Berita Surabaya
Kisah Sukses Bos Kapal Api Diawali dari Jadi Kernet Bemo di Surabaya, 'Wonokromo Wonokromo Rp 200'
Kisah Sukses Bos Kapal Api Diawali dari Jadi kernet bemo di Surabaya, 'Wonokromo...Wonokromo Rp 200'.
Kisah Sukses Bos Kapal Api Diawali dari Jadi kernet bemo di Surabaya, 'Wonokromo...Wonokromo Rp 200'.
SURYA.co.id | SURABAYA - Merayakan 1st Aniversary disway.id, Dahlan Iskan melakukan stand up sharing session di lapangan DBL Academy Pakuwon Mall Surabaya, Sabtu (9/2/2019).
Dalam acara tersebut, Dahlan iskan pun mengajak Bos Kapal Api, Soedomo Mergonoto untuk membagikan kisah suksesnya membangun produk Kapal Api.
"Sekarang ini kan sedang banyak anak-anak muda, bahkan orang sesusia saya yang ingin membuka bisnis kopi. Boleh tidak dibagikan rahasia suksesnya Kapal Api?" Ujar Dahlan Iskan di atas panggung kepada Soedomo.
• Pertamina Turunkan Harga BBM hingga Rp 800 Per Liter Berlaku Mulai Minggu 10 Februari 2019 Dini Hari
• Puluhan Santri di Madiun Keracunan Soto dan Melon Saat Makan Malam , Begini Kondisinya Sekarang
• Banyak SMK Tak Laku, Dindik Jatim Dorong Pengelola Sekolah Sosialisasikan Jurusan kepada Masyarakat
Seorang pengusaha sukses, belum tentu mendapatkan kesuksesannya dengan mudah, Jawab Soedomo kepada Dahlan.
Ia pun berpesan, jangan melihat pengusaha sukses di masa suksesnya saja.
Lalu ia bercerita, Kapal Api dimulai sejak tahun 1927. Ayah Soedomo menjual kopi panggul berjalan dari Jalan Panggung menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak.
Bisnis kopi itu dimulai dari rumah keluarganya di Kampung Panggung Gang 5 Surabaya.
Usaha tersebut terbilang kecil, orang tua Soedomo memintanya untuk bekerja satu tahun di perusahaan vuklanisir ban. Di sana, ia bertugas mengerok ban-ban bekas.
• Mucikari F Terlibat Prostitusi Online Menikmati Udara Segar 3 Minggu, Bagaimana Vanessa Angel?
• Tetangga Bongkar Ahmad Dhani & Mulan Jameela Ternyata Tak Tinggal Serumah, Pisah, Katanya
Satu tahun berlalu, Soedomo kembali ke orang tuanya dan membantu berjualan usaha kopi milik keluarganya. Ia mengaku berkeliling menjajakan kopi dengan mengayuh sepeda onthel.
"Saya juga pernah jadi kernet bemo. Pejabat-pejabat itu nggak percaya kalau saya bilang pernah bekerja sebagai kernet. Pernah sayah di tes, saya praktikkan, wonokromo...wonokromo rongatus. Kalau sudah sampai wonokromo, ganti, jembatan merah, jembatan merah, rongatus," Soedomo bercerita.
Lanjutnya, saat itu ia berusaha membuat pekerjaannya sebagai kernet bemo adalah menyenangkan. Ia menggapnya seolah berjalan-jalan naik mobil pribadi.
Pekerjaan sebagai kernet itu, diungkapkan Soedomo dikerjakannya pada Sabtu Minggu atau sepulang kerja bersama teman-temannya.
Pengalaman hidupnya itu, diakui Soedomo menjadi sesuatu yang mendorongnya untuk terus bekerja keras dan menjadi sukses.
Tahun 1978, menurutnya belum banyak orang-orang berpikir mengenai iklan. Namun Soedomo sudah berencana membuat iklan kopi, menggandeng salah seorang pelawak di masa itu, bernama Paimo.
"Waktu itu saya bikin iklan tv, pakai bahasa khasnya Paimo. Yo iki kopi, lebih enak rasanya," ujar Soedomo.
Alasannya membuat iklan saat itu, sekaligus merupakan responnya terhadap lingkungan sekitar. Sebelum beriklan, Soedomo berinovasi membuat kopi dalam kemasan.
"Waktu itu orang jual sabun, kalau mau beli itu dipotong sesuai belinya berapa rupiah. Tapi kok ada salah satu merk, ngeluarkan sabun dalam kemasan. Akhirnya saya juga buat kopi dalam kemasan 100 gram, dijual Rp 100 rupiah," Soedomo menjelaskan.
Dengan inovasi tersebut dan idenya membuat iklan. Bisnis kopi keluarganya, diakui Soedomo meningkat lumayan pesat. (Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hefty's Suud)