PT PAL Bangun Kapal Perang KCR 5 & 6 untuk TNI AL, Berikut Daftar Kehebatan Selain Cepat dan Handal

TNI AL kembali memesan dua kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 kepada PT PAL Indonesia (Persero), ini daftar kehebatannya

surya/ahmad zaimul haq
KAPAL CEPAT RUDAL - Kapal Cepat Rudal (KRC) 60 Batch 2 saat diluncurkan di Fasilitas Shiplift Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia, Ujung, Surabaya, Selasa (27/2/2018). 

SURYA.co.id - TNI AL kembali memesan dua kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 kepada PT PAL Indonesia (Persero)

Kehebatan kapal perang KCR 5 dan 6 pesanan TNI AL ini menjadi sorotan lantaran diklaim oleh PT PAL bakal menggunakan komponen-komponen produk dalam negeri

Dilansir dari Kompas dalam artikel 'PT PAL Bangun 2 Kapal Perang Pesanan TNI AL Senilai Rp 1,6 Triliun', menurut rencana, dua kapal tersebut bakal rampung pada Mei 2022 mendatang.

KCR 5 dan 6 yang dibangun dengan nilai investasi Rp 1,6 triliun itu, bakal dilengkapi dengan teknologi yang lebih canggih dibandingkan dengan pendahulunya, KCR 1 hingga KCR 4.

"Jadi kita improve stabilitasnya supaya lebih handal dibanding kapal-kapal sebelumnya. Apa yang sudah kita perbaiki di batch dua kita lanjutkan lagi," kata ujar Budiman dalam acara first steel cutting di PT PAL Indonesia, Surabaya, Jumat (2/8/2019).

Menurut Budiman, apabila KCR 1,2 dan 3 hanya memesan platform saja.

Sementara itu, sewaco atau persenjataannya baru dilakukan setelah pembangunan kapal selesai.

Direktur PT PAL (Persero) Budiman Saleh dalam acara first steel cutting di PT PAL Indonesia, Surabaya, Jumat (2/8/2019).
Direktur PT PAL (Persero) Budiman Saleh dalam acara first steel cutting di PT PAL Indonesia, Surabaya, Jumat (2/8/2019). (KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)

Namun, untuk KCR 5 dan 6 ini, kata dia, dipesan secara utuh dengan platform beserta sewaco.

"Kita selalu improve tiap batch ini untuk menjadi kapal handal dalam pertempuran. Jadi kelebihan ini (KCR 5 dan 6) itu stabilitasnya makin baik," ujar dia.

Di samping itu, platform dan sewaco itu sekaligus pengadaan pertama kalinya dari Kementerian Pertahanan.

Direktur Direktoran Produksi PT PAL Indonesia (Persero), Turitan Indaryo mengatakan, komponen produksi dalam negeri bakal mendominasi dalam pengadaan KRC 5 dan 6, yakni sebesar 60 persen.

"Dalam negeri secara jumlah 60 persen lebih, tapi secara nilai komponen luar negeri tetap masih lebih 60 persen," kata Turitan.

Untuk diketahui, KCR 5 dan 6 direncanakan bakal memiliki panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, tinggi 4,85 meter, sarat 2,60 meter dengan bobot 500 ton dan mampu berlayar hingga kecepatan 28 knots.

Selain itu, KCR 5 dan 6 bakal dilengkapi dengan dengan sistem persenjataan seperti surveillance radar, IFF system, CMS (3 console), Main Gun 57 mm, peluncur surface to surface missile, secondary gun 20 mm, ESM system, serta Decoy Launching system ini mampu berlayar hingga lima hari memiliki fungsi pokok sebagai peperangan anti kapal permukaan, dan offshore patrols di perairan teritorial hingga Zona Ekonomi Ekslusif.

Di sisi lain, kapal ini dapat melakukan aktivitas pengintaian serta search and resuce (SAR).

KCR 5 dan 6 sudah dipesan TNI Angkatan Laut sejak penandatanganan kontrak pada 28 Desember 2018 di Jakarta.

Dilansir dari Wikipedia, Kapal Cepat Rudal Kelas 60 meter adalah salah satu jenis kapal Kapal Perang Republik Indonesia bertipe Kapal Cepat Rudal yang pembuatannya dilakukan PT PAL di Surabaya.

KRI 60 meter yang 100% pembuatannya di lakukan di PT PAL Indonesia, Surabaya.

Kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal, KRI Tombak
Kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal, KRI Tombak (Wikipedia)

Kelas 60m merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula.

Kapal berukuran panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, dan berat 460 ton ini memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 28 knot

Pembuatan KCR 60 ini ±99% dibuat di PT PT PAL Indonesia, Surabaya.

KCR-60 ini terbuat dari baja khusus High Tensile Steel pada bagian hulu dan lambung kapal yang juga produk dalam negeri yang diperoleh dari PT Krakatau Steel, Cilegon, sedangkan untuk bangunan atas kapal menggunakan Aluminium Alloy

Kapal-Kapal Kelas KCR 60 meliputi:

- KRI Sampari (628)
- KRI Tombak (629)
- KRI Halasan (630)
- KRI Kerambit (627)

Diberitakan sebelumnya, PT PAL (Persero) saat ini tengah mengerjakan kapal perang handal yang akan menjadi alutsista terbaru untuk TNI AL, yakni Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter.

Sebanyak dua unit KCR lengkap dengan Sensor Weapon Control (SEWACO) yang tengah digarap ini memiliki nilai Rp 1,6 triliun.

"Dalam 24 bulan ke depan, kapal perang jenis KCR ini sudah harus diserahkan. Kapal perang ini harus tepat waktu dan tepat mutu, jangan sampai ada spek dikurangi," kata Sekjen Kemenhan, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji, Senin (25/2/2019).

Sekjen Kementerian Pertahanan Laksamana Muda TNI Agus Setiadji (tengah) bersama Dirut PT PAL Indoensia Budiman Saleh (dua kanan) seusai penandatanganan kontrak pengadaan kapal perang oleh PT PAL Indonesia untuk Kementerian Pertahanan di Gedung PIP PT PAL Indonesia, Surabaya, Senin (25/2). Penandatanganan kontrak pengadaan Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR 60M) tersebut meliputi platform dan sensor weapon control (SEWACO) untuk KCR-60 meter kapal ke 5 dan 6 serta SEWACO untuk KCR-60 meter kapal ke-3 (KRI Halasan - 630), KCR-60 kapal ke-4 (KRI Kerambit 627).
Sekjen Kementerian Pertahanan Laksamana Muda TNI Agus Setiadji (tengah) bersama Dirut PT PAL Indoensia Budiman Saleh (dua kanan) seusai penandatanganan kontrak pengadaan kapal perang oleh PT PAL Indonesia untuk Kementerian Pertahanan di Gedung PIP PT PAL Indonesia, Surabaya, Senin (25/2). Penandatanganan kontrak pengadaan Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR 60M) tersebut meliputi platform dan sensor weapon control (SEWACO) untuk KCR-60 meter kapal ke 5 dan 6 serta SEWACO untuk KCR-60 meter kapal ke-3 (KRI Halasan - 630), KCR-60 kapal ke-4 (KRI Kerambit 627). (surya/ahmad zaimul haq)

Agus menerangkan bahwa kapal perang itu punya batas waktu masa operasional.

Kalau sampai di atas 30 tahun biaya perawatan bisa lebih mahal daripada membeli baru.

Untuk itu, Kemenhan mempercayakan pada PT PAL untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI AL

"KCR ini komplit dengan sistem persenjataan. KCR yang saat ini kami punya ditarik dulu untuk dilengkapi sistem SEWACO," sambungnya

Nilai kontrak Rp 1,6 triliun itu jauh lebih efisien jika membeli dari luar negeri.

Selama 24 bulan itu dikerjakan bersama vendor lain. Semua harus dijerjakan tepat waktu.

Agus minta jangan ada penggelembungan harga yang tidak sesuai, semuanya harus sesuai standar setiap satuan harga.

"Ini kapal perang bukan kapal kardus yang di laut," tandas Agus. 

Dirut PT PAL, Sudiman Saleh, berharap ada percepatan pengerjaan KCR-KCR tersebut.

Diakui bahwa mengerjakan alutsista tidak seperti membeli mobil yang setiap saat komponen bisa didatangkan.

Barang yang dibeli harus tanda tangan dulu baru bisa tiba.

"Industri lokal kami maksimalkan. Begitu juga kandungan lokal juga mendapat porsi hingga 23 persen. Namun terkait engine dan sistem persenjataan mendapat perhatian serius," tukas Budiman.

Hadir pula dalam Penandatangan MoU itu sejumlah BUMN seperti PT Krakatau Steel dan BUMN yang lain yang terkait dengan industri pertahanan nasional maritim.

Selain mereka ada juga puluhan BUMS terkait yang lain. Sejumlah pejabat di TNI AL juga dihadirkan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved