citizen reporter

Kajian Skripsi Beragam, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Membuat Riset Payung

Ilmu selalu mengalami dinamika. Pemutakhiran ilmu selalu mengalami dinamika. Teori dan metodologi, yang menjadi perangkat praksis ilmu, juga dinamis.

Editor: Endah Imawati
citizen reporter/Heru SP Saputra
Para dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember merancang topik kajian skripsi. 

Topik kajian skripsi berkembang. Teori dan metodologi juga bergerak dinamis. Para dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB Unej) membuat riset payung.

Riset payung yang dikembangkan akan membantu mahasiswa mencari topik untuk skripsi.

Demikian juga dengan topik-topik penulisan skripsi. Topik skripsi harus berkembang, mengikuti perkembangan ilmu.

Untuk menstimulasi perkembangan topik skripsi, diperlukan riset payung dosen. Skripsi yang ditulis mahasiswa diarahkan untuk mengacu riset payung itu. Riset payung dirancang sebagai langkah antisipatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Demikian rangkuman hasil diskusi dalam focus group discussion (FGD), dengan tema Penguatan Teori dan Metodologi Ilmu Sastra dan Budaya, yang diselenggarakanoleh Jurusan Sastra Indonesia, di Ruang Sidang, FIB Unej, Rabu (19/2/2020). Yang menjadi pemantik diskusi adalah Novi Anoegrajekti, guru besar Unej, dan Heru SP Saputra. Keduanya merupakan dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Unej.

FGD itu merupakan rangkaian dari FGD sebelumnya (12/2/2020) bersama Bambang Wibisono, guru besar Unej, dan Agus Sariono. FGD berikutnya minggu depan dengan pemantik Akhmad Sofyan, guru besar Unej, dan Asri Sundari.

Dalam paparannya, Novi berharap agar mahasiswa tidak hanya mengikuti topik dan pola penulisan skripsi yang telah ada. Menurutnya, selama ini topik skripsi telah jenuh dengan kajian psikologi sastra, sosiologi sastra, feminisme,dan stilistika.

“Kajian yang dilakukan mahasiswa dapat merambah ke ranah budaya lokal, cultural studies, pariwisata, dan industri kreatif yang berbasis sastra,” kata Novi.

Riset payung perlu segera diwujudkan agar potensi akademik mahasiswa dapat diorientasikan ke sana. Riset payung mengacu pada potensi lokal di wilayah timur Jawa Timur, yang berkait dengan tema-tema kajian sastra dan kajian linguistik. Riset payung dapat dijadikan ajang riset bersama antara mahasiswa dan dosen. Topiknya dapat diturunkan menjadi subtopik untuk keperluan riset mahasiswa dalam menulis skripsi.

Dalam diskusi itu diusulkan agar Kelompok Riset (Keris) di tingkat jurusan, yang telah difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), perlu diberdayakan secara optimal untuk mendukung riset payung. Kegiatan riset yang dilakukan oleh Keris dapat melibatkan mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengikuti jejak dan pengalaman dosen dalam melaksanakan riset.

Ada empat Keris lama dan dua Keris baru. Keris lama itu yakni Keris Kalitan (Kelompok Riset Kajian Linguistik Interdisipliner dan Terapan), Keris Persada (Pertelaahan Sastra Konteks Budaya), Keris Okara (Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Madura), dan Keris Terkelok (Tradisi Lisan dan Kearifan Lokal). Sementara itu, Keris yang baru adalah Keris Kobataku (Kontak Bahasa di Wilayah Tapal Kuda) dan Keris Magistra (Pemaknaan Sosiologi Sastra).

Diharapkan enam Keris itu mampu membawa gerbong jurusan yang memuat mahasiswa dalam menulis skripsi.

Topik-topik riset yang selama ini relatif belum tersentuh oleh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia FIB Unej, seperti topik poskolonial, posmodern, realisme magis, dekonstruksi, ekologi sastra, antropologi sastra, dan sastra lisan, diharapkan mampu menarik minat mahasiswa untuk dituangkan dalam skripsi.

Sebagai puncak keilmuwan seorang sarjana, diharapkan skripsi bukan sekadar implementasi dari teori, melainkan aktualisasi dari puncak pengendapan ilmu yang mendalam.

Agustina Dewi Setyari, Ketua Jurusan Sastra Indonesia menambahkan, diskusi semacam itu menjadi penting karena semua bisa berbagi tentang penguasaan dan pengembangan ilmu.

“Kita bisa update teori-teori dan metodologi baru. Ini akan berimplikasi pada mahasiswa. Mereka akan menulis skripsi dengan topik-topik baru,” paparnya.

Sementara itu, Akhmad Sofyan, Dekan Fakultas Ilmu Budaya memberi dukungan penuh acara-acara akademik semacam itu. Diskusi semacam itu menjadi urat nadi atmosfer akademik.

“Kalau perlu, setiap hasil riset dosen dipresentasikan dalam forum semacam ini. Atau, artikel jurnal yang ditulis dosen, bisa dipresentasikan di forum ini, sebelum di-submit ke jurnal. Forum ini akan memberi masukan yang cukup berarti bagi perbaikan artikel,” kata Akhmad.

Heru SP Saputra
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Jember
heruespe@gmail.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved