Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Dengan Wakil Bupati Gresik Terkait Pencalonannya di Pilkada Gresik 2020

Bagaimana sebenarnya Qosim menanggapi peluangnya menjelang Pilkada Gresik 2020? Ini wawancara eksklusifnya...

Penulis: Willy Abraham | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/Mohammad Romadoni
(foto dok) Wabup Gresik, M Qosim, saat berbicara di sosialisasi program adipura. 

Andaikata saya dengan dr. Anis Ambiyo putri cocok. Karena dr. Anis wilayah selatan saya wilayah utara. Saya selama ini punya pengalaman di birokrasi selama 37 tahun di Gresik 22 tahun. Sementara dr. Anis juga punya pengalaman di tengah masyarakat.

Dengan pak Nurhamim saya cocok. Selama ini pak Nurhamim itu pemimpin yang low profile.

Dengan siapapun saya cocok, karena mental saya tidak mengedepankan ego saya. Saya pasti mengajak pasangan saya untuk bekerjasama pembagian tugas.

Bagaimana dengan Qosim - Fandi Akhmad Yani ?

Itu pasangan yang sangat bagus. Antara senior dan junior. Senior karena pengalamannya dan lebih hati-hati. Junior cocok dengan milenial generation memiliki energi jauh lebih baik. Perpaduan senior dan junior merupakan perpaduan yang sangat bagus. Jika kita berbicara dengan junior itu tidak hanya Gus Yani, ada dr. Asluchul Alif, dr. Anis Ambiyo Putri ada pak Tri Utomo.

Lalu siapa yang paling cocok ?

Sampai saat ini saya belum melakukan istiqarah. Saya belum melakukan public hearing untuk mengetahui suara masyarakat seperti apa dan saya belum melakukan survey. Apalagi waktunya masih lama Juni 2020. Pendapat NU saya dengar, seperti apa pendapat NU itu yang menjadi patokan.

Bagaimana anda menyikapi banyaknya figur yang memasang foto anda untuk maju Pilkada 2019 ?

Saya mengalir saja. Saya juga bukan tipe orang pemarah. Dalam komunikasi sosial itu biasa, pejabat itu pelayan. Posisi pelayan. Yang muji ada yang mencaci jauh lebih banyak. Yang puas ada tapi mereka yang kecewa lebih banyak. Saya menghadapi dengan senyum.

Anda sering ceramah di Desa-desa, apakah itu juga salah satu cara sosialisasi ?

Saya diundang ceramah di satu titik. Tidak ada satu kalimatpun mencari dukungan. Saya disana diundang ngaji, tidak ada satu kalimatpun berbau politik. Saya pamit saja tidak pernah ada bicara mau nyalon Bupati. Saya tidak mau, meskipun nanti menyatakan daftar. Misal diundang khotbah di masjid isra' mi'raj ya saya khusus ceramah itu. Saya tidak mau mengotori kegiatan sakral.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved