Predator Anak Tulungagung
Predator Siswa Tulungagung Jadi Ketua Ikatan Gay Berbadan Hukum, Polda Jatim akan Panggil Notarisnya
Sosok M Hasan (43), pelaku pemangsa pemuda sejenis, ini ternyata adalah Ketua Ikatan Gay Tulungagung yang berlogo, IGA@TA.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Sosok M Hasan (43), pelaku pemangsa pemuda sejenis, ini ternyata adalah Ketua Ikatan Gay Tulungagung yang berlogo, IGA@TA. Hal itu terungkap setelah Hasan dicokok Anggota Unit Asusila Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Jatim, Rabu (15/1/2020) malam.
Pasalnya, telah merudapaksa 11 orang anak laki-laki berstatus pelajar berusia sekitar 17-18 tahun. Sehari diperiksa oleh penyidik, esok harinya Hasan telah resmi berstatus tersangka, Kamis (16/1/2020).
Kanit III Asusila Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Jenny Al Jauza, mengungkapkan status ketua komunitas para pria yang memiliki orientasi beda itu disandang sejak 2014.
• Bujang Lapuk Setubuhi 11 Anak Laki-laki, Ini Rayuan Maut Ketua Ikatan Gay Tulungagung Cari Mangsa
Artinya, lanjut Jenny, selama enam tahun itu perkumpulan tersebut sudah mulai masif menggalang anggota.
"Tercatat ada sekitar 500 orang anggota. Mereka di Tulungagung semua itu," katanya pada awakmedia di Halaman Gedung Ditreskrimum Mapolda Jatim, Senin (20/1/2020).
Jenny mengungkapkan Hasan didapuk menjadi ketua komunitas itu atas dasar pertimbangan usia yang bisa dikategorikan paling sepuh.
"Pertimbangannya adalah karena umurnya terbilang 40 tahun juga," tutur mantan Kasat Reskrim Polres Bangkalan itu.
Jangan mengira komunitas tersebut bersifat bawah tanah (Underground).
Jenny mengungkap, komunitas yang telah dipimpin Hasan, kabarnya telah memiliki akta yang tercatat dinotaris pada 2017.
"Ini kan dilegalkan pakai akta notaris, IGA@TA, pakai underscore. Tapi di dalam akta, (tertulis) gay gay gay," bebernya.
"Ini kan ada akta notarisnya, makanya saya mau periksa notarisnya," tambahnya.
Selama ini komunitas itu kerap melakukan pertemuan di beberapa kawasan yang berbeda-beda setiap sepekan sekali.
Dulu, komunitas ini mudah ditemui di Alun-Alun Tulungagung.
"Entah karena merasa tak nyaman, para anggota mulai berpindah ke lokasi lain," pungkasnya.