Citizen Reporter
Lebah Madu, Mata Pencaharian sekaligus Pelestarian Lingkungan Warga Lereng Gunung Wilis Kab Kediri
Deddy Saputra, Kepala Desa (Kades) Joho menerangkan, peternakan lebah madu sudah ada sejak 1999.
ADA yang khas di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Selain tempat-tempat wisata, ada peternakan lebah madu.
Berpusat di Dusun Igir-igir, peternakan lebah madu yang berada di sekitar tebing-tebing bebukitan Gunung Wilis itu terus berkembang. Karena memang menguntungkan, tidak ayal mayoritas warganya di Dusun Igir-igir menjadi peternak madu.
Ditemui Minggu (17/3/2019) siang, Deddy Saputra, Kepala Desa (Kades) Joho menerangkan, peternakan lebah madu sudah ada sejak 1999. Karena cukup menguntungkan, usaha ini terus berkembang hingga sekarang.
Antara 30 - 50 kepala keluarga di desanya mengandalkan lebah madu sebagai mata pencaharian. Terlihat banyak di sekitar Dusun Igir-igir, kotak-kotak sarang lebah madu di sepanjang di bukit di sana.
“Dalam sebulan kami bisa memanen madu hingga dua kali,” terang bapak dua anak itu.
Karena banyak warganya yang menggantungkan hidup dari lebah madu inilah, pelestarian lingkungan sekitar Desa Joho menjadi hal utama.
Hal ini digunakan untuk keberlanjutan hidup si lebah madu. Karena makanan pokok lebah adalah bunga-bungaan di sekitar desa seperti bunga pohon randu hingga bunga matahari sehingga program penghijauan sangatlah penting.
“Peternakan lebah madu ini ramah lingkungan, karena harus melestarikan lingkungan,” ujar pria asal Surabaya itu.
Untuk membuat makanan lebah madu melimpah di sekitar desa itu, pihak desa beserta masyarakatnya menggalakkan penanaman tanaman bunga di sekitar rumah mereka.
Jadi, ketika berkunjung di desa itu, lingkungannya cantik. Di setiap rumah warga terdapat aneka bunga.
“Penanaman bunga ini kami galakkan untuk kelestarian lebah madu,” ungkap Deddy.
Dia menambahkan, jika musim bunga sedang melimpah, madu yang dihasilkan ikut melimpah.
Namun, akhir-akhir ini peternak madu di desanya mengalami sedikit kendala karena iklim yang tidak menentu. Terlebih karena terkena hujan, bunga-bunga yang merupakan penghasil madu yang dibawa lebah pun berguguran.
“Saat ini produksi madu sedikit menurun. Kalau iklimnya cerah, ada warga yang setiap minggu bisa panen,” terang Deddy.
Dengan banyaknya tempat wisata, madu-madu khas Joho juga dicari. Pembelinya datang ke para peternak. Alamnya yang cantik juga menjadi pemikat.
Keuntungan lebih mampu diraup warga karena tidak perlu melalui distributor yang mengurangi keuntungan petani.
Dengan harga sekitar Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per botol, perekonomian warga bergerak.
Moh Fikri Zulfikar
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
fikrizulfikar982@gmail.com