Reuni Akbar Alumni 212
Reuni Akbar Alumni 212- Habib Rizieq Akan Video Conference dari Arab Saudi, Bawaslu Disarankan Turun
Pemimpin Front Pembela Islam ( FPI) Habib Rizieq Shihab bakal hadir di tengah massa aksi Reuni Akbar Alumni 212. Meski Habib Rizieq saat ini di Arab.
SURYA.co.id | JAKARTA - Pemimpin Front Pembela Islam ( FPI) Habib Rizieq Shihab bakal hadir di tengah massa aksi Reuni Akbar Alumni 212.
Meski Habib Rizieq saat ini berada di Arab Saudi. Namun, kehadiran Habib Rizieq bukan dalam bentuk fisik, melainkan melalui siaran langsung video conference dari Arab Saudi.
Hal itu diungkapkan oelh Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama ( GNPF Ulama) Yusuf Muhammad Martak.
• Reuni Akbar Alumni 212 - PKS dan HTI Kerahkan Massa, Boni Hargens Sebut Gerakan Politik Oposisi
• Reuni Akbar Alumni 212 - Jika Prabowo Datang Jadi Tamu Kehormatan, PA 212 Sarankan Jokowi Tak Hadir
Yusuf Muhammad Martak menyampaikan itu dalam jumpa pers persiapan final aksi Reuni Akbar Alumni 212 yang diselenggarakan di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (1/12/2018) siang.
"Jelas besok ada pidato Habib Rizieq, bahkan Insya Allah secara live dengan gambar, dan Habib Rizieq mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara kami yang sebangsa dan setanah air," terang Yusuf Muhammad Martak.
Selain itu, di tengah jumpa pers, Habib Rizieq menyampaikan salam secara langsung lewat pesan singkatnya kepada Yusuf Muhammad Martak.
• Reaksi Gus Ipul soal Pakde Karwo Mutasi 270 PNS Pemprov Jatim : Aneh, Ada Mutasi Besar-besaran
• Mufidah Jusuf Kalla Hadiri Spouse Program G20 Summit Argentina
"Saya habis komunikasi dengan Habib Rizieq. Beliau menyampaikan, sampaikan hormat ana (saya) buat mereka semua, jadi salam hormat," tutur Habib Rizieq yang disampaikan Yusuf Muhammad Martak.
Konferensi pers tersebut juga turut dihadiri oleh sejumlah tokoh lintas agama yang telah menyatakan diri untuk ikut serta menyaksikan pelaksanaan aksi Reuni Akbar Alumni 212, Minggu (2/11/2018) besok.
Tokoh Agama Lain Dipersilakan Hadir
Yusuf Muhammad Martak mengatakan, Reuni Akbar Alumni 212 tidak hanya dihadiri umat muslim, umat agama lain juga diundang dan dipersilakan hadir dalam kegiatan itu.
"Kami menyambut apabila mereka ingin bergabung dalam aksi besok. Tangan kami terbuka lebar untuk saudara-saudara nonmuslim yang mau ikut," kata Yusuf Muhammad Martak dalam jumpa pers di Hotel Alia, Menteng, Jakarta, Sabtu (1/12).
Bahkan, direncanakan panitia akan mengajak para pemuka agama lain, seperti pastor, pendeta, dan biksu, untuk berkeliling ke posko-posko jika mereka menghadiri acara ini.
Ia menjamin keamanan tokoh-tokoh agama tersebut.
Yusuf Muhammad Martak ingin tokoh lintas agama bisa menyapa peserta Reuni Akbar Alumni 212.
"Ini komunikasi baru kemarin, tidak ada skenario. Ada satu pesan saudara kami berada di lokasi kurang tepat langsung duduk, misalnya mobil berhenti jalan dulu sekali-sekali menyapa posko dan peserta perkenalkan saya pendeta ini," ujarnya.
"Silakan dilihat reaksi dari orang-orang di posko. Saya menjamin, tidak akan ada intimidasi dari mereka kepada para pemuka agama lain. Kalau ada, saya yang akan tanggung jawab," katanya.
"Yang ada, justru, mereka akan memberikan makanan, atau bersama mengajak berfoto. Begitu juga dengan para umat agama lain yang akan menyaksikan acara besok," lanjutnya.
Pendeta Jhon dari pengurus Gereja di Jakarta, menyambut baik rencana itu.
Kendati demikian, ia mengaku sempat takut atas aksi Reuni Akbar Alumni 212 selama ini.
"Jujur, awalnya saya sempat ketakutan kalau melihat gerakan 212. Terlalu banyak isu di luar sana yang berkembang tanpa habis. Tapi, dengan begini, saya akan datang besok pagi untuk ikut acara reuni 212 (Reuni Akbar Alumni 212)," ungkapnya.
Baginya, sudah tidak perlu lagi umat Nasrani merasa terintimidasi dengan kegiatan yang akan diklaim akan terdapat ratusan ribu massa aksi di dalamnnya.
"Saat saya mulai mengenal para ustaz dan pemuka agama yang ada di sini, saya merasa disambut dengan hangat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan," tukasnya.
Atas hal tersebut, dirinya meminta kepada uamt Nasrani untuk ikut dan turut mendukung aksi yang sudah berjalan selama dua tahun tersebut.
"Saya yakin, banyak juga saudara Nasrani yang akan bergabung dalam jumlah yang signifikan. Kita akan tumpah ruah di Monas," ujarnya.
Jokowi tak diundang
Panitia Reuni Akbar Alumni 212 batal mengundang Presiden Joko Widodo.
Hanya Prabowo Subianto yang akan menjadi tamu kehormatan dalam acara yang akan dihadiri ribuan orang ini.
"Jadi tadi saya sudah katakan kita akan posisikan (Prabowo) sebagai tamu kehormatan, duduk dan zikir bersama, (Prabowo) tidak akan memberikan orasi apa pun pada acara besok," ujar Ketum PA 212, Slamet Ma'arif.
Tapi, panitia belum mendapatkan konfirmasi hadir tidaknya Prabowo dan Sandiaga Uno dalam acara itu.
Menurut Slamet, jika Prabowo menghadiri acara itu menjadi tamu kehormatan, seperti DPR, MPR dan tokoh lainnya.
"Kalau mau datang kita persilakan, posisinya sebagai tamu kehormatan sama kayak DPR, MPR, sama dengan tokoh lain," kata dia.
Selain itu, ia menegaskan tidak adanya orasi politik acara tersebut karena sudah ditentukan siapa yang mengisi pidato.
Dia menyebut acara itu merupakan kegiatan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
"Kita juga akan kasih kabar kepada para orator semaksimal mungkin bagaimana aturan mainnya agar tidak ada orasi politis, makanya kami pilih-pilih betul siapa yang akan bicara besok, siapa yang akan diberikan kesempatan untuk memberikan di acara tausiah besok," jelas Slamet.
Berbeda dengan Prabowo, Slamet menyarankan capres petahana Jokowi tidak diundang karena alasan keamanan.
Apalagi, dikatakan Slamet, Jokowi merupakan Presiden adalah simbol negara. Bila sesuatu terjadi dengan Presiden Jokowi akan menyangkut negara Indonesia.
"Kita sangat menghormati Presiden sebagai simbol negara ya karena nggak bisa dipisahkan ini capres atau presiden, kalau Pak Prabowo kan bukan presiden," katanya.
"Sehingga kalau terjadi sesuatu sama Pak Jokowi ini menyangkut negara, ini yang jadi pertimbangan kita. Kalau Pak Prabowo nggak menyangkut negara tapi presiden kan simbol negara harus kita jaga perasaannya," tuturnya.
Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212 Ustaz Bernard Abdul Jabbar menyatakan dibatalkannya rencana mengundang Presiden Jokowi adalah sebagaimana arahan pimpinan Front Pimpina Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
"Iya betul itu, itu yang sama disampaikan juga, karena sebagaimana arahan dari habib kita ( Habib Rizieq Syihab)," kata Abdul Jabbar.
Pembatalan mengundang Jokowi itu tertuang dalam Maklumat Panitia Reuni Akbar Mujahid 212.
"Batal mengundang Jokowi & rezimnya. Karena mereka anti-Aksi 212, tidak mensyukuri anugerah 212, bahkan masih berupaya mengkriminalisasi ulama & aktivis 212," bunyi salah satu poin di maklumat itu
Janji tak Kampanye
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak memastikan Reuni Akbar Alumni 212 tidak akan melakukan kampanye apapun untuk pasangan calon manapun.
Seluruh pasangan calon, jelas dia, dipersilakan untuk hadir, tetapi tidak akan diberi panggung.
"Saya tegaskan, tidak akan ada pasangan calon yang akan naik ke panggung. Siapapun. Kalau mau datang, ya bergabung dengan massa aksi," tegas dia.
Meski, dia mengaku akan kesulitan apabila nantinya Presiden Joko Widodo akan hadir dalam acara itu. Pasalnya, sebagai kepala negara, tidak mungkin panitia tidak menyediakan tempat.
"Nah kalau Pak Jokowi yang datang, baru bingung. Mau bagaimana? Dia kan kepala negara? Masa tidak sambutan? Tapi, masih belum tahu, lihat besok apa dia akan datang atau tidak?" ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya juga memastikan, tidak akan ada spanduk yang bernada kampanye dalam aksi Reuni Akbar Alumni 212.
Mereka yang dengan sengaja membentangkan spanduk, akan segera diambil oleh panitia yang tersebar di beberapa titik.
Pencegahan itu, lanjutnya, guna memastikan aksi tersebut bebas dari gerakan politik Pilpres.
"Kami sudah siapkan orang-orang yang akan memantau spanduk. Kalau ada, langsung kami copot," imbuhnya.
Gerakan Politik Oposisi
Hal berbeda datang dari Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens meminta Badan Pengawas Pemilu untuk mengawasi dan mengevaluasi Reuni Akbar Alumni 212 yang akan digelar esok.
Menurutnya reuni tersebut merupakan gerakan oposisi politik.Terlebih jika calon presiden Prabowo Subianto menghadiri reuni yang bakal digelar di Monas, Jakarta Pusat.
"Kami meminta supaya Bawaslu harus turun untuk mengevaluasi gerakan ini besok apakah 212 ini bagian dari curi start kampanye atau tidak. Nah itu nanti dievaluasi apalagi nanti kalau Pak Prabowo hadir itu akan menjadi semakin politis gerakan 212 besok," ujar Boni di Kuningan.
"Sehingga sekali lagi ini gerakan oposisi dan akan menjadi kampanye poltik dan melanggar ketentuan soal waktu kampanye dari kpu itu apabila besok capres Prabowo Subianto hadir di sana," katanya.
Sarankan Bawaslu turun
Senada dengan Boni, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli menyebut Reuni Akbar Alumni 212 kemungkinan dijadikan ajang kampanye oleh pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Dia meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) turun tangan memantau kegiatan tersebut.
"Bawaslu harus tegas di sini. Tegas pada kelompok ini. Kita lihat tokohnya deh, semua tokoh-tokoh penting di tim Prabowo, sekarang mereka tokoh penting di reuni ini. Ini tidak bisa dipisahkan, reuni ini sebagai gerakan mememangkan Prabowo-Sandi," ujarnya.
"Fakta yang nyata bahwa panitia Reuni 212 ( Reuni Akbar Alumni 212) berasal dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Ada Slamet Ma'arif, ada Muhammad Al Khaththath, ada Neno Warisman, ada Yusuf Martak. Itu kan tokoh-tokoh di timnya Prabowo dan sekarang mereka bikin Reuni 212 itu," imbuhnya.
Untuk itu, aktivis Nahdlatul Ulama itu yakin acara Reuni Akbar Alumni 212 murni untuk ajang kampanye memenangkan Prabowo-Sandi, bukan gerakan perjuangan agama.
"Mereka tidak bisa gunakan ini sebagai kedok, ini gerakan moral, gerakan agama, nggak. Ini adalah gerakan politik mendukung Prabowo menggunakan agama untuk menyerang pemerintah yang sah," ujar Romli.