Virus Corona di Surabaya

Kenapa Data Virus Corona di Surabaya Selisih 50 Persen Lebih Antara Pemprov dan Pemkot? Ini Faktanya

Data konfirmasi positif virus corona di Surabaya ternyata berbeda antara tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kota dan Jatim.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Musahadah
surya.co.id/ahmad zaimul haq
Ratusan warga saat mengikuti rapid dan swab test massal gratis yang digelar Pemkot Surabaya bekerjasama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) RI, Jumat (29/5/2020) di halaman Siola. Data virus corona di surabaya antara pemkot dan pemprov berbdeda jauh. 

"Attack rate dan transmission rate Surabaya Raya kembali naik setelah pelonggatan PSBB. Ini mengecewakan. Kalau sesuai teori dengan kondisi ini harusnya revive back to lockdown, kalau kita ya harusnya kembali ke PSBB," kata Joni.

Kondisi yang paling disorot yaitu Surabaya yang kasusnya 50,4 persen dari total kasus di Jatim.

Saat ini attack rate Kota Surabaya 139,7 ini attack rate tertinggi se Indonesia.

Artinya setiap 100.000 penduduk 140 orang diantaranya positif covid-19.

Sedangkan untuk Jatim attack rate saat ini adalah 19,7.

Kemudian untuk transmission rate Surabaya saat ini adalah 1,22. Sedangkan transmission rate Jawa Timur adalah 1,1.

"Padahal Jawa Timur ini transmission rate nya pernah di angka 0,86, artinya kasusnya akan hilang. Begitu juga Surabaya Raya transmission rate-nya penah 0,5. Jadi sebetulnya PSBB sangat bisa dan efektif senagai metode pengendalian penularan covid-19," kata Joni yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo ini.

Joni menerangkan, masyarakat Surabaya Raya dengan adanya pelonggaran PSBB justru kian menurun untuk memperhatikan protokol kesehatan.

Seperti mengenakan masker, masih banyak yang abai. Dan yang masih mencolok adalah kurang disiplinnya penegakan physical distancing.

Ia menunjukkan data penelitian lapangan terkait distribusi kepatuhan masyarakat dalam memakai masker dan menerapkan physical distancing.

Di tempat ibadah yang patuh hanya 64,6 persen, kemudian pasar tradisional yang patuh baru 89,3 persen, perkantoran dan pabrik yang patuh hanya 58,9 persen, serta yang melakukan olahraga di luar ruangan yang patuh hanya 45,1 persen,

Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa komitmen tracing Pemkot Surabaya masih rendah. 

Rendahnya komitmen tracing ini menurut Joni tidak bisa dibiarkan jika ingin serius dalam melakukan pemutusan mata rantai penularan virus di tengah pandemi.

Dengan tracing yang cepat dan tepat, masyarakat yang potensi terpapar akan diketahui dan bisa dilakukan tindak lanjut, baik observasi, isolasi ataupun perawatan di layanan kesehatan.

"Kami ada data, yang membuat setiap malam itu kami ngenes. Yaitu daerah yang case nya banyak tapi tracingnya rendah. Surabaya tracingnya hanya 2,8 persen dari 1 kasus positif yang ditemukan dari tracing Kota Surabaya. Kondisi ini adalah komitmen tracing terendah di Jatim," kata Joni, dalam paparannya di hadapan Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla di Gedung Negara Grahadi, Rabu (17/6/2020).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved