Kilas Balik
Teguran 'Maut' Jenderal TNI Benny Moerdani Diabaikan oleh Soeharto, Endingnya Pak Harto Menyesal
Jenderal TNI Benny Moerdani pernah melayangkan 'teguran maut' kepada Soeharto, yang pada akhirnya membuat Pak Harto menyesal karena mengabaikannya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Sehingga masalah rumit baik di dalam maupun di luar negeri selalu dipercayakan kepada Benny Moerdani yang dikenal sangat loyal terhadap Soeharto.
Misalnya saja ketika Indonesia terlibat konflik politik dan militer dengan Malaysia (1964).
Soeharto merasa kalau penyelesaian secara militer tidak menguntungkan Indonesia, lalu ia memutuskan untuk mengambil langkah intelijen serta diplomasi.
Tugas yang sebenarnya sangat berat dan tidak dikehendaki oleh Presiden Soekarno itu, diam-diam diserahkan kepada Benny Moerdani dan berhasil gemilang.
Indonesia dan Malaysia pun kembali berdamai serta terhindar dari bentrok militer yang bisa sangat merugikan kedua negara.
Benny Moerdani Gebrak Meja Karena Keamanan Soeharto Diremehkan
Kesetiaan Benny Moerdani kepada Soeharto terbukti saat Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda pada akhir Agustus tahun 1970
Saat itu, Jenderal TNI Benny Moerdani marah besar lantaran aparat keamanan Belanda meremehkan sistem keamanan yang diusulkan oleh Benny
Dilansir dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, 2015, kunjungan Soeharto saat itu memang tidak disukai oleh Kerajaan Belanda mengingat di era Perang Kemerdekaan, Soeharto sebenarnya merupakan musuh utama militer Belanda.
Menurut Benny, kunjungan Presiden Soeharto itu memang berisiko tinggi karena di Belanda masih banyak anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bisa membahayakan keselamatan Soeharto.
Untuk memastikan keamanan Presiden Soeharto, Benny kemudian memeriksa rute yang akan dilalui menuju Istana Huis Ten Bosch.
Rute itu ternyata rawan oleh ancaman tembakan sniper dari jendela-jendela bangunan sepanjang jalan dan adanya perempatan lampu merah yang rawan oleh aksi penyergapan bersenjata.
Hasil inspeksi itu kemudian dirapatkan oleh Benny bersama para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda.
Intinya Benny meminta agar jendela-jendela di bangunan sepanjang jalan yang dilewati Presiden Soeharto dijaga ketat, demikian pula persimpangan lampu merah yang akan dilintasi juga harus disterilkan, untuk mengantisipasi kalau ada serangan dari anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS).
Tapi para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda ternyata menolak permintaan Benny.