Berita Surabaya

Kisah Eri Cahyadi, Tertarik Menjadi Birokrat Setelah Melihat Sosok Orangtuanya

Ketika melihat melihat sosok orangtua yang juga birokrat, Eri Cahyadi kemudian tergugah untuk mengikuti jejaknya

tribun jatim/luthfi husnika
Eri Cahyadi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya 

SURYA.co.id | SURABAYA - Eri Cahyadi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya mengaku terinspirasi orangtuanya untuk menjadi seorang birokrat.

Mulanya, ia mengaku tak ingin menjadi birokrat di pemerintahan.

Namun ketika melihat melihat sosok orangtua yang juga birokrat, Eri Cahyadi kemudian tergugah untuk mengikuti jejaknya.

Ditemui di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu (23/12/2019), pria lulusan Taknik Sipil ITS Surabaya ini mengatakan baru memahami bagaimana perjalanan seorang birokrat ketika melihat sosok sang ayah.

"Saya awalnya tidak ingin jadi birokrat. Kemudian orantua bilang ayo dibenahi jalannya, karena memang kebetulan kedua orangtua saya birokrat," kata Eri Cahyadi saat ditemui seusai acara menanam pohon bersama di Satdion GBT, Sabtu (23/11/2019).

Eri Cahyadi mengungkapkan, ia sempat heran ketika melihat sang ayah pulang hingga malam hari.

Sedangkan, sepengetahuannya, birokrat hanya bekerja hingga siang atau sore.

"Bapak baru pulang jam 9 malam. Setelah itu saya baru tahu, untuk menjadi lebih baik lagi, terutama dalam membantu masyarakat, kita harus meletakkan diri kita ke birokrat," ujarnya.

Dengan menjadi birokrat, Eri Cahyadi berpikir bahwa birokrasi akan menjadi hebat ketika bisa melakukan swastanisasi birokrasi.

"Gimana cara kerjanya kita jadikan seperti swasta, waktu yang kita kerjakan juga seperti swasta. InsyaAllah ketika itu bisa dilakukan, manfaat bagi masyarakat akan lebih besar lagi," imbuhnya.

Ditanyai soal menikmati dunia birokrat atau tidak, Eri Cahyadi mengaku menikmatinya sejak awal masuk.

Mulanya, Eri Cahyadi selalu pulang melebihi jam batas kerja.

Hal itu dilakukannya karena ia memang menikmati pekerjaan sebagai birokrat yang hingga saat ini diembannya.

"Sejak awal di Dinas Bangunan itu saya gak pernah pulang jam 7 malam. Pasti lebih hingga jam 8. Karena memang saya menikmati betul," katanya.

Ia mengaku menikmati proses pembelajaran untuk menjadi diri yang lebih baik lagi dengan media birokrat.

Menurutnya, birokrasi sebenarnya adalah hal yang mudah, oleh karena itu ia berkeinginan untuk memangkas proses birokrasi yang rumit.

Selama menjadi birokrat, Eri Cahyadi mengaku berusaha mewujudkan hal tersebut dengan beberapa aksi nyata seperti pembuatan Perwali untuk memangkas proses yang rumit.

Eri Cahyadi juga menitipkan pesan untuk para milenial di era 4.0.

Ia mengemukakan pentingnya berkolaborasi, bangkit dan bekerja.

Kolaborasi di sini dimaksudkan adanya sinergi antara masyarakat atau swasta dan birokrat pemerintahan sehingga terjalin hubungan berkesinambungan.

Dengan begitu, segala problem akan mudah terselesaikan dan program untuk mensejahterakan masyarakat akan lebih cepat terealisasi.

"Kami juga sudah bekerja sama dengan hotel, apartemen, mal dan berbagai instansi swasta lain. Jadi apa yang dibutuhkan oleh instansi-instansi itu bisa dipenuhi oleh teman-teman milenial," katanya.

"Jadi sekarang tidak penting lagi soal tatap muka. Karena dengan percepatan teknologi semua kebutuhan stakeholder bisa terpenuhi," pungkasnya. (Luthfi Husnika)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved