Biodata dan Profil Jenderal Ahmad Yani, Anak Emas Soekarno yang Dihujani 7 Tembakan Cakrabirawa

Berikut ini biodata dan Profil Jenderal Ahmad Yani, anak emas Presiden Soekarno yang tewas setelah dihujani 7 tembakan oleh pasukan Cakrabirawa.

Editor: Tri Mulyono
TRIBUNNEWS.COM/Puspen TNI
Patung Jenderal Ahmad Yani di Mako Yonif 400/Raider, Semarang, Selasa (10/11/2015). 

“Ini darah bapak (Ahmad Yani), jawab kami. Tampak wajahnya kosong. Dia tentu tidak percaya, dan tidak mampu untuk berbuat apa-apa.

Kami semua dicekam rasa takut yang amat sangat dan tidak mengerti harus berbuat apa," ceritanya.

Pukul 05:00 WIB, Ajudan Jenderal Ahmad Yani tiba di rumah.

Anak-anak Ahmad Yani langsung menghambur padanya dan mengadukan bahwa sang ayah dibawa pergi oleh tentara baret merah yang jumlahnya banyak sekali.

Anak-anak Ahmad Yani pun turut mengungkapkan bahwa sang ayah ditembak.

"Kami menunjukan ke darah yang berceceran. Dan Oom Bardi terpana tidak dapat bicara sepatah kata pun.

Dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Dia mondar-mandir dengan napas yang tidak menentu," dikutip Tribun dari buku Ahmad Yani Tumbal Revolusi.

1 Oktober, Karangan Bunga Ahmad Yani untuk Istri yang Berulang Tahun

Tak lama setelah Ahmad Yani diculik, sebuah mobil Jip masuk ke rumah.

Mobil Jip itu berisikan istri Ahmad Yani, Yayu Rulia Sutowiryo.

"Ibu kaget mendapatkan kami semua sudah bangun. Ibu bertanya, ada apa pagi-pagi sudah bangun?! Kami hanya dapat berkata,

“Bu, bapak, bu. Bapak… bapak ditembak dan dibawa pergi… naik truk!”

Ibu tiba-tiba menjerit-jerit lari keluar, dan berteriak:”Cari! Cari, bapak! Cari! Sampai ketemu Kemana bapak! Cari," .

Amelia mengisahkan, semua orang di kediaman Yani saat itu tertegun, bingung dan kacau.

Ajudan Ahmad Yani pun mondar-mandir dan tidak tahu harus bagaimana.

Selanjutnya istri Ahmad Yani tiba-tiba pingsan.

Ketika sadarkan diri, istri Ahmad Yani lekas mengajak anak-anaknya berdoa bersama-sama.

Istri Yani turut mengatakan pada anak-anaknya, dengan melihat sisa-sisa darah yang berceceran di rumah, berarti Ahmad Yani sudah meninggal dunia.

"Kami semua menjawab, “Belum bu! Bapak masih hidup, ini bekasnya bu.

Cuma tangan dan kakinya yang kena, bu. Jadi bapak masih hidup. Jangan bilang bapak sudah meninggal bu," dikutip Tribun dari buku Ahmad Yani Tumbal Revolusi.

Istri Ahmad Yani kemudian mengambil segumpal darah hangat yang berceceran, diusapkannya dengan dua telapak tangannya ke wajah, leher dan dadanya untuk menjadi sumber kekuatannya.

Kemudian istri Yani membersihkan darah itu dengan kemeja putih yang sore itu dipakai Ahmad Yani.

"Barulah sekarang kami sadar tentang apa yang telah terjadi. Kami baru dapat menangis. Menangis ditinggalkan oleh bapak," kenang Amelia Yani.

Sekira pukul 09:00 WIB pagi, sebuah karangan bunga yang indah dari “Bela Flora” datang dengan ucapan, “Selamat Ulang Tahun 1 Oktober 1965” buat ibuku (Yayu Rulia Sutowiryo).

"Adapun yang mengirimnya adalah bapak (Ahmad Yani) sendiri, padahal orang yang mengirim bunga itu entah kini entah berada di mana.

Bunga itu membuat kedukaan yang semakin mendalam," kenang Amelia dalam bukunya. (tribun network/lucius genik)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved