Desa Wisata

Desa Balun, Kecamatan Turi Lamongan Dikenal dengan Desa Pancasila karena Toleransinya yang Kuat

Desa Balun Kecamatan Turi yang dikenal dengan Desa Pancasila karena kerukunan umat tiga agama yang langgeng berdampingan.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Parmin
surya.co.id/hanif manshuri
Tiga tempat ibadah yang dibangun berdampingan di Desa Balun (Desa Pancasila), Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. 

Sementara saat pembaging daging kurban panitia kurban, yakni umat Islam membagi secara merata kepada
semua KK yang ada di Desa Balun. Artinya, warga yang beragaa Kristen dan Hindu tetap mendapat bagian
daging kurban dengan takaran yang sama.

“Yang beda paling hanya pada tokoh – tokoh agama. Yakni dilebihkan timbangannya,”ungkap
Adi Wiyono.

Adi Wiyono bahkan mempersilakan Surya untuk datang pada hari H Idul Adha membuktikan
kerukunan dan toleransi yang tercipta di masyarakat Balun dengan agama yang sangat majemuk ini.

Masing – masing pemeluk agama di Balun sangat faham betul bagaimana sikap toleransi itu diciptakan.

Yang penting, katanya, para penganut tiga agama tidak mencampur adukan dan mengikuti ritual agama
yang berbeda.

Pada Idul Adha, secara kasat mata seolah diantara umat beda agama di Balun itu tak memiliki
perbedaan keyakinan.

Mereka nimbrung di halaman masjid Balun untuk mebantu memasukkan daging ke
dalam plastik yang hendak ditimbang dan dibagikan.

Seperti Sukamto, Ketua RW 01, Sukamto yang juga termasuk tokoh kalangan umat Kristen, ia
selalu tampil dan rutin membantu saat Idul Adha.

Sampai – sampai dua penganut agama lain selain Islam, yakni Hindu dan Kristen saat punya hajatan dan menyembelih hewan, seperti sapi, kambing dan ayam, penyembelihannya pasti diserahkan orang Islam atau modin.

Pola ini sudah lama dikalukan karena pernah bercermin dengan adanya kejadian, saat umat Kristen dan Hindu punya hajatan, pernah suguhan makan yang lauk pauknya daging tidak dimakan, hingga mubadhir.

Nah, dari pengalaman pada 1979 itulah, kata Adi Wiyono, akhirnya dengan kesadaran umat Hindu danKristen setiap punya hajatan, penyembelihan hewannya diserahkan pada umat Islam.

“Akhirnya semua berjalan harmonis sampai sekarang, sing sak atik umati ngabdi sing akeh.
Yang penting hidup rukun,”tambah Adi Wiyono. 

Tak beda dengan apa yang diungkapkan Sekretaris Parisada, Adi Wiyono. Sang tokoh Kristen,
Sutrisno juga mengungkapkan hal serupa.

Dua tokoh agama yang sama – sama bersatatus PNS dan guru ini melihat kerukunan umat dengan tiga agama yang dianut itu sebagai bentuk toleransi dengan pemahaman yang moderat.

Bagaimana dengan Suwito , Takmir Masjid Balun, dikatakan, kehidupan beragam di Balun bisa menjadi contoh satu – satunya di Indonesia.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved