Kilas Balik

Pengalaman Kopassus Muda Pimpin Pasukan Veteran Perang, Digempur Pemberontak 3 Malam Non-Stop

Sintong Panjaitan saat masih menjadi perwira muda di Kopassus pernah memimpin tim yang mayoritas anggotanya adalah veteran perang

IST/Bangkapos
Tim Nanggala Kopassus 

SURYA.co.id - Sintong Panjaitan saat masih menjadi perwira muda di Kopassus pernah memimpin tim yang mayoritas anggotanya adalah veteran perang.

Seperti dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, sintong yang saat itu masih berumur 24 tahun bahkan belum memiliki pengalaman tempur di kopassus.

Perwira muda kopassus itu mendapat tugas sebagai komandan peleton 1 yang para anggotanya mayoritas telah kenyang asam garamnya pertempuran.

Mereka sebagian pernah berpengalaman dalam operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat, menumpas pemberontakan PRRI di Sumatera, dan pejuang Trikora.

Kehebatan Pasukan Koopssus Gabungan Unsur TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang Dibentuk Jokowi

Ilustrasi Kopassus
Ilustrasi Kopassus (Tribunnews.com)

Viral di WhatsApp (WA) 2 Anak SD Berhubungan Suami Istri di Magetan, Sekolah & Ibu Lakukan ini

Bandingkan Foto Lawas Ashanty & Krisdayanti Jaman Kuliah, Pantas Anang Hermansyah Klepek-klepek

VIRAL Polisi Menyamar Jadi Emak-emak Berdaster & Berhijab, 3 Begal Sadis dan Licin Keok

Walaupun demikian, Sintong dapat menunjukkan kemampuannya sebagai komandan.

Saat itu, pemberontak DI/TII sering menyerang pos tentara maupun pos kepolisian, serta mengganggu penduduk yang tak mau membantu mereka.

Pernah suatu ketika para pemberontak menyerang Sintong dan timnya selama tiga malam berturut-turut.

Peluru pun semakin menipis, perwira kopassus itu memutar otak agar timnya dapat bertahan dari gempuran pemberontak.

Saat gempuran berhenti sesaat, Sintong langsung memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membersihkan mortir.

Tak lama kemudian gempuran pemberontak kembali terjadi, mereka menyerang dari ketinggian dengan jarak yang cukup dekat.

Ilustrasi: Anggota Kopassus mengikuti apel siaga menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/10/2014)
Ilustrasi: Anggota Kopassus mengikuti apel siaga menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/10/2014) (TRIBUNNEWS / HERUDIN)

Sintong langsung memerintahkan anak buahnya untuk melibas para pemberontak itu pakai mortir.

Namun, mortir tiba-tiba macet tak mau meluncur, Sintong langsung mengambil alih sebagai penembak.

Meski sempat macet juga, akhirnya mortir bisa meluncur dan ledakkannya berhasil membungkam para pemberontak.

Para pemberontak pun mundur, tapi Sintong memerintahkan timnya untuk mengejar meski sudah tiga malam tak tidur.

Meski baru lulus pendidikan para komando, sudah menjadi tradisi di Kopassus para prajurit muda itu diberi kesempatan menimba pengalaman tugas langsung di medan operasi.

Setelah Sintong, tradisi ini juga dialami sembilan perwira muda yang baru menyelesaikan pendidikan di Pusat Pendidikan Kopassandha (sekarang Kopassus) di Batujajar, Jawa Barat.

Tak tanggung-tanggung, sembilan perwira muda Kopassus ini ditugaskan menghadapi pemberontak di Kalimantan kala itu.

Empat orang perwira remaja, yaitu Letda Inf Subagyo HS, Letda Inf Kirbiantoro, Letda Inf. Muchdi PR dan Letda Inf. S. Supriyadi akan diterjunkan di hutan dekat Desa Tanjung.

Ilustrasi
Ilustrasi (Kolase NET dan Tribunnews)

Selanjutnya mereka akan bergabung dengan Yonif 515 yang bermarkas induk di Jember, Jawa Timur.

Para remaja itu akan memulai tugas pertempuran sebagai komandan pleton pada pasukan infantri.

Sementara itu lima orang perwira remaja lainnya, masing-masing Lettu Inf Torang Tobing, Lettu Inf Niko Tumatar, Lettu Inf Edward Simbolon, Letda Inf Istiarto dan Lettu Johanes Bambang, akan ditempatkan di hutan dekat desa Paloh mereka bergabung dengan Satgas-42.

Pada tanggal 5 Desember 1972 pagi hari, pesawat C-47 Dakota Skadron-2 / Angkut Ringan AURI bertolak dari Pangkalan Udara (Lanud) Supadio, Pontianak, menuju hutan di Sektor Barat Kalimantan Barat dekat daerah perbatasan.

Mengingat hutan di daerah itu masih terdapat aktivitas gerombolan komunis Serawak, maka Komandan Satgas 42/Kopassandha Mayor Sintong Pandjaitan memerintahkan agar disediakan pasukan pengamanan.

Sintong mengatakan bahwa terjun tempur di hutan, akan berkesan bagi para remaja.

"Tapi jika mereka ada yang mati, aku yang bertanggung jawab," kata Sintong.

Kopassus Kehilangan Ribuan Anggotanya Akibat Seleksi
Kopassus Kehilangan Ribuan Anggotanya Akibat Seleksi (Istimewa/Tribunnews.com)

Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro.

Sintong Pandjaitan memimpin penerjunan sebanyak 200 orang prajurit baret merah. 

Dan untunglah sembilan perwira muda yang ikut terjun saat itu mendarat dengan selamat.

Penduduk di kampung-kampung yang menyaksikan penerjunan itu terkagum-kagum dengan aksi penerjunan pasukan Kopassus.

Berkat pengalaman terjun tempur di hutan Kalimantan Barat, kesembilan perwira remaja mendapat 'Bintang Merah' pada sayap terjun di dada kiri mereka.

Dalam perkembangan selanjutnya, keempat remaja yang ditugaskan selama lima bulan sebagai komandan peleton pada Yonif 515 kemudian, ditarik ke Mako Satgas-42 di Paloh.

Letda Subagyo HS dan Letda Muchdi PR diangkat menjadi Komandan Tim pasukan Baret Merah untuk memimpim pasukan para komando seperti yang dibutuhkan Sintong dalam Operasi Kilat tugas tempur di Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved