Keganasan King Kobra yang Tewaskan Pawang Ular Menurut Ahli LIPI, Panji Petualang Juga Angkat Bicara

Ahli dari LIPI, Amir Hamidy, menanggapi kasus tewasnya pawang ular di Kalimantan Barat yang menghebohkan media sosial baru-baru ini.

Kolase Youtube Panji Petualang dan Instagram ndorobeii
Ilustrasi: Keganasan King Kobra yang Tewaskan Pawang Ular Menurut Ahli LIPI, Panji Petualang Juga Angkat Bicara 

SURYA.co.id - Ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Amir Hamidy, menanggapi kasus tewasnya pawang ular di Kalimantan Barat yang menghebohkan media sosial baru-baru ini.

Seperti diketahui, sempat viral video pawang ular di desa Pak Utan Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah digigit ular king kobra berkali-kali.

Bukannya langsung ditangani, pawang ular itu malah tertawa sambil memukul-mukul kepala king kobra tersebut.

Namun akhirnya, pawang ular itu dilarikan ke klinik dan nyawanya pun tak tertolong.

Panji Petualang Dikambinghitamkan setelah Pawang Tewas Dipatuk King Kobra, Beber Penyebab Sebenarnya

Main dengan King Kobra Bak Panji Petualang, Pria ini Tewas Setelah Digigit Berkali-kali, Viral di IG

King Kobra Garaga Gemparkan Sunatan Anak Panji Petualang, Ini Respon 3 Sesepuh Pawang Ular Kala itu

Panji Petualang lalu angkat bicara terkait tragedi yang menimpa pawang ular itu.

Panji membeberkan lebih rinci tentang penyebab sang pawang ular bisa tewas.

Sementara itu, ahli LIPI Amir Hamidy mengingatkan masyarakat tentang keganasan ular king kobra.

Amir menyebut ular jenis king kobra merupakan "top predator" yang sangat berbahaya.

Menurutnya, king kobra memiliki bisa berbahaya dan karakteristik unik.

"Ular king kobra merupakan jenis top predator, yang memiliki bisa berbahaya dan karakteristik unik.

Pada dasarnya, ular itu bukan untuk dipelihara layaknya ayam atau anjing," kata Amir, Selasa (28/1/2020), dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Belajar dari Kasus Pawang Ular Tewas Digigit King Kobra, Ahli: Itu Hewan Liar Berbahaya'.

Amir menjelaskan, belajar dari kasus Norjani, masyarakat perlu memahami karakter dan bagaimana harus bersikap ketika mendapat gigitan ular tersebut.

"Sebagai top predator, king kobra sebagian besar memangsa ular, atau bisa juga biawak dan hewan lainnya.

Untuk itu, populasinya sering ditemukan di dalam hutan atau jauh dari pemukiman warga," katanya.

"Lalu, yang kedua adalah kemampuan dry bite dari king kobra.

Dry bite adalah kemampuan ular untuk tidak mengeluarkan racun saat menggigit," tambahnya.

Kemampuan dry bite tersebut, menurut Amir, sering dianggap orang merasa "tak mempan" ketika digigit ular king kobra.

"Jika digigit ular tersebut, mau tidak mau harus segera dilarikan ke rumah sakit agar mendapat anti-venom," katanya.

Sementara itu, Amir juga menyebut, king kobra adalah ular jenis Ophiophagus atau pemakan ular

Amir menyebut, kasus Norjani bukanlah yang pertama kali di Indonesia.

Untuk mencegah korban gigitan ular bertambah, pemerintah terus melakukan edukasi terkait ular berbisa.

Tujuannya, menurut Amir, agar mencegah konflik ular dengan manusia dan tentunya menjaga populasi ular.

"Kasus Norjani seharusnya menjadi pelajaran berharga. Untuk itu, ular terpanjang dan berbisa didunia tersebut seharusnya masuk ketagori hewan dilindungi.

Tujuannya, mencegah konflik dengan manusia dan mengontrol populasinya," pungkasnya

Lalu, bagaimana Panji Petualang menanggapi kasus pawang ular tersebut?

Menurut Panji Petualang yang selama ini sering memainkan king kobra Garaga miliknya, sang pawang itu tewas karena telat penanganannya. 

Dari tayangan video yang dilihat tampak sang pawang tidak langsung melakukan imobilisasi setelah digigit king kobra

Justru sang pawang masih berkomunikasi dengan rekannya dan masih memegang king kobranya. 

Padahal imobilisasi ini harus segera dilakukan karena ada harapan untuk kita sembuh. 

"Kuncinya, pertolongan pertama. Ini hukum wajib untuk keselamatan selain antibisa," kata Panji dalam video yang diunggah di channel youtube miliknya, Senin (27/1/2020). 

Selain penanganan pertama, sang pawang juga tidak mendapat suntikan antibisa. 

Diakui Panji, saat ini belum ada antibisa king kobra di rumah sakit Indonesia. 

Antibisa yang ada hanya dipakai untuk mengobati gigitan ular kobra biasa, ular tanah dan welang. 

"Jadi idealnya untuk mengobati tga gigitan ular dari satu bisa yuang kita miliki di Indonesia ini," katanya. 

Lihat video: 

Sebelumnya, akun Instagram @ndorobeii mengunggah video atraksi seorang pria paruh baya diduga sebagai pawang ular dipatuk King Kobra berkali-kali dan tertawa-tawa.

Ketika dipatuk berulang kali, pria itu hanya memukul-mukul kepala king kobra berukuran cukup besar. Pria tersebut terlihat hanya mengenakan celana pendek tanpa mengenakan baju.

Setelah bermain-main dan dipatuk king kobra, pada video berikutnya menunjukkan kondisi pria tersebut lemas hingga akhirnya tewas.

Unggahan video di akun Instagram itu dibenarkan oleh pihak Polsek Toho.

Kepala Polsek Toho Iptu Dede Hasanudin mengatakan, atraksi itu terjadi di Dusun 1 RT 002 R W001 Desa Pak Utan, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Sabtu (25/1/2020).

"Benar memang ada warga yang juga diduga pawang ular yang dipatok ular dan akan dimakamkan hari ini, namanya Norjani alias Nek Tadong warga Desa Pak Utan, Toho," ujar Dede, Senin (27/1/2020).

Awalnya, Norjani sekitar pukul 16.00 waktu setempat di sekitaran rumah korban melakukan atraksi bersama ular king kobra.

Pada saat atraksi itu, king kobra menggigit tangan sebelah kanan dan kening Norjani.

Setelah digigit, atraksi dihentikan dan Norjani dilarikan ke klinik.

Namun, nyawanya tidak dapat diselamatkan.

"Sekitar pukul 18.30 korban di bawa ke klinik susteran yang terletak di Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak dan sempat ditangani.

Tetapi nyawa korban tidak tertolong dan korban meninggal dunia," ujar Dede.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved