Kilas Balik
Pimpinan KKB Papua Turun Gunung, Lodewijk Mandatjan Diperlakukan Baik Meski Telah Bunuh Banyak TNI
Meski telah membuat banyak prajurit TNI gugur, pimpinan KKB Papua Lodewijk Mandatjan masih diperlakukan baik oleh aparat keamanan. Berikut kisahnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Meski telah membuat banyak prajurit TNI gugur, Lodewijk Mandatjan masih diperlakukan baik oleh aparat keamanan.
Perlu diketahui, Lodewijk Mandatjan merupakan pimpinan kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua paling legendaris.
Hal ini lantaran Lodewijk Mandatjan memiliki 14 ribu pasukan untuk melakukan aksi teror pada tahun 1964-1967.
Jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan anggota KKB Papua yang sekarang.
Meski demikian, Lodewijk Mandatjan akhirnya menyerah dan kembali ke NKRI berkat usaha Sarwo Edhie Wibowo.
• KKB Papua Pernah 3 Kali Dibabat Habis Pasukan Elite TNI, 347 Warga Tembagapura Jadi Sandera
• Jadi Pimpinan KKB Papua Paling Legendaris, ini 4 Fakta Lodewijk Mandatjan, Pernah Ketemu Soeharto
Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih pad atahun 1968-1970.
Melansir dari buku berjudul 'Sarwo Edhie dan Misteri 1965' seri buku TEMPO, Sarwo Edhie Wibowo mulai membenahi model operasinya untuk menghadapi KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.
Operasi rancangan Sarwo Edhie Wibowo ini mengutamakan operasi teritorial bersifat persuasif tanpa peperangan.
Letnan satu Sintong Panjaitan sangat ingat betul instruksi Sarwo Edhie Wibowo kepada pasukannya.
Sarwo menegaskan, pemberontakan pasti hancur jika terus dipukul.
"Tapi mereka saudara kita" kata Sarwo.
"Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil mereka agar kembali" tambah Sarwo.
Pesawat Dakota dan pengebom ringan B-15 Mitchell milik Angkatan Udara terbang menyebarkan selebaran berisi seruan agar KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan turun gunung.
Sarwo juga memerintahkan Mayor Heru Sisnodo dan Mayor Udara John Saleky pergi tanpa senjata untuk membujuk Lodewijk Mandatjan agar mau keluar dari hutan.
Dengan jaminan perlindungan dari RPKAD (sekarang Kopassus), Lodewijk Mandatjan bersedia turun gunung dan disusul pengikutnya pada November 1968.