Polisi Ungkap Rencana Teror Jelang 22 Mei, Ternyata ada Skenario Ledakan 6 Bom High Explosive

Polisi Ungkap Aksi Teror Jelang 22 Mei, dari Ancaman Gedung KPK hingga Ledakan 6 Bom High Explosive

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Adrianus Adhi
Kompas.com/Devina Halim
Polisi Ungkap Aksi Teror Jelang 22 Mei, dari Ancaman Gedung KPK hingga Ledakan 6 Bom High Explosive 

Mereka ditangkap di berbagai titik di Indonesia yakni, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Divisi Humas Polri lakukan konferensi pers guna mengabarkan penangkapan terduga teroris.
Divisi Humas Polri lakukan konferensi pers guna mengabarkan penangkapan terduga teroris. (Kompas.com/Devina Halim)

"Dari 11 tersangka ini, sembilan tersangka merupakan anggota aktif JAD yang telah mengikuti pelatihan paramiliter di dalam negeri dan dilanjutkan ke Suriah. Dua tersangka, deportan, hijrah ke Suriah belajar membuat bom asap di Aleppo," terang M Iqbal dikutip dari artikel BBC.com yang berjudul "Pengumuman KPU 22 Mei: Polisi sebut akan ada 'yang melempar bom ke kerumunan massa'".

M Iqbal menambahkan, para terduga terorisme ini betul-betul memanfaatkan momentum pesta demokrasi, seusai memutar video pengakuan tersangka.

Dalam video yang diputar oleh M Iqbal, terdapat seorang pria yang mengaku telah merencanakan amaliah jihad pada 22 Mei 2019 bertepatan dengan pengumuman penghitungan suara pemilu.

Masih di video yang sama, pria tersebut menjelaskan, ia akan melemparkan bom ke arah kerumunan massa.

Hal itu dilakukan lantaran menurutnya, pemilu merupakan kesyirikan, mulai dari ketika diselenggarakan hingga peserta yang turut dalam pemilu.

Pria tersebut, menurut M Iqbal, adalah salah seorang tersangka teroris.

Karenanya, dia mengimbau agar massa tidak berkumpul saat KPU mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu 2019.

"Kepolisian Negara Republik Indonesia mengimbau agar pada beberapa tahapan yang akan datang, terutama pada tanggal 22 Mei, kami mengimbau tidak ada kumpulan massa. Ini akan rawan aksi teror, bom, dan senjata-senjata lain," kata Iqbal.

Situasi seperti ini dipahami oleh pengamat terorisme, Al Chaidar. Ia mengatakan, pihak-pihak yang tertangkap itu memiliki keinginan untuk melancarkan aksi teror saat Indonesia tengah menggelar tahapan pemilu.

"Bagi mereka pemilu dan demokrasi merupakan kekufuran ... siapa saja yang melakukannya disebut kafir. (Saat) pemilu, kampanye, debat, mereka mungkin akan lakukan serangan, termasuk (saat pengumuman hasil) penghitungan suara 22 Mei," terang Al Chaidar.

Menurutnya, momen pemilu ini dimanfaatkan untuk menyerang polisi dari jarak dekat yang tentu saja akan mengorbankan banyak nyawa semonstaran.

Keinginan ini, ungkap Al Chaidar, sebelumnya seudah direncakan oleh mereka.

Al Chaidar menambahkan, kewaspadaan masyarakat saat ini perlu ditingkatkan.

Hal ini berkaitan dengan upaya penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian mencakup orang-orang yang berada dalam struktur JAD.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved