Virus Corona di Blitar
Kisah Sopir Pengantar Jenazah Pasien Corona RSUD Ngudi Waluya Blitar: Habis Tugas Baju Dibuang
Galih mengisahkan awal mula dipercaya menjadi sopir ambulans khusus mengantarkan jenazah pasien corona atau covid-19.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
Namun demikian, tambah dia, itu tak harus disikapi serius. Ia menyikapinya dengan wajar karena memang mereka juga mengantisipasi dampak dari wabah ini.
Selain itu, mereka belum tahu standar safety, yang dirinya lakukan.
Misalnya, setiap kali atau sehabis mengantarkan jenazah korban corona, ia mengaku tak seenaknya seperti habis mengantarkan jenazah pada umumnya.
Namun, khusus kasus ini, ia punya protap tersendiri.
"Jam berapa pun, kalau kami habis mengantarkan dan memakamkan, setiba di rumah sakit, saya langsung mandi. Mulai kepala hingga ujung kaki, kami bersihkan dengan cairan khusus," ungkapnya.
Tak hanya itu, papar dia, bahkan pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung dilepas dan dibuangnya.
Itu pun, tak boleh di buang sembarangan, namun ada tempat khusus, yang ada di rumah sakit.
Karena itu, setiap pulang dari rumah sakit, dirinya sudah steril atau sudah dalam keadaan bersih (secara medis).
"Kami juga punya keluarga, sehingga kami sendiri justru harus lebih waspda dan berhati-hati. Jangan sampai malah ada dampak buat kami sendiri, itu yang selalu kami antisipasinya" ujarnya.
Dampak lainnya, aku dia, jika biasanya kalau sehabis kerja seringkali ngobrol atau nongkrong dengan teman-temannya atau tetangganya.
Namun, sejak corona ini, teman-teannya menjauh sehingganya dirinya mengisi waktu luangnya, dengan menyalurkan hobinya.
"Gimana, lagi ya akhirnya saya pakai buat memancing di kali. Sehabis memancing, pikiran saya jadi tambah fresh," pungkasnya.