeri 1 Manokwari, Papua Barat
- S1 Ilmu Politik
- S2 Pengkajian Ketahanan Nasional
Riwayat Pendidikan Militer:
- Akademi Militer 1987
- Susarcab Infanteri
- Suslapa I
- Suslapa II
- Suspa Intel
- Seskoad
- Susdandim
- Susdanrem
- Sesko TNI
- Lemhannas
Riwayat Jabatan:
- Danton, Danki, Pasi Batalyon 315/Garuda Bogor (1987-1995)
- Kasdim 1708/Biak
- Kabagops Pusdikintel Kodiklatad (2003)
- Pabandyaops Sopsdam Jaya (2004)
- Dandim 1706/Fak-Fak (2005)
- Kasbrigif 15/Ima Jaya Keramo (2008)
- Pabandya I/Kurdik PA, Spabankurdik, Sdirdik, Kodiklatad (2009)
- Kapendam XVII/Cendrawasih (2011—2012)
- Kasrem 171/Praja Vira Tama[3] (2012—2014)
- Staf Ahli Pangdam XVII/Cendrawasih bidang Ideologi Politik (2014—2015)
- Pamen Denma Mabesad (Dik Lemhannas) (2015—2016)
- Paban Sahli Bid. Komphan Pok Sahli Bid. Jemen Sishanneg Sahli Kasad (2016—2017)
- Bandep Urusan Lingkungan Sosial Setjen Wantannas (2017—2019)
- Wadan Sesko TNI (2019—2020)
- Pangdam XVIII/Kasuari (2020)
- Koorsahli KSAD (2020)
Dalam video berjudul ‘Cerita Mayjen TNI Ali H Bogra Cari Kost Bersama Pak Andika.. | BULETIN TNI AD’ yang diunggah channel youtube TNI AD, Ali Hamdan Bogra menceritakan perjuangannya.
Ali saat kecil ternyata tidak punya cita-cita jadi tentara.
Waktu kecil tinggal di Kokonau, Papua, kota yang selalu tenggelam kalau hujan.
Berangkat ke sekolah dengan perahu dan pulang sekolah dengan dorong perahu karena air sudah surut.
Setelah SMA di Manokwari memilih merantau ke Surabaya untuk mendaftar Akademi Maritim.
Namun, ketika sampai Surabaya, ternyata Akademi Maritim tahu-tahu sudah tutup.
Akhirnya ke Semarang, namun sampai disana ternyata pendaftaran juga sudah tutup.
Karena tidak tercapai, Bogra pulang lagi, kebetulan ada tim bola dari Marauke yang kembali ke Papua, terakhir ia mengikuti pulang dengan tim bola itu.
Setelah setahun tinggal di kampung, bapak berkata “Kamu mau lanjutkan gak,” tanya bapak.
Saya menjawab “Maulah bapak, saya harus mencari sekolah, kuliah, saya ingin kuliah di Jawa,” jawabnya kala itu.
Akhirnya dirinya kembali dikirim ke Jawa pada tahun 1983, ke Jakarta daftar ke sekolah pilot di Curug, Tangerang, namun kembali gagal.
Dirinya mulai memantau Akademi Maritim, tapi Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) juga buka.
Maka beliau mencoba daftar juga Akabri atau sekarang bernama Akademi Militer (Akmil).
Dalam ruangan Pantohir (pengumuman tahap akhir), ia sendiri berkulit hitam yang lain putih.
Mayjen TNI Ali H Bogra juga menjuarai PIKTAR (Pekan Integrasi dan Kejuaraan Taruna).
Kegiatan integratif dalam bentuk pertemuan olahraga, juara pada bidang Atletik bidang lari.
pecahkan rekor lari estafet, pelari 1.500 dan 5.000 dan mendapat medali emas.
Timor Timur adalah tempat penugasan setelah lulus Akabri ia selalu ingat kata ayah, “Menjadi apapun itu saya harus mengabdi pada negara,” terangya.
Perjalanan panjang beliau cukup menginsipirasi bagi anak muda, meski dari kampung, bisa memiliki prestasi cukup baik setingkat nasional.(*)