BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Capai 4 Meter Mulai 11 - 14 Februari, Ini Wilayah yang Terdampak
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memberikan peringatan dini gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan Indonesia
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Kapal tongkang diminta untuk mewaspadai kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.
Sementara untuk jenis Kapal Ferry agar mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
Kapal ukuran besar, seperti kapal pesiar atau kapal kargo, diminta waspada dengan kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Supermoon Akan Picu Gelombang Tinggi
Sebelumnya, BMKG sempat mengumumkan bahwa Supermoon dapat memicu gelombang tinggi mulai Sabang Banda Aceh hingga Jakarta & pesisir Jatim
Mungkin tak banyak orang tahu asal-usul kata Supermoon yang muncul dalam pengumuman BMKG terkait gelombang tinggi
Istilah Supermoon yang muncul dalam pengumuman BMKG terkait gelombang tinggi itu juga bukanlah istilah yang wajib dipakai untuk menyebut fenomenan serupa
Dilansir dari Kompas.com, Rukman Nugraha selaku peneliti di BMKG misalnya, berpendapat bahwa fenomena pada Rabu malam (31/1/2018) kemarin disebut gerhana bulan total perige saja, bukan supermoon.
Dilansir dari The Atlantic, Rabu (30/1/2018), Richard Nolle yang seorang strolog asal Tempe, Arizona sekaligus pencetus istilah Supermoon, berkata bahwa dia pertama kali memiliki ide tersebut pada tahun 1979.

Nolle kemudian memakainya di artikel berjudul Dell Horoscope yang terbit pada tahun 1980-an di sebuah majalah horoskop.
Alasan Nolle adalah untuk memudahkan orang ketika ingin menjelaskan tentang peristiwa gerhana bulan yang terjadi ketika posisi bulan berada di titik orbitnya yang terdekat dengan Bumi (Perigee Syzgy).
"Jadi, saya berpikir untuk mencari kata yang sedikit lebih eufonik atau enak didengar," kata Nolle seperti dikutip dari The Atlantic, Rabu (30/1/2018).
Dia pun mulai mendapati kata "supermoon" banyak digunakan di makalah sains dan teks berita sejak 2009.
"Penulis sains mulai menggunakannya dalam artikel mereka. Tentu, saya senang," kata Nolle.
Dia pun membandingkan dirinya dengan Joannes Kepler, ilmuwan asal Jerman di abad 17 yang belajar banyak tentang data-data meteorologi untuk mendukung teorinya saat menulis makalah dengan berbagai topik, termasuk astrologi.
Belakangan, kata Nolle, para astronom banyak mengadopsi istilah-istilah yang Kepler gunakan.

Nolle sendiri dikenal sebagai astrolog yang mendukung teori bahwa gerhana bulan mempengaruhi terjadinya gempa bumi, gunung meletus atau perubahan perilaku manusia di Bumi.
Ketertarikan Nolle terhadap pengaruh bulan terhadap bumi dimulai saat dirinya mengajar Angkatan Laut Amerika Serikat untuk berlayar sekitar tahun 1980-an.
"Ketika Anda berlayar di laut Atlantik atau di manapun, Anda akan waspada terhadap pasang surut gelombang laut. Tergantung seberapa bagus kapal Anda untuk bisa melalui ombak yang sewaktu-waktu bisa pasang dan surut, terutama saat supermoon menjadi pemicunya. Air laut sangat mudah masuk dan keluar dari saluran di kapal Anda," kata Noelle.