2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog

2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
google
2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog 

Terkait tentang seorang ayah yang tega menjadikan anaknya sebagai budak seks, Kompas.com (grup SURYA.co.id), Jumat, (23/8/2019) mencoba meminta pendapat Hening Widyastuti seorang psikolog asal Solo.

Hening memperkirakan kemungkinan hal tersebut terjadi di sebuah lingkungan di mana sekitarnya tidak terlalu ramai.

Ia juga memperkirakan hal tersebut terjadi karena sang suami mengalami masalah dengan istrinya.

“Bisa jadi itu ada masalah seks dgn istrinya entah sang istri jadi TKI, sering tak di rumah atau mungkin hubungan dengan sang istri tak baik,” kata dia.

Kelainan Seksual

Hening mengatakan bahwa seorang laki-laki semakin ia tua, kondisi seksnya tetap dan tidak menurun, berbeda dengan perempuan yang semakin tua cenderung menurun.

Ia menyebut, kondisi seorang ayah yang tega memperkosa putrinya sendiri adalah suatu kelainan seksual yang disebut dengan inces.

Hening memperkirakan hal seperti ini bermula dari ketidakpuasan suami terhadap istrinya sementara di sisi lain ia harus menyalurkan hasrat biologisnya, dan saat ada kesempatan dalam kesempitan ia melampiaskannya kepada sang anak yang mulai remaja.

Menurut Hening, hal seperti ini seharusnya yang menjadi filter adalah nurani yang jernih. Agama menurutnya menjadi salah satu benteng yang seharusnya dimiliki seseorang untuk tak melakukan hal-hal semacam itu.

Mental Anak

Ia juga memperkirakan kemungkinan pelaku adalah seorang yang introvert sehingga ketika dia memiliki masalah cenderung dipendam yang pada akhirnya berdampak pada psikologisnya yang terganggu, sementara di sisi lain hasrat biologis harus disalurkan.

“Tingkat keimanan, ekonomi, pendidikan yang kurang dan tak bergaul secara luas, bisa saja,” katanya lagi.

Meski begitu hal semacam ini bisa saja terjadi dimana saja. Namun yang utama menurut Hening adalah keimanan yang harusnya menjadi pondasi seseorang untuk tak berbuat asusila.

Sementara itu, Hening mengkhawatirkan mengenai kondisi mental anak-anaknya. Menurutnya, hal tersebut bisa berdampak luar biasa kepada si anak mengingat kejadian yang dilakukan berulang selama sekian lama.

“Si anak bisa trauma luar biasa. Dampaknya ia bisa saja jijik melihat laki-laki,” kata Hening.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved