Berita Pamekasan

Reaksi Kakak Beradik, Asal Pamekasan seusai Pulang dari Observasi di Natuna dan Ketemu Keluarga

Kakak beradik, Ilham, pegang ponsel dan Tika, serta ayahnya Herman Kusnadi, saat berada di rumahnya, Minggu (16/2/2020) malam.  

Penulis: Muchsin | Editor: Parmin
SURYAOnline/muchsin
Kakak beradik, Ilham, pegang ponsel dan Tika, serta ayahnya Herman Kusnadi, saat berada di rumahnya, Minggu (16/2/2020) malam. 

SURYA.co.id | PAMEKASAN – Ilham Tri Kusnadi (21) dan adiknya Tika Putri Laksmi (20), mahsiswa Kedokteran Hubei University of Science and Technology, China, kini telah pulang dari observasi di Natuna.

Mereka kini telah berkumpul dengan keluarga di kampung halamannya, Kelurahan Barurambat Timur, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Menurut Tika, panggilan Tika Putri Laksmi, yang ditemui Tribunajatim.com (grup surya.co.id), di rumahnya, Minggu (16/2/2020) malam, mengaku senang lantaran ia tidak menyangka ia dan kakaknya bisa pulang.

Mereka bertemu ayah dan ibunya, Herman Kusnadi dan Susmaningsih, dengan selamat dan dinyatakan bebas dari virus corona yang dibuktikan surat keterangan sehat oleh dinas kesehatan.

Sehingga sejak, Sabtu (15/2/2020), ketika hendak meninggalkan lokasi observasi di Natuna, seluruh 238 orang, termasuk dirinya sudah tidak lagi mengenakan masker. “Saya terharu karena sudah bisa bertemu kembali dengan ayah dan mama, serta saudara di sini. Saya bersyukur kepada Allah, terbebas dari penyakit yang mematikan itu,” ungkap Tika.

Sementara Herman Kusnadi dan Susmaningsih, yang mendengar Tika kini merasa senang berada di samping ayah ibunya di rumahnya, hanya tersenyum. Seperti ikut merasakan kegembiraan, seperti yang dialami kedua anaknya.

Tika, alumnus SMA 2, Pamekasan, mengatakan, untuk perkulihanan sebenarnya, sudah dimulai pada Senin (17/2/2020), namun karena kondisi di China masih belum memungkinkan untuk masa perkuliahan, pihak kampus meminta kepada mahasiswanya, mengikuti kuliah online.

“Sampai kapan kuliah online ini kami kami ikuti, belum tahu pasti. Menunggu pengumuman dari kampus,” kata Tika.

Sedang Ilham Tri Kusnadi, menceritakan ada perasaan takut dan gelisah ketika masih berada di apartemen di kota Xianning, China, lantaran tidak boleh ke luar, sementara persediaan makanan dan minuman menipis. Tapi mujur dapat bantuan uang dari pemerintah lewat KBRI.

Diakui, walau sekarang di China dilanda virus corona, namun dirinya tetap akan kuliah di China, karena sudah terlanjur senang dan menikmati suasana kuliah di sana, walau dalam proses perkuliahannya di sana ketat dan disiplin.

Jika terlambat 5 menit, masuk kuliah, maka dianggap alpa alias tidak masuk tanpa izin. Dan jika terlambat sampai berapa kali, dianggap drop out (DO) atau dikeluarkan dari kampus.

Diakui, selama berada di apartemen banyak berita yang mengungkapkan ganasnya virus corona dan jumlah korban yang terjangkit, serta foto-foto korban yang berjatuhan dan bergelimpangan di jalan. Saat itu, ia tidak langsung percaya dengan semuanya itu. Ia melihat lebih dulu, sumber beritanya dari mana. Kendati, berita itu sudah menyebar ke luar, hingga ke Indonesia.

“Kami yang di China yang tahu langsung kondisi di sana saat itu. Sementara orang-orang di luar, hanya bisa berkomentar dan menyatakan ini dan itu, tanpa tahu persis keadaan sebenarnya di sana. Bahkan, termasuk foto bergelimpangannya korban di jalan. Orang yang terkena corona pasti demam. Tetapi, tidak semua yang demam itu corona. Ini yang perlu diketahui, agar tidak gampang memvonis orang yang demam, dikatakan korona.

Seperti foto-foto orang jatuh dan bergelimpangan di jalan, ada yang tidak ada kaitannya dengan corona dan kejadiannya sudah beberapa tahun lalu.

Dan sebagian memang ada yang percaya, karena mereka memang tidak tahu yang sebenarnya,” kata Ilham, yang mengaku, ketika wabah corona melanda, dirinya tetap tenang makan, karena masak sendiri dengan suhu yang tinggi.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved