Pilpres 2019

Muncul Spanduk #JKWBersamaPKI, Pria Ini Laporkan BPP Prabowo-Sandi ke Bawaslu

Munculnya spanduk bertuliskan #JKWBersamaPKI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu membuat seorang warga lapor Bawaslu.

Editor: Iksan Fauzi
Kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Pelapor Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga di Gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis (6/12/2018). Muncul Spanduk #JKWBersamaPKI, Pria Ini Laporkan BPP Prabowo-Sandi ke Bawaslu 

Namun hanya sebatas direct message (DM) melalai Instagram.

"Komunikasi (dengan akun penyebar hoaks dan ujaran kebencian lainnya) sebatas via DM saja. Tapi saya enggak pernah kenal, DM saja. Paling membicarakan tentang postingan saya saja, paling di-comment 'ini bagus'," paparnya.

5. Pertama hanya menyerang Ahok

Jundi diketahui telah menyebarkan ujaran- ujaran kebencian sejak 2016.

Tujuan awalnya hanya untuk menyerang mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Awalnya dari kasus Ahok karena menista agama, jadi timbul niat untuk melawan Ahok," kata JD kepada wartawan, di Kantor di Bareskrim Polri, Cideng, Jakarta Pusat.

6. Menyerang Jokowi karena tidak suka dengan kebijakannya

Jundi mengaku tidak menyukai kebijakan Presiden Jokowi yanng diam-diam melakukan kenaikan harga.

"Kenapa Pak Jokowi? Karena saya kurang suka dengan kebijakannya menaikkan harga tanpa pemberitahuan, seperti BBM dan tarif listrik," ucap JD.

7. Belajar mengedit foto secara otodidak

Jundi telah mengunggah sebanyak 1.186 kali, di mana 843 unggahan berupa gambar ia edit sendiri.

Kemampuannya itu diperoleh dari hasil belajar secara otodidak.

8. Motif Ekonomi

Jundi mengakui bahwa ada motif ekonomi di balik perbuatannya, dan dia juga melakukan pekerjaan itu seorang diri.

9. Jundi telah menyesal

Jundi mengatakan bahwa dia menyesal atas aksi yang dilakukannya.

Selama ini dia merasa aman, karena jarang membaca berita soal penangkapan pelaku penyebar hoaks.

Oleh sebab itu, ia pun menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarganya, rakyat Indonesia, Polri, dan teman-temannya.

"Saya imbau kepada seluruh teman-teman di media sosial, yang masih memilki akun IG, Facebook, Twitter atau yang lainya, yang digunakan untuk sebar provokasi, kebencian, hoaks, dan gibah, agar berhenti lakukan hal tersebut," ujar Jundi.

Tersangka yang sudah ditahan sejak 15 Oktober 2018 itu tak mengira akan ditangkap polisi.

Tersangka dijerat pasal 45A ayat (2) jo pasal 28 ayat (2) dan/atau pasal 45 ayat (1) jo pasal 27 ayat (1) UU No 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan/atau pasal 16 jo Pasal 4 huruf b angka 1 UU No 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, dan/atau Pasal 4 ayat (1) jo Pasal 29 UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan/atau Pasal 157 ayat (1) KUHP.

Tersangka terancam pidana 6 tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Jokowi Mau Tabok Pemfitnahnya, Ini Penjelasan Sejarawan Soal Pria Mirip Jokowi di Kampanye PKI

Foto sosok mirip Jokowi di pidato DN Aidit.
Foto sosok mirip Jokowi di pidato DN Aidit. (LIFE)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kemarahannya gara-gara ia masih difitnah sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam artikel yang dilansir Surya.co.id (surabaya.tribunnews.com) dari Kompas.com berjudul : Jokowi Ingin Tabok Pihak yang Menudingnya PKI, tergambar kejengkelan Jokowi atas kabar hoaks tersebut, sehingga Jokowi ingin tabok pemfitnah itu.

Dalam artikel Kompas.com lainnya yang dilansir Surya.co.id  berjudul: Penjelasan soal Foto Kampanye PKI DN Aidit yang Terdapat Pria Mirip Jokowi, jelaslah bahwa pria mirip Jokowi di kampanye Ketua PKI DN Aidit bukanlah Presiden Jokowi.

Seperti diketahui, sebuah foto hitam-putih yang menggambarkan sosok pemimpin Partai Komunis Indonesia ( PKI), Dipa Nusantara (DN) Aidit, sedang berpidato saat ini tersebar di masyarakat.

Foto itu tersebar bukan karena bangkitnya gerakan PKI di Tanah Air, tetapi karena seseorang yang berdiri di depan mimbar Aidit.

Orang itu disebut sebagai Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sontak foto itu mengembuskan kembali isu lama yang menyebutkan Jokowi sebagai bagian dari PKI.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com dari Google Arts & Culture, foto tersebut diambil oleh seorang fotografer jurnalistik asal Amerika, Howard Sochurek, pada September 1955.

Saat itu DN Aidit berpidato di hadapan sejumlah kader PKI.

Howard Sochurek ketika itu bertugas untuk majalah Life dan mengabadikan pelaksanaan Pemilu 1955 yang berlangsung di Indonesia.

Sejarawan Asvi Warman Adam memastikan, pria yang berdiri di depan mimbar Aidit dipastikan bukan Joko Widodo (Jokowi).

"Jokowi lahir 1961, Aidit ditembak 1965 atau sebelumnya. Jadi tidak mungkin Jokowi,” ujar Asvi saat dihubungi Jumat (23/11/2018) siang, seperti dilansir Surya.co.id (surabaya.tribunnews.com) dari Kompas.com.

Dari literatur sejarah, diketahui Aidit ditembak mati pada 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah, saat tertangkap oleh sebuah operasi militer.

Dalam sebuah kesempatan di Masjid Baitussalam, Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (21/11/2018), Jokowi membantah foto tersebut di hadapan para ulama.

"PKI dibubarkan tahun 1965/1966, saya lahirnya tahun 1961. Umur saya berarti saat itu masih 4 tahun. Apa ada aktivis balita?" ujar Jokowi.

Sebelumnya, Jokowi juga mengeluarkan bantahan terhadap foto yang diisukan sebagai dirinya itu.

"Siapa yang membuat gambar nakal seperti ini? Tapi kok saya lihat-lihat mirip saya, ternyata benar saya. Tapi tahun segitu saya belum lahir. Ya kok bisa-bisanya masih percaya gitu lho?" kata Jokowi.

Presiden Jokowi kemudian mengungkapkan kegeramannya tentang masih ada pihak yang menyebarkan isu bahwa dirinya adalah anggota Partai Komunis Indonesia ( PKI).

Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi saat pidato dalam acara pembagian sertifikat lahan kepada 1.300 warga di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, yang dihelat di Tenis Indoor Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (23/11/2018).

"Presiden Jokowi itu dibilang, anggota PKI. Kalau enggak percaya lihat media sosial," ujar Jokowi.

Presiden Joko Widodo menjajal kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (6/11/2018). Presiden mencoba perjalanan MRT dari Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun Lebak Bulus sekaligus meninjau perkembangan pembangunan proyek MRT tahap I yang sudah mencapai 97,08 persen dan ditargetkan beroperasi pada Maret 2019.
Presiden Joko Widodo menjajal kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (6/11/2018). Presiden mencoba perjalanan MRT dari Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun Lebak Bulus sekaligus meninjau perkembangan pembangunan proyek MRT tahap I yang sudah mencapai 97,08 persen dan ditargetkan beroperasi pada Maret 2019. (TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO)

Menurut Jokowi, isu itu tidak masuk logika.

Sebab PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada tahun 1965/1966.

Sementara, Jokowi lahir tahun 1961. Artinya, saat PKI dibubarkan, Jokowi baru berusia 4 tahun.

"Mana ada anggota PKI balita," kata Jokowi yang disambut tawa peserta acara.

Tak hanya sebatas isu, tersebar pula foto Ketua Umum PKI DN Aidit yang sedang berpidato dan di depan podium dan ada sosok yang disebut sebagai Jokowi.

Jokowi mengatakan, foto itu adalah dokumen dari sejarah yang diambil tahun 1955 di mana ia belum lahir.

"Saya belum lahir tapi sudah ada di situ. Gimana kita ini enggak... Mau saya tabok tapi orangnya di mana," ujar Jokowi yang kembali disambut riuh peserta acara.

Selama empat tahun, Jokowi mengaku tidak menggubris itu.

Namun, faktanya, masih ada enam persen masyarakat Indonesia yang percaya isu itu.
Oleh sebab itu, Jokowi menganggap kini adalah waktu yang tepat untuk menjawab isu-isu tersebut.

"Banyak yang terkejut juga waktu saya jawab itu. Mereka bilang, iya juga ya Pak. Saya bilang, ya iyalah," ujar Jokowi. (*)

Ustadz Abdul Somad Tanggapi Kontroversi Bahar bin Smith: Kalau Tidak Senang ya Tangkap

Pernah Beri Jennifer Dunn Mobil Mewah, Wawan Terekam CCTV Ngamar dengan Artis Lain

Pria Tuban Tawarkan 15 Perempuan pada Pengunjung Cafe Surabaya, Sekali Kencan Tarifnya Rp 3 Juta

Hasil Survei: Penyebab Suara Jokowi Turun 4,5 Persen, Prabowo Naik 2,6 Persen

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved