Citizen Reporter

Menikmati Djaten Park, Tempat Wisata di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

Djaten Park merupakan wujud usaha pemanfaatan hutan homogeny dengan tanaman pohon jati yang semula terabaikan menjadi tempat wisata yang menghasilkan

Editor: Adrianus Adhi
Annaasya Laumayka Putri/Citizen Reporter
Suasana Djaten Park 

SURYA.co.id - Desa wisata merupakan salah satu program yang mulai dikembangkan masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Malang, tujuan utamanya menggali potensi keindahan alam dan memberdayakannya untuk menyejahterakan masyarakat.

Oleh karena itu, muncul tempat-tempat wisata baru yang dapat menjadi pilihan alternatif untuk menghabiskan waktu luang. Salah satunya adalah Djaten Park, yang terletak di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Tempat itu tentu masih asing di telinga, karena kawasan wisatanya memang masih dalam tahap perintisan dan pengembangan.

Djaten Park merupakan wujud usaha pemanfaatan hutan homogeny dengan tanaman pohon jati yang semula terabaikan menjadi tempat wisata yang menghasilkan keuntungan, terutama bagi masyarakat sekitar.

Ide itu berawal dari kegiatan komunitas Desa Maju Mapan, yang bergerak di bidang sosial masyarakat.

Daerah hutan jati itu menjadi tempat berkumpulnya anggota komunitas, lalu dibangunlah gazebo sebagai tempat berteduh setelah menjalankan aktivitas.

"Awalnya nggak kepikiran sama sekali untuk membuat objek wisata. Di sini Cuma tempat main anggota komunitas saja, tetapi lama kelamaan kerasan.

Semakin hari banyak orang yang ikut main, sehingga muncul ide membuat objek wisata," tutur Budin (35), Kepala Koordinator dan Manajemen Djaten Park, Kamis (26/9/2019).

Anggota komunitas mulai membangun gazebo-gazebo lain sebagai tempat berteduh, memberikan ornamen gantungan di sekitar pohon, dan menyediakan meja serta kursi untuk bersantai.

Objek wisata itu sudah dirintis sejak satu tahun yang lalu dan sudah menjalani beberapa tahap pengembangan sampai akhirnya bisa dikunjungi masyarakat.

Djaten Park menawarkan tempat bersantai dan spot foto menarik di antara pohon-pohon jati yang mengering dan menggugurkan daunnya, sehingga background-nya terlihat seperti musim gugur.

Ketika siang suasana di tempat itu sangat panas. Jadi, waktu yang tepat untuk mengunjunginya adalah menjelang sore. Terdapat beberapa stan untuk membeli makanan dan minuman, mulai dari makanan ringan seperti cilok dan sempol hingga makanan berat seperti bakso dan rujak. Fasilitas seperti kamar mandi dan musala pun sudah disediakan.

Selain sebagai tempat wisata, di Djaten Park juga ada kegiatan rutin yang dijalankan. Salah satunya senam zumba setiap Minggu bersama warga sekitar.

Pengunjung tidak dikenakan tarif masuk, tetapi hanya membayar biaya parkir Rp 2.000. Oleh karena itu, masyarakat bisa bebas berkunjung tanpa terkendala masalah biaya masuk.

Sementara ini pengunjung yang datang masih terbatas pada kalangan warga sekitar, tetapi masyarakat bersama anggota komunitas terus mengupayakan pengembangan objek wisata. Targetnya, setiap satu bulan harus menghasilkan sesuatu yang baru.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved