Berita Pasuruan
Kisah Polisi Pasuruan, Sukses Berbisnis dan Beri Peluang Lapangan Pekerjaan Bagi Warga Miskin
Pria 35 tahun ini menjadi pengusaha keset sukses sehingga mampu menjadi pemberdaya warga miskin dan janda di dekat rumahnya.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | PASURUAN - Namanya Bripka Eky Sukarno. Sepintas, ia seperti polisi pada umumnya.
Namun, siapa sangka polisi yang berdinas dan mengabdi di Staf Bagren Polres Pasuruan ini juga mengabdi untuk masyarakat.
Di rumahnya, ia menjadi sosok pemberdaya warga miskin dan janda yang ada di sekitar rumahnya di Kemantren Rejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Ditemui SURYA.co.id beberapa waktu lalu, Eky, sapaan akrabnya sedang berkunjung ke rumah salah satu janda yang merupakan tetangga dekat rumahnya.
Ia mengambil pembersih alas kaki (keset) yang digarap janda ini sebelum dikirimkan ke pengepul di Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Pria 35 tahun ini menjadi pengusaha keset yang sukses sehingga mampu menjadi pemberdaya warga miskin dan janda di dekat rumahnya.
Banyak warga miskin dan janda yang ikut terangkat ekonominya setelah diberdayakan oleh Eky dan keluarganya.
Mereka rata - rata diajak membuat keset. Dipinjami alat dan membuat keset.
Secara perlahan, warga miskin dan janda di dekat rumahnya mulai merasakan manfaatnya.
Mereka mulai merasa cukup perekonomiannya dari pendapatan membuat keset.
Mereka hanya tahu mendapatkan untung, sedangkan yang menjual dan mendistribusikan adalah Eky.
Saat ini, sudah ada 60 orang yang terdiri dari warga miskin dan janda menjadi binaannya.
Sebanyak 60 orang menggantungkan hidup kepada Eky melalui usaha pembuatan keset rumah.
Per bulan, Eky bisa mendapatkan setoran 450 kodi keset dari binaannya.
Harga keset buatannya bersama binaannya memang bervariasi. Tapi, rata-rata per kodi, harga kesetnya dijual dengan harga Rp 75.000.
Untung yang didapatkannya bisa lebih dari Rp 30 juta per bulan. Eky pun untung, warga miskin dan janda binaannya juga untung.
Saat ini, Eky bisa dikatakan sebagai pengusaha keset yang terbilang sukses.
Anggota Polres Pasuruan ini mampu memberdayakan dan mensejahterakan warga miskin dan janda-janda di kampungnya.
Dalam hal ini, Bripka Eky memang memiliki peran ganda. Bukan hanya sebagai polisi. Tetapi juga, sebagai perajin keset yang sukses karena mampu mengangkat ekonomi masyarakat miskin di kampungnya.
Eky yang menjadi anggota polisi sejak 2002 ini mengaku awalnya prihatin dengan angka pengangguran dan kemiskinan di kampungnya ini tinggi.
Rata-rata, mereka hanya mengandalkan buruh tani. Ketika sepi, tidak ada pengganti pekerjaan sebagai buruh tani. Mereka menganggur dan kehidupannya pas - pasan.
"Saya mau bantu tapi saya tidak punya usaha dan keterampilan. Saya ikut prihatin atas kondisi ini. Saya selalu berdoa semoga kelak diberi jalan untuk bisa membantu memberdayakan warga miskin dan janda di kampung saya," katanya.
Suami dari Trialishartanti ini berpikir keras. Bagaimana caranya, agar warga di kampungnya, bisa menambah penghasilan mereka.
Hingga tiga tahun yang lalu, ia menemui jalan. Ketika itu, ada teman istrinya di wilayah Jatiarjo, Kecamatan Prigen, yang membuat keset.
Hal itu membuatnya tertarik untuk membuat. Apalagi, bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat keset rajut, melimpah di tempatnya.
“Bahannya dari limbah kain dan garmen. Mudah sekali bahan baku itu kami dapatkan,” tambahnya.
Bripka Eky pun mulai belajar. Ia belajar ke Prigen, untuk bisa membuat keset.
Berhari-hari ia pergi ke Prigen, untuk belajar. Ia belajar, setelah jam kerja di Polres Pasuruan selesai.
“Saya rela sampai pulang larut malam, saat belajar membuat keset ke teman istri di Prigen saat itu," kenang bapak dua anak ini.
Ia belajar selama lima hari. Begitu bisa, ia mencoba terapkan di rumah. Mulanya, ia membeli satu alat.
Lambat laun, ia menambah alat sederhana untuk membuat keset. Alat-alat itu tidak digunakannya sendiri.
Tetapi diberikan ke tetangga-tetangganya yang berminat untuk membuat keset.
“Begitu saya bisa, saya tularkan ke tetangga-tetangga,” ungkap lelaki kelahiran 8 Desember 1983 tersebut.
Namun, semua yang dilakoni tak semudah yang dibayangkan. Setelah bagi-bagi alat dan menularkan ketrampilan membuat keset, tak semuanya berminat.
Buktinya, beberapa orang yang dipinjami alat olehnya, memilih untuk mengembalikan.
Mereka banyak yang sambat. Karena tak sanggup membuat keset seperti yang diharapkan.
“Sempat dicibir juga. Bilangnya, membuat keset itu sudah berat tidak ada uangnya lagi. Akhirnya banyak yang memilih untuk mengembalikan alat yang saya bagikan. Lebih mudah jadi buruh tani,” kenang Eky.
Cibiran itu diakuinya sempat membuatnya down dan minder.
Namun, kerasnya hidup yang sudah dilakukannya sejak kecil tidak membuatnya patah arah.
Ia sejak kecil sudah terbiasa berjuang melawan kegagalan. Ibaratnya perang, ia sudah punya modal pejuang sejak kecil.
Ia mengubah strategi. Alatnya kembali dibagikan tapi tidak ke semua orang, hanya orang yang benar-benar membutuhkan. Ia tularkan keterampilannya.
Strateginya itu terbukti ampuh. Karena sejak itu, nyaris tak ada lagi yang mengembalikan alatnya. Bahkan, permintaan untuk menjadi perajin keset bertambah.
“Keset-keset kami, dijual lagi oleh teman istri saya. Penjualannya ke Makasar, Solo dan sejumlah daerah luar Pasuruan lainnya,” tambahnya.
“Sebagian dari karyawan saya, tidak lagi menjadikan keset usaha sampingan. Tetapi ada yang sampai menjadikan usaha ini mata pencaharian utama,” imbuhnya.
Eky mengaku senang bisa memberdayakan warga di kampungnya. Karena konsep hidup baginya, adalah bagaimana caranya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.