5 Fakta Tragedi Maut Ronda Malam di Tulungagung, Ini Pengakuan Gaguk dan Sosok Korban di Mata Warga
Sebuah tragedi maut terjadi di Tulungagung ketika sejumlah warga melakukan ronda malam saat pandemi Covid-19.
Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Sebuah tragedi maut terjadi di Tulungagung ketika sejumlah warga melakukan ronda malam saat pandemi Covid-19.
Saat tengah ronda malam, sejumlah warga yang bertugas melihat orang asing melintasi wilayah mereka sembari membawa pisau.
Takut terjadi apa-apa, seorang warga berinisial AP alias Gaguk lantas menyerang orang asing tersebut dari belakang hingga terjatuh ke aspal dan meninggal.
Berikut lima fakta tregedi maut ronda malam yang terjadi di warga di Desa Demuk, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
1. Viral di Media Sosial

Adegan Gaguk saat menyerang orang asing yang melintas tersebut sempat terekam dan beredar di media sosial hingga viral.
Dari video yang beredar, tampak sejumlah warga yang bertugas ronda malam mengepung orang asing yang melintas tersebut, salah satunya ialah Gaguk.
Gaguk juga terlihat membawa celurit saat itu.
Ketiga warga lainnya mengaihkan perhatian korban, Gaguk lantas menyerang dari belakang hingga korban tersungkur ke aspal.
Saat korban terjatuh ke aspal, terdengar suara benturan sangat keras.
Akibat benturan yang sangat keras tersebut, korban sampai tak sadarkan diri setelahnya.
2. Sempat Dibawa ke Rumah Sakit

Setelah kejadian tersebut, kondisi korban diketahui kian memburuk.
Ia pun lantas dibawa ke RSUD dr Iskak Tulungagung.
Nahas, nyawanya tak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Identitas korban lantas diketahui bernama Sarto (54), warga Dusun Jati, Desa Maron, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
3. Keterangan Pihak Kepolisian

Kapolres Tulungagung, AKBP Eva Guna Pandia memberikan keterangan terkait peristiwa ronda maut tersebut.
Pihaknya menerangkan saat itu korban, Sarto tengah berjalan kaki menuju rumahnya di Desa Demuk.
"Malam itu korban berjalan kaki dari rumahnya sampai masuk wilayah Desa Demuk," terang Kapolres Tulungagung, AKBP Eva Guna Pandia, Jumat (15/5/2020).
lebih lanjut, setelah kejadian itu AP alias Gaguk lalu ditangkap polisi.
"AP kemudian kami amankan karena telah melakukan penganiayaan hingga mengakibatkan korban meninggal dunia," sambung EG Pandia.
Sementara Gaguk hanya menunduk saat dibawa kelaur dari ruang tahanan Polres Tulungagung.
4. Pengakuan AP alias Gaguk
Kepada polisi, Gaguk mengaku tidak sengaja telah mengakibatkan Sarto meninggal dunia.
Menurutnya, saat itu dirinya bersama sejumlah orang tengah berjaga malam.
"Selama pandemi corona kan jaga supaya tidak ada orang asing yang masuk ke desa," ujar Gaguk.
Saat melihat Sarto menenteng pisau, warga pun khawatir ia melakukan kejahatan.
Atas inisiatifnya sendiri, Gaguk menyerang Sarto dari belakang saat yang lain mengalihkan perhatiannya.
Namun ia tidak menyangka dampak serangannya sangat fatal bagi Sarto.
5. Korban Alami Gangguan Mental
Lebih lanjut diketahui dari informasi warga jika Sarto mengidap keterbelakangan mental.
Kendati demikian, Sarto dikenal warga tak pernah membuat keonaran atau melakukan kejahatan.
Sehari-hari Sarto diketahui mencari kayu bakar di hutan.
Seperti diketahui, jumlah kasus terkonfirmasi covid-19 di Tulungagung terpantau cukup banyak.
Hal ini membuat warga berinisatif untuk melakukan ronda malam untuk berjaga-jaga.
Diketahui saat ini ada 27 pasien yang masih menjalai karantina.
Sementara lima pasien positif virs corona sudah dinyatakan sembuh pada Senin (11/5/2020).
Salah satu yang sembuh adalah Imam Junaris (51) dari klaster calon petugas haji 2020.
Kemudian dokter Andi Irawan (44), Kepala Puskesmas Simo, juga dari kaster yang sama.
Tiga lainnya adalah paramedis, masing-masing Wasito Adi (29), Monica Yusfiana Indiarta (32) dan Rika Dwi Peni (35).
"Hari ini mereka menerima surat keterangan sembuh. Mereka sudah bisa beraktivitas seperti semula," terang wakil Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tulungagung, Galih Nusantoro.
Galih menegaskan, secara medis mereka dijamin sudah tidak menularkann virus corona.
Karena itu masyarakat diminta bisa menerima mereka tanpa rasa takut.
Jangan sampai ada stigma negatif, karena mantan pasien ini sepenuhnya sehat dan tidak membahyakan orang lain.
"Mungkin mereka akan memulihkan psikis karena sudah lama tinggal di tempat karantina. Tapi mereka sudah tidak perlu karantina mandiri lagi," tegas Galih.
Dengan tambahan lima pasien sembuh, maka sudah ada 11 pasien terinfesi virus corona yang sudah sembuh.
Selain itu tidak ada pasien positif Covid-19 di Tulungagung yang meninggal dunia.