Penembak Gedung DPR
Polda Metro Jaya Sebut Dua Penembak Gedung DPR Adalah PNS Kemenhub
Berdasarkan keterangan Kombes Nico Afinta, kedua tersangka merupakan PNS Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Oleh karena itu kita harus menjamin keamanan ini. Saya kira ke depan perlu dilakukan evaluasi dan komunikasi dengan gedung‑gedung tinggi yang ada di sekitar DPR," pungkasnya.
Berlebihan
Wakil Presiden, Jusuf Kalla menilai berlebihan usulan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, memasang kaca anti peluru di Gedung DPR RI.
Politisi Partai Golkar itu mengusulkan pemasangan kaca anti peluru setelah dua ruang kerja anggota DPR RI tertembus peluru yang diduga dari Lapangan Tembak Senayan.
"Itu berlebihan," kata JK.
Menurut dia, pemasangan kaca anti peluru berlebihan karena harga mahal. Dia menyoroti mahalnya harga dari kaca anti peluru, karena memasang di salah satu ruangan di rumahnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan, agar pengamanan dilakukan di Lapangan Tembak Senayan.
Dia menegaskan, tingkat keamanan di tempat latihan tembak harus diperketat.
Dia merasa heran terkait insiden peluru nyasar itu. Sebab, kata dia, posisi Lapangan Tembak Senayan dengan gedung DPR tidak berhadapan secara langsung.
Untuk itu, dia meminta semua pihak agar menunggu hasil investigasi Polri.
"Sasaran harus jelas ke mana. Jangan ke arah DPR. Kan tak tahu juga. Itu arah ke sana, menghadap ke jalan. DPR ada di sini. Bagaimana cara itu? Ya, masak tiba‑tiba menghadap ke sana latihan. Jadi, tunggu penelitian polisi,"ujar JK.
Sementara itu sehari pascainsiden peluru nyasar yang terjadi di ruangan Fraksi Partai Gerindra dan Golkar, staf dari anggota Komisi III DPR RI Fraksi Golkar Bambang Heri Purnama tak masuk kerja.
Informasi tersebut didapat dari seorang petugas keamanan yang berjaga di lantai 13 Gedung Nusantara I DPR RI, tempat ruang kerja dari Bambang HP.
"Orangnya (staf Bambang HP) tidak masuk," ujarnya.
Namun demikian, petugas keamanan itu menyebut staf Bambang HP sempat datang ke Rapat Paripurna untuk memberikan surat izin bahwa Bambang HP tidak bisa menghadiri rapat itu.
"Tadi pagi sempat ke sini untuk ngasih surat, soalnya Pak Bambang tak bisa ikut Rapat Paripurna, tapi setelah itu dia pulang lagi,"ujar petugas tersebut.
Sementara pantauan Tribun di lokasi, sekira pukul 13.00 WIB, ruangan Bambang Heri Purnama terlihat tertutup dan terkunci.