Kilas Balik

Kisah Cinta di Balik Kesuksesan Mantan Preman Jadi Kopassus, Lamar Kekasih Tapi Endingnya Kecewa

Di balik kesuksesannya dari mantan preman hingga menjadi prajurit Kopassus, Untung Pranoto ternyata sempat merasakan kisah cinta yang berujung kecewa

Kolase Tribun Jambi dan youtube
Ilustrasi 

Sebelum datang untuk melamar Untung juga meminta restu dari ibunya dan keluarganya.

Alhasil Untung pun lalu diterima menjadi anggota TNI AD dan berpangkat Prada.

Masuk menjadi tentara Untung termasuk satu diantara prajurit yang loyal dan selalu antusias mengerjakan tugas di kesatuannya.

Untung juga terkenal sebagai prajurit yang ulet dan tekun.

Karir Untung Pranoto di kesatuan Angkatan Darat terus menanjak sampai akhirnya terpilih masuk dalam satuan elite TNI, Kopassus.

Latihan Berat Kopassus

Kesuksesan Untung Pranoto menjadi prajurit Kopassus tentunya diiringi dengan perjuangannya melalui berbagai latihan berat

Sebagai pasukan khusus, tentunya latihan prajurit Kopassus agak 'berbeda' dan memang dilatih secara khusus di beberapa bidang tertentu.

Latihan prajurit Kopassus sempat diceritakan oleh mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo dalam bukunya yang berjudul 'Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan'

Dalam buku biografinya, Pramono Edhie Wibowo yang juga pernah bertugas di krops baret merah itu menceritakan latihan terberat prajurit Kopassus sudah menanti saat sampai di Cilacap.

Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.

Di sini, materi latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.

Ilustras: Grup Kopassus Gelar Lomba Calisthenic dan Bodybuilding
Ilustras: Grup Kopassus Gelar Lomba Calisthenic dan Bodybuilding (kopassus.mil.id)

Para prajurit Kopassus harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.

“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” tulis Pramono dalam bukunya

Dalam latihan itu, para calon prajurit Kopassus dilepas tanpa bekal pada pagi hari, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved